Bab 5 Selamat Jalan
Bab 5 Selamat Jalan
Luna bergeming di tempatnya, menatap dari balik semak belukar. Memikirkan berbagai macam cara untuk menyelamatkan ayahnya. Lelaki berseragam Queen’s Guard itu, masih menyandera ayahnya, dan tidak ada seorangpun di sana, selain dia. Teman-temannya hilir mudik keluar masuk rumah keluarga Brown.
Luna memindai sekeliling dan melihat ada tumpukan batu di sudut halaman. Dia lalu mengangkat tangan dan membuat sebuah batu melayang mendekatinya. Sejurus kemudian, dia melempar batu itu ke kaca jendela sebuah rumah di sebelah rumah keluarga Brown.
Seingatnya, rumah itu kosong, namun terkadang ada tukang kebun membersihkannya setiap pekan.
Suara kaca pecah, mengejutkan Queen’s Guard yang sedang menyandera Jack Laveau. Dia membalikkan badan dan dengan perlahan menuju rumah sebelah. Seorang tukang kebun, keluar dari rumah itu sembari mengacungkan sapu.
Luna menunggu sejenak. Tidak ada Queen’s Guard lain yang mendengar. Mereka sedang sibuk di dalam rumah, tapi tidak kelihatan dari jendela yang terbuka. Mungkin ada di dapur atau gudang bawah tanah. Mereka perlu mencari banyak informasi di rumah Ansel Brown.
Ketika penyandera ayahnya mendekati tukang kebun dan terlibat percakapan dengan nada meninggi, sekali hentak Luna menarik ayahnya.
Sayang sekali, karena terburu takut ketahuan, Jack Laveau terhempas di semak-semak. Dia nyaris mengaduh kalau saja Luna tidak segera menampakkan diri.
“Luna?” desis Jack benar-benar tidak menyangka bahwa anaknya yang telah membuatnya melayang dan jatuh di semak-semak.
Luna bergegas mendudukkan ayahnya, lalu merapikan kembali semak belukar dengan gerakan tangannya. Sehingga tidak tampak kalau baru saja ada orang terhempas di atasnya. Semak belukar itu kembali seperti semula, menyisakan keheranan di wajah Jack.
“Kamu semakin meningkat, Luna. Itu membuatmu dalam bahaya,” bisik Jack, “Kenapa kamu kembali?”
Luna berusaha melepas borgol di tangan ayahnya, dengan kekuatan sihirnya. “Ada kekacauan di Lunar, Aro menyuruhku pulang.”
“Aro menyuruhmu pulang? Bukankah kalian harus saling melindungi …”
Clek!
Borgol berhasil dilepas tanpa Luna menyentuhnya. Luna melemparkan borgol itu ke sudut halaman. Jack hanya bisa mengamatinya dengan kagum bercampur heran. Dia tidak menyangka, perkembangan Luna secepat itu setelah dilantik.
“Masalahnya, Tuan Brown dan istrinya sedang kritis. Mereka terluka. Aku tidak sempat bercerita, nanti saja aku ceritakan. Yang jelas, kita harus mencuri satu mobil untuk membawa mereka ke rumah sakit.”
Tiba-tiba Jack dan Luna yang sedang berjongkok berhadapan, dikejutkan oleh sebuah suara sirene, yang tiba-tiba berbunyi nyaring dari ujung jalan. Perlahan Jack menyibak semak belukar. Dan sebuah ambulans berhenti di depan pagar tempat mereka bersembunyi.
“Kurasa mereka menemukan sesuatu,” bisik Jack, “Tadi aku mendengar komunikasi radio mereka untuk memanggil ambulans.”
“Oh, tidak, please …” bisik Luna panik. Dia bergegas membuat lingkaran untuk melihat kondisi Amber. Dan apa yang dilihatnya di dalam lingkaran membuatnya membekap mulut tak percaya. Queen’s Guard sedang berada di bawah pepohonan tempat Amber berada. Mereka menyiapkan tandu dan mengangkat Ansel Brown ke atasnya. Juga Mary Brown. Dan tandu ketiga ditempati oleh Amber.
Di sana benar-benar sibuk. “Siapa di tandu itu, Luna?”
“Tuan Brown, istrinya dan Amber,” desis Luna. “Oh, My God.”
Jack dan Luna mengamati kesibukan di sana. Seseorang dengan jas panjang selutut, datang mendekat. Dia memeriksa Ansel Brown, lalu memberi kode dengan mengangguk. Para Queen’s Guard pun membawanya menuju halaman belakang rumah keluarga Brown. Lelaki itu juga memeriksa Mary dan terakhir Amber.
“Lihat, mereka membawanya ke rumah sakit, semoga bisa ditolong.” Jack menggamit lengan Luna dan menyibak semak belukar. Sebuah dragbar turun dari ambulans, bersamaan dengan datangnya satu ambulans lainnya. Petugas medis bergerak gesit, memindahkan Ansel dan Mary ke atas dragbar dan menutupi sekujur badannya hingga ke mukanya.
“Tidak … tidak!” desis Luna, nyaris berteriak kalau saja Jack tidak membekap mulutnya, dan menarik kepala Luna agar terbenam di dadanya. Gadis itu berteriak di dadanya tanpa suara, lalu sekujur tubuhnya bergetar hebat, karena luapan emosi berupa tangisan yang harus ditahannya.
Ansel dan Mary telah tewas.
Jack meneguhkan hati untuk tetap mengawai aktivitas di luar pagar tempat mereka bersembunyi.
Dragbar ketika membawa Amber dan tak ada selimut yang menutupi badannya, meski dia tidak
bergerak.
“Amber masih hidup, Luna,” bisik Jack sembari mendekap kepala Luna, “Dan sepertinya kita harus segera pergi dari sini. Mereka mulai menyisir perumahan, mencariku.”
Luna mengangkat wajah, tapi sembari membekap mulutnya. Jack mendekapnya lagi, berusaha meredakan emosi anak gadisnya.
“Kau bisa menangis setelah kita jauh dari sini, Luna.”
Luna mengangguk, menarik napas panjang. Dulu, ayahnya kerap memberinya teknik ini untuk meredakan tangis. Dan manjur, pada saat dia kecil. Saat ini, teknik ini sama sekali tidak bekerja. Dadanya terasa semakin sesak dan terhimpit.
“Luna?”
Jack mengelus rambut Luna. “Sekarang.”
Luna membuat sebuah lingkaran portal kecil, cukup untuk dimasuki ayahnya dengan merangkak. Toh, tubuhnya lebih kecil dari ayahnya, jadi tidak masalah.
“Bagaimana aku masuk sekecil itu?”
Luna tidak menjawab, tapi dia merangkak masuk dan Jack mau tak mau mengikutinya. Luna merangkak ke luar dari portal dan mendapati pintu keluar portal adalah sebuah batu datar, di tebing. Suara ombak laut yang menghantam dinding tebing terdengar sayup sayup. Saat Jack sudah keluar dari portal, didapatinya Luna terduduk di tepi tebing dan menjerit sekeras-kerasnya.
***
Ruang UGD menjadi menegang ketika sosok berjas mahal sedalam lutut, memasuki ruangan. Seketika semua petugas medis memberi penghormatan dengan berdiri tegak dan menunduk dalam.
“Selamat datang, Pangeran Luis,” ucap mereka nyaris bersamaan.
Para Queen’s Guard yang lebih dulu tiba di Ruang UGD, segera menyambat Pangeran mereka. “Bagaimana dia?” tanya Pangeran Luis.
“Sudah melewati masa kritis, Pangeran.”
“Aku mau melihatnya. Dia sangat berharga bagi kerajaan, jadi lindungi dia dengan nyawa kalian.”
Queen’s Guard itu mengangguk, lalu mengikuti langkah Pangeran masuk ke dalam ruangan tempat Amber yang sedang berbaring. Berbagai selang berseliweran dia atas badannya, tabung oksigen dan indikator detak jantung berbunyi konstan.
Sorang dokter membalikkan badan ketika Pangeran Luis mendekat. Dia mengangguk hormat, menhentikan pekerjaannya sejenak.
“Bagaimana kondisinya?” tanya Pangeran Luis, sembari mendekatkan mukanya ke wajah Amber, mengamati wajahnya yang sudah bersih dari darah kering. Wajah gadis itu tidak sepucat ketika para pengawal Ratu menemukannya di belakang rumah Ansel Brown. “Stabil, Pangeran. Tinggal penyembuhan luka-lukanya.”
“Apa lukanya sama dengan kedua Ansel dan Mary Brown?” tanya Pangeran penuh selidik.
Dokter di hadapannya mengangguk.
“Sama persis. Semula saya kira disebabkan oleh cakaran binatang buas. Mungkin sejenis serigala atau anjing liar. Namun melihat lukanya, saya kira bukan binatang biasa. Ini perbuatan monster.”
Pangeran mengernyit kening “Tidak ada monster di negeri ini, jadi aku tidak mau mendengar omong kosong seperti itu.”
“Kalau begitu, maafkan saya, Pangeran. Mungkin polisi bisa menyelidiki hal ini lebih detil lagi.” “Tidak ada polisi. Gadis ini dalam jaminan kerajaan. Kamu mengerti?”
Dokter itu mengangguk berkali-kali, membuat Pangeran Luis puas melihatnya. “Sekarang, kenapa dia bisa bertahan?”
“Lukanya tidak di organ vital. Hanya di lengan dan kaki. Sedangkan Ansel, dadanya tepat di jantung--tercabik, selain luka-luka lainnya yang lebih banyak lagi.”
“Istrinya?”
“Dia ada luka cabik di lehernya, tidak dalam tapi karena tidak segera mendapat penanganan medis, tidak bisa ditolong.”
Pangeran Luis membalikkan badan. “Aku ingin penjagaan gadis ini diperketat. Queen’s Guard akan menjaganya. Bila ada pertanyaan dari pihak manapun, termasuk dari kerajaan, katakan aku yang menjamin semuanya. Ansel Brown adalah sahabat baikku. Aku sangat kehilangan. Jadi, pastikan gadis ini mendapatkan pelayan terbaik.”
Dokter itu mengangguk hingga nyaris membungkuk ketika Pangeran Luis melangkah keluar.
Queen’s Guard yang mendampingi langkahnya, mengikutinya dengan tergesa. Pangeran langsung menuju mobilnya, diikuti oleh pengawalnya.
“Daniel, aku ingin masalah ini, tidak terdengar kerajaan,” ucap Pangeran Luis, “Bila ada press
release, bilang saja mereka tewas karena kualat pekerjaan mereka. Diserang binatang buas sampai tewas, di belakang rumahnya. Bukankah dulu para pemburu di hutan juga mendapat serangan yang sama?”
“Baik, Pangeran. Apa ada lagi?”
Pangeran Luis mengapit dagu dengan telunjuk dan jempol tangannya, memikirkan segala sesuatu yang menjadi kacau sejak Lab17 menangkap Lunaro, anak Ansel Brown.
“Aku akan menghadiri pemakaman Ansel Brown dan istrinya. Siapkan semuanya.”