Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.3. I Can Read Your Mind

Sepanjang 3 gelombang praktikum Patologi Umum, Joshua terus menjauhkan dirinya dari Flo-Hani. Dia tidak ingin membuat jiwa laknat vampire-nya menguasai tubuhnya.

Feromon perawan itu sungguh dahsyat efeknya di tubuhnya. Dia merasa bagian vital tubuhnya begitu tegang. Betapa ingin dia membenamkan tubuhnya ke tubuh Flo-Hani.

"Prof. Joshua, dimana letak proses keradangan preparat hati ini?" tanya seorang mahasiswi cantik semester 6 itu seraya mengangkat tangannya.

Joshua pun berjalan mendekati tempat duduk mahasiswi itu, dia melihat preparat histopat di bawah mikroskop lalu menggeser-geser posisi preparat itu.

"Ini yang warnanya ungu, dengan banyak neutrofil posisi keradangan hati. Kamu harus tahu jaringan hati dalam kondisi normal seperti apa, baru bisa tahu yang abnormal," ujar Joshua dengan suara baritonnya yang indah.

Mahasiswi itu merona wajahnya menatap Joshua, dosennya itu sangat tampan dan gagah. "Terima kasih, Prof. Joshua," ucapnya seraya tersenyum.

Joshua membalas senyum mahasiswinya itu dan menimbulkan efek desahan yang kompak dari mahasiswi-mahasiswi lain di sebelahnya. Dia pun menggaruk-garuk kepalanya dengan jengah. 'Apa dia sangat tampan?' batinnya.

"Apa ada yang ingin bertanya lagi?" tanya Joshua ke semua mahasiswa gelombang praktikum ketiga sore itu.

Tidak ada yang mengangkat tangannya. Joshua pun dengan senang hati membubarkan acara praktikum terakhir sore itu.

Semua mahasiswa Joshua bergegas meninggalkan Lab. PA sore itu, menyisakan Joshua dan Flo. Mereka berdua harus merapikan preparat histopat dan mikroskop di laboratorium sebelum pulang.

"Prof, saya ingin mengingatkan ... besok kita ada jadwal membuat histopat untuk penelitian anak S2," ujar Flo yang dengan cekatan mematikan lampu mikroskop yang masih menyala satu per satu di meja panjang.

Joshua membantu Flo menyimpan preparat kaca histopat di kotak kayu dengan rapi dan hati-hati. Dia pun menyahut, "Oke, Honey. Aku pasti ingat ..."

Pria itu berjalan mendekati Flo seraya berkata, "Apa mau kuantar pulang?"

Flo menatap pria tampan bermata biru itu sembari membatin, "Blue eyed devil!"

"Ehh apa katamu?" sahut Joshua ketika mendengar ucapan Flo dalam pikirannya. "Blue eyed devil?!"

Mata Flo membelalak, bagaimana bosnya bisa tahu apa yang dia pikirkan? Dasar setan sialan bos mesum yang menyebalkan!

Joshua tertawa terbahak-bahak sembari berkata, "Berhenti mengumpat padaku dalam pikiranmu, Flo Honey! Astaga apakah aku mesum dan menyebalkan?!"

Flo mundur teratur ke belakang ketika Joshua berjalan mendekat ke arahnya hingga akhirnya punggungnya menabrak tembok.

Pria itu memerangkap tubuh kecil Flo dengan kedua lengannya menempel di tembok di kanan kiri kepala Flo.

Joshua menatap bola mata hitam Flo dengan devil smirk-nya. "Mesum itu seperti apa, Flo Honey? Apakah seperti ...," dia menyusurkan bibirnya di leher wanita itu, "ini ...," bisiknya.

Jantungnya berdebar kencang karena sentuhan bibir Joshua di lehernya. Tangan Flo menekan dada kekar pria itu, berusaha membuat ruang di antara mereka berdua. Desahan itu terlepas dari bibirnya tanpa permisi.

"Kau menyukai sentuhanku, Sayang. Desahanmu begitu menggoda ...," gumam Joshua di telinga Flo yang nampaknya sulit untuk bernapas dengan normal.

'Aroma perawan itu sungguh memabukkan,' batin Joshua. Dia menahan godaan untuk membenamkan taringnya di leher wanita itu.

Dia harus segera mencari informasi yang valid tentang vampire. Kini dia tahu bahwa dia memiliki 2 kekuatan supranatural yaitu terbang melayang dan membaca pikiran.

Akhirnya, dia berhenti menyiksa Flo dan menjauhkan tubuhnya. "Maafkan aku, Flo. Sepertinya aku membuatmu takut. Ayo kuantar pulang sekarang," ujar Joshua tanpa ingin didebat, dia menggandeng tangan Flo dan menyeretnya keluar dari ruang laboratorium PA.

"Prof, izinkan aku mengambil tasku," ucap Flo pelan sambil terhuyung-huyung mengikuti langkah kaki Joshua yang lebar, dia seolah kehilangan kemampuannya berkata pedas seperti biasanya.

Joshua pun berhenti tiba-tiba di samping loker karyawan dan membuat Flo menubruk tubuhnya yang kekar, dia pun mendekap Flo untuk mencegah gadis itu jatuh terpental.

Wajah Flo sontak merona menatap mata biru Joshua yang indah, dia menduga Joshua akan menciumnya. Namun, pria itu berdehem lalu melepaskan tubuh Flo.

"Baiklah, ambil tasmu, Flo. Aku juga harus ke ruanganku dulu mengambil beberapa barang." Joshua pun bergegas ke ruangannya, meninggalkan Flo yang berdiri mematung di tempatnya.

Florentia pun tersadar dan segera mengambil tasnya di loker karyawan laboratorium. Dia memakai jaket jeansnya lalu menenteng tas di bahunya kemudian berjalan ke ruangan bosnya.

"Prof, jadi pulang?" tanya Flo singkat.

Pria itu memakai kacamata hitamnya serta jaket kulitnya yang berwarna coklat lalu menyambar kunci mobil di meja kerjanya seraya menenteng tas kerjanya. Penampilan Joshua itu sudah seperti aktor hollywood. Flo diam-diam mengaguminya. Tampan!

"Terima kasih," sahut Joshua seraya menatap Flo ketika menutup pintu ruang kantornya.

"Untuk apa, Prof?" tanya Flo bingung.

"Karena memujiku 'tampan' ...," ucap Joshua singkat seraya menggandeng tangan Flo keluar dari Gedung Lab. PA.

Flo nyaris tersedak salivanya sendiri karena terkejut. 'Bagaimana pria itu tahu apa yang dia pikirkan sedari tadi?' batinnya.

Joshua cengar-cengir sendiri, dia mulai menikmati kemampuan supranaturalnya. Bisa membaca pikiran seorang Florentia Hani adalah hal yang sangat menarik. Gadis itu kadang memujinya tapi juga kadang memakinya bertubi-tubi. Sungguh gadis yang menggemaskan!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel