Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Berusaha Mendekat

Bab 2 Berusaha Mendekat

Sudah tiga hari sejak kecelakaan itu terjadi dan lelaki yang mengaku bernama Troy itu datang menemui Flora di toko bunga miliknya. Troy selalu datang sejak pagi dan baru pergi sekitar pukul sepuluh selama tiga hari ini. Flora sudah berusaha mengusirnya tapi ia selalu datang lagi, lagi, dan hari ini pun dia datang kembali.

Pada hari kecelakaan itu, setelah sama-sama dapat menguasai diri masing-masing. Troy mengantar Flora ke sebuah klinik terdekat. Ia meminta dokter yang berjaga di sana untuk memberikan perawatan terbaik untuk Flora. Mengaku telah menabrak gadis itu secara tidak sengaja, Troy menegaskan apa yang ia lakukan merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai pelaku.

Flora hanya mengalami luka ringan. Tidak terlalu parah seperti apa yang Troy ceritakan kepada dokter. Jadilah gadis itu hanya diberi obat untuk rawat jalan dan mengingatkan untuk mengganti perban lebih sering karena luka yang Flora derita tepat di lutut dan pergelangan kakinya. Lutut dan pergelangan kaki tentu sangat penting bagi Flora. Tanpa kakinya ia takkan mampu mengayuh sepeda. Dan tanpa dapat mengayuh sepeda, ia tak bisa mengantarkan pesanan bunga tepat waktu. Dan jika itu terjadi, maka Flora akan kehilangan pelanggan dan terancam bangkrut. Sudah banyak masalah terjadi dalam hidupnya dan tidak mungkin jika harus menambah satu masalah lagi dengan kehilangan mata pencaharian.

Setelah pulang dari klinik, Flora diantar kembali ke tokonya sementara Troy memeriksa sepeda Flora yang ditinggalkan begitu saja di jalanan. Ketika Troy membawa kembali sepeda itu, kendaraan satu-satu yang yang Flora miliki ternyata sudah tidak berbentuk lagi. Ban sepedanya sudah penyok, keranjang rotannya sudah patah dan rusak parah, ditambah lagi remnya pun putus tanpa dapat diperbaiki. Yang Flora ingat, wajah Troy benar-benar menunjukan penyesalan ketika membawa benda itu pulang ke toko. Pun begitu Flora tak dapat berbuat apa-apa. Pasti perlu biaya cukup banyak untuk memperbaiki sepedanya. Dan Flora tidak memiliki dana untuk itu.

Flora masih memiliki beberapa pesanan yang harus diantar, dan ia mengalami kesulitan karena ia masih kesakitan akibat kecelakaan. Ditambah lagi, kini ia tak memiliki kendaraan untuk mengantar bunga-bunganya. Gadis itu memang tidak mengatakannya secara langsung, namun Troy dapat melihat dari suramnya wajah Flora. Dan pada hari itulah, Troy akhirnya memutuskan untuk menjadi kurir pengantar bunga Flora sampai gadis itu mendapatkan pengganti sepedanya.

Sebagai korban, sebenarnya wajar jika Flora mendapatkan ganti rugi termasuk berupa bantuan yang Troy berikan. Namun, Flora merasa tidak nyaman. Selama ini ia tak banyak berinteraksi dengan orang kecuali pelanggan atau pembeli. Dan ketika Troy selalu muncul tiga hari terakhir, Flora sedikit demi sedikit mulai terbiasa. Meski sesungguhnya ia masih menjaga jarak dengan lelaki itu.

Pukul sembilan pagi, Troy sudah selesai mengantarkan pesanan bunga ke alamat yang Flora berikan. Ia pun tidak lupa memberikan uang pembayaran yang ia dapatkan dari pelanggan-pelanggan bunga Flora. Lelaki itu kembali dengan senyum cerah berserta keranjang kosong yang menunjukan bahwa ia sudah berhasil menyelesaikan tugasnya pagi itu.

“Flo, saya sudah selesai mengantar bunga,” Troy melaporkan hasil kerjanya. “Tadi nyonya Aling mengatakan terima kasih karena buket bunga yang ia pesan sangat cantik dan rekan kerjanya menyukai buket bunga yang ia hadiahkan itu. Kata nyonya Aling, lain kali ia akan datang sendiri dan mengucapkan terima kasih padamu. Dan nyonya Aling juga mendoakan kesembuhanmu.”

“Aku sudah sembuh,” balas Flora. “Aku sudah bisa mengantar sendiri bunga pesanannya. Besok kamu sudah tidak perlu datang lagi. Sudah tiga hari kamu membantuku mengantar pesanan dan aku sangat berterima kasih untuk bantuanmu.”

Troy menggeleng, “Tidak. Aku akan datang lagi besok, besok, dan besok lagi. Aku akan terus mengantarkan bunga pesananmu. Kamu belum memiliki sepeda pengganti dan tidak memiliki alternatif lain untuk mengantarkan bunga. Dan para pelangganmu, mungkin mereka keberatan jika harus mengambil sendiri bunga pesanan mereka.”

“Tidak, Troy. Saya akan berusaha sendiri. Ini sudah tiga hari dan saya rasa kamu bukan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan apa-apa. Saya sudah sangat bersyukur kamu membawa saya ke klini, kamu juga sudah mengganti bunga pesanan nyonya Salma waktu itu dan mengantarkan sendiri ke rumah beliau beserta ucapan permintaan maaf padanya. Dan selama tiga hari ini pula kamu sudah menjadi kurir saya bahkan tanpa bayaran. Toko ini hanya toko bunga kecil. Saya tidak akan mampu untuk membayar kebaikanmu ini. Jangankan membayar kebaikanmu, mengganti uang bensinmu saja saya tidak akan mampu,” ujar Flora dengan jujur. Ia memang harus membuat Troy menyerah. Setidaknya ia harus dengan jelas memberitahu Troy bahwa perilaku baiknya selama ini sudah cukup untuk menunjukan tanggung jawabnya.

“Saya tidak bisa, Flora. Saya merasa tidak nyaman dan terus merasa bersalah. Kamu tahu sendiri, pagi itu saya mengantuk dan saya lalai dalam berkendara. Anggap ini hukuman bagi orang lalai seperti saya. Ini hanya tiga hari, bahkan jika lebih dari sebulan pun tak masalah untuk saya,” balas Troy meyakinkan. Ia menatap gadis yang sedang duduk di balik meja yang biasa ia gunakan untuk bekerja itu dengan tatapan teduh yang tulus. Troy dengan segala kebesaran hatinya merasa ia memang harus membantu Flora. Ia sudah merusak satu-satunya sepeda yang Flora miliki. Dan Troy belum dapat menggantinya dengan yang baru karena suatu alasan. Flora pasti kesulitan, maka Trop putuskan untuk bertahan sampai waktu yang tidak ia ketahui kapan.

“Troy saya—“

“Saya mohon,” pinta Troy. “Saya tidak memiliki apa-apa selain tenaga saya untuk membantumu. Jadi tolonglah, saya tidak ingin menjadi pecundang dengan pergi begitu saja padahal kamu masih membutuhkan bantuan saya.”

“Tidak seperti itu Troy saya sudah dapat melakukannya sendiri. Luka ini sudah sembuh dan saya sudah lebih baik dari sebelumnya. Saya rasa apa yang kamu lakukan sudah dangat cukup.”

“Belum cukup, Flora. Saya masih merasa bertanggung jawab. Saya tidak bisa membiarkan kamu terus bekerja dengan susah payah karena lutut dan kakimu yang masih dalam keadaan diperban. Saya mohon, terimalah usaha saya.”

“Troy saya menerima usaha kamu, tapi saya rasa sudah sangat cukup. Tolong mengertilah bahwa saya—“

“Kamu tidak nyaman dengan kehadiran saya? Kenapa? Apa saya orang jahat di mata kamu?” potong Troy tanpa permisi.

Flora diam sejenak. Andai saja ia dapat jujur, ia memang akan mengatakannya. Ia belum nyaman dengan kehadiran Troy. Lelaki itu masih terasa asing. Masih terasa baru baginya. Dan sulit bagi Flora untuk menyesuaikan diri dengan lelaki yang baru tiga hari dikenalnya.

“Jika itu yang kamu pikirkan tentang saya, saya benar-benar merasa kecewa. Saya sudah katakan bahwa saya tidak jahat. Saya rasa kamu berpikir demikian karena penampilan saya yang memang kurang sopan menurutmu, tapi ini hanya masalah penampilan. Saya dapat berubah menjadi lebih normal jika itu yang dapat membuatmu nyaman,” ujar Troy.

Flora tidak pernah mempermasalahkan penampilan Troy. Lelaki itu berpakaian cukup sopan meskipun ia lebih sering mengenakan kaos berwarna hitam dengan gambar-gambar menyeramkan seperti monster dan yang lainnya. Masalah yang sebenarnya adalah pada diri Flora sendiri yang memang masih merasa asing dengan kehadiran Troy. Hanya itu, Flora hanya perlu membuka dirinya dan semua akan baik-baik saja.

“Flora mungkin kamu memang masih belum menerima saya. Tapi saya pastikan bahwa nanti kamu akan menilai saya dengan berbeda. Jangan takut pada saya karena saya benar-benar berniat membantumu. Dan saya juga dengan tulus ingin berteman dengan kamu,” kata Troy yang berusaha meyakinkan Flora. Jika berbuat baik dan membantu tidak cukup meyakinkannya bahwa Troy memang orang yang baik, maka dengan berteman kemungkinan Flora akan percaya padanya. Lagipula tidak ada salahnya ia dan Flora berteman. Menambah satu teman makan akan menambah satu kebaikan lagi.

“Teman?” tanya Flora lirih. Ia memikirkan satu hal. Teman adalah sesuatu yang selama ini belum pernah ia miliki. Teman saat dirinya sekolah hanyalah mereka yang sekedar kenal kemudian melupakan. Flora belum memiliki teman sungguhan jadi dia tidak tahu bagaimana rasanya memiliki teman. Lalu, apakah ia dapat mencobanya dengan Troy? Mencoba menjadi temannya.

“Iya, teman. Bagaimana jika seperti itu saja? Mulai hari ini Troy dan Flora adalah teman. Setuju?” balas Troy dengan senyumnya yang mengembang tulus.

Teman, apakah Flora dapat memilikinya? Dan apakah Troy benar-benar akan jadi temannya?

[]

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel