Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12

Joy bisa mendengar suara kedua orangtuanya yang saling berteriak dan membentak tanpa ada yang mau mengalah. Kalau dirinya yang dulu, dia tidak akan ambil pusing dan memasang headphone untuk mendengarkan musik didalam kamarnya.

Dia tidak akan peduli apakah kedua orangtuanya bertengkar, ataukah berdamai ataukah berteriak hingga mengganggu tetangga sebelah. Yang penting waktu privasinya tidak akan terganggu dan selalu mendapat jatah uang tiap minggu dari mereka.

Namun kini, ketika Joy kembali ke masa ini dimana dia mendengarkan suara pertengkaran kedua orangtuanya, Joy menitikkan air mata sukacita.

Dia memang merasa sedih karena orangtuanya masih bertengkar seperti yang diingatnya, tapi hatinya bersorak gembira karena dia kembali ke masa dimana kedua orangtuanya belum bercerai.

Joy merasa dia telah mengalami mimpi yang sangat panjang dan mengubah cara berpikirnya memandang kehidupan keluarganya.

Dia tidak tahu apakah yang dialaminya selama ini adalah mimpi ataukah dia sudah mati tenggelam di sungai dan dia sedang bermimpi saat ini. Dia juga tidak peduli karena dia telah membuat keputusan bulat.

Tidak peduli apakah saat ini dia sedang bermimpi atau tidak, Joy ingin berbuat sesuatu akan masa depan keluarga ini. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan dia akan membuat sebuah perubahan.

Joy menghapus sisa air matanya dan segera mengambil sebuah kertas serta pulpen. Kemudian dia menulis sesuatu dalam huruf besar diatas kertas berukuran A4 bewarna putih tersebut.

Setelahnya, Joy kembali membaca tulisannya sendiri lalu menempelkannya di cermin meja riasnya sambil tersenyum puas.

Berikut adalah tulisan Joy di atas kertas putih tersebut.

1. TIDAK BOLEH SEBUT KATA CERAI

2. TIDAK BOLEH MENYAKITI HATI PAPA MAMA

3. HARUS LULUS SEKOLAH SMA

4. HARUS MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN KELUARGA

Joy melihat tulisannya berulang kali sampai betul-betul tertanam dipikirannya.

Peraturan nomor satu adalah kesalahan fatal yang dilakukannya. Pria misterius itu mengatakan padanya kalau seandainya dia tidak menyuruh ayahnya untuk menceraikan ibunya, maka perceraian itu tidak akan pernah terjadi.

Jika seandainya dia tetap bertahan dan tidak terpengaruh akan suasana rumah yang makin lama makin buruk, mungkin, kedua orangtuanya tidak perlu bercerai dan bersama-sama mempertahankan keutuhan rumah tangga ini.

Peraturan nomor dua juga termasuk kesalahan fatal. Jika seandainya dia tidak mengatakan kata-kata keji saat ayahnya mengajaknya untuk kuliah diluar negeri, maka ada kemungkinan kedua orangtuanya bisa bersatu kembali melalui dirinya.

Jika seandainya dia tidak terus-terusan menutup diri disaat ayahnya berusaha mendekati mereka, mungkin Joy bisa melihat ketulusan sang ayah dan menyatukan kembali kedua orangtuanya.

Jika dilihat kebenarannya, yang suka menghamburkan uang keluarga bukanlah ayahnya, melainkan ibunya… tidak lebih tepatnya… saudara-saudara ibunya. Mereka selalu datang ke rumah ini dan meminta uang secara halus. Ibunya yang merasa kasihan serta menyayangi keluarganya tidak pernah menolak permintaan mereka dan selalu memberi mereka uang.

Ibunya tidak pernah membeli barang-barang mewah atau menghabiskan uang untuk kepentingan pribadi. Tapi dia menghabiskan uang demi kesejahteraan keluarganya.

Hanya saja… ibunya cukup keterlaluan karena lebih mementingkan saudara-saudaranya daripada suami serta anak perempuannya. Ibunya tidak pernah bisa melihat bahwa saudara-saudaranya hanya memanfaatkannya saja. Ditambah lagi, ibunya malah termakan oleh ‘racun’ dari saudara-saudaranya yang menyuruhnya untuk bercerai dari suaminya.

Meskipun ibunya bersalah dan tidak mau mengakui kesalahannya, Joy tetap tidak boleh menyakiti ibunya.

Dia ingat kisah yang diceritakan pria misterius dikala mereka berada di toko roti kesukaannya. Ibu dari ayahnya sangat membenci ayahnya dan memperlakukan beliau tidak adil. Meskipun begitu, ayahnya tetap hormat dan sayang pada ibunya membuatnya ingin meniru tindakan itu.

Itu sebabnya, tidak peduli apakah ayah atau ibunya berbuat kesalahan. Joy tidak akan pernah menyalahkan mereka. Tidak lagi. Dia tidak ingin menyalahkan kedua orangtuanya atas penderitaan kehidupannya semenjak dia hidup sebatang kara.

Kemudian peraturan nomor tiga mengenai dia harus lulus sekolah, dia akan memastikan bahwa kali ini dia akan lulus dari sekolah SMAnya. Saat ibunya tahu dia tidak lulus dari sekolah; ibunya tidak bisa makan dan tidur selama berhari-hari. Dia tidak tahu bagaimana keadaan ayahnya, tapi pria itu mengatakan ayahnya sangat sedih saat tahu dia tidak lulus.

Karena itu dia memutuskan, tidak peduli seberapa sulitnya materi pelajaran di sekolah, dia akan belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai bagus.

Joy sendiri tidak bisa menjamin nilainya akan bagus, tapi setidaknya dia harus lulus meskipun nilainya pas-pasan. Masih ada waktu satu tahun sebelum ujian kelulusannya. Dia akan menebus waktunya untuk serius belajar.

Kemudian yang terakhir… Ini adalah tujuannya yang terutama. Dia pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan keutuhan keluarga ini.

Jika apa yang dialaminya selama ini hanyalah mimpi, Joy tidak ingin mimpi buruknya menjadi kenyataan. Namun jika apa yang dilihatnya saat ini adalah mimpi, Joy tidak ingin bangun dari mimpi ini.

Dia tidak tahu kapan mimpi ini berakhir sebelum akhirnya dia harus menghadapi kematiannya di sungai, tapi baginya ini adalah kesempatannya yang terakhir.

Tidak peduli apakah ini mimpi atau tidak, dia akan berusaha sekeras mungkin memperbaiki kesalahannya. Walaupun ini hanyalah sebuah mimpi, Joy akan berusaha sebaik mungkin untuk mengubah takdir kehidupan keluarganya.

Setelah yakin dengan keputusannya, Joy memakai baju seragamnya bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Setelah menghabiskan sarapannya, Joy pamit sambil mengecup pipi kedua orangtuanya yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Joy bisa melihat ekspresi syok pada wajah kedua orangtuanya dan tersenyum dengan bangga dalam hati.

Bagaimana tidak? Selama ini dia tidak pernah pamit bahkan mengecup pipi merekapun tidak pernah. Selesai sarapan, dia akan langsung pergi begitu saja berpura-pura tidak mendengar panggilan mereka dan menganggap mereka tidak ada di rumah.

Meskipun agak canggung dipermulaan, tapi ini adalah awal yang bagus untuk memulai perubahan. Mulai sekarang dia akan membiasakan dirinya pamit pada mereka tiap kali dia hendak pergi. Dia juga akan kembali mengecup pipi kedua orangtuanya di pagi dan malam hari sebelum dia tidur.

Dia ingat, sebelum kedua orangtuanya sering bertengkar seperti ini, mereka berdua selalu mengecup pipinya tiap kali dia bangun pagi dan hendak tidur di malam hari.

Sayangnya, kebiasaan itu menghilang setelah ibunya menggugat cerai pada ayahnya dan mereka tidak lagi datang ke kamarnya. Bukannya mereka telah melupakan keberadaan Joy, tapi ayahnya telah pergi bekerja tanpa bisa pulang selama dua tahun sementara ibunya terlalu sibuk menghitung keuangan serta memikirkan cara untuk mengembangkan bisnis saudara-saudaranya.

Kepergian sang ayah serta kesibukan sang ibu menciptakan sebuah jurang diantara mereka sehingga Joy kecil tidak berani melompati jurang tersebut untuk mendekati kedua orangtuanya.

Itulah awal mula kerenggangan hubungan mereka dan Joy merasa dia tidak lagi memiliki orangtua. Dia merasa sendiri dan hanya mengandalkan jatah uang dari ibunya tanpa memikirkan bahwa keuangan mereka semakin menipis.

Namun kali ini berbeda. Dia bukanlah anak kecil yang penakut dan mudah menyerah. Tidak peduli seberapa jauh jarak jurang diantara mereka semua, Joy akan melompatinya satu per satu hingga dia bisa menggapai tangan kedua orangtuanya.

Kali ini… dia yang akan mendekati mereka berdua.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel