Bab 9 Dikira Pelakor
Bab 9 Dikira Pelakor
“Pergi! Sekarang juga! Dan ingat! Jadilah kekar, jika kamu memang tidak ingin menarik perhatian lelaki.” Teriakan Manda menakutkan.
“Ma,” Wilona - anak Manda melirih. “Sudah, Ma!”
Viona meneteskan air mata di hadapan Manda, karena sudah tidak tahan dengan tuduhan yang ditujukan terhadapnya. Sungguh Viona tidak ingin kejadian ini menimpa Joey, apalagi yang menjadi penyebab adalah dirinya.
“Sekarang cepat kamu pergi dari sini!”
Manda menyeret Viona agar keluar dari ruang rawat Joey. Lalu mendorong dengan kasar, hingga membuat Viona jatuh tersungkur di depan pintu.
Pada kejauhan terlihat banyak media yang sedang berusaha meliput keadaan Viona dan Joey. Viona bisa tahu, karena sempat mendengar, ada seorang awak wartawan yang menyebut nama Joey
“Awww!”
Viona meringis menahan sakit, menurutnya apa yang dilakukan istri Joey kepadanya adalah hal wajar. Ini membuat wanita berparas cantik itu, menerimanya dengan lapang dada.
“Jangan pernah temui suamiku lagi!” ucap Manda sambil memaki-maki Viona, seperti tidak ada puasnya melampiaskan amarahnya kepada wanita yang sudah menyebabkan suaminya celaka.
Manda lalu masuk lagi ke dalam kamar rawat suaminya dan menutup pintu dengan kasar. Jger!
Viona menghembuskan napas panjang, saat sudah tidak ada lagi Manda di hadapanya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri di mana banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya.
“Vi ..., Viona!”
Terdengar suara seseorang yang memanggil namanya, membuat Viona menoleh ke sumber suara.
“Intan!” jawab Viona saat melihat wanita berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya, yang tak lain adalah sahabatnya.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Intan dengan panik saat sudah berjongkok di hadapannya.
Viona menggeleng. “Aku tidak apa-apa, tapi, tolong bawa aku pulang sekarang,” ucap Viona dengan memelas.
“Ya sudah, ayo kita pulang,” kata Intan lalu membantu Viona untuk berdiri.
Dalam hati Viona bersyukur ada Intan yang saat ini datang menjemputnya. Meskipun ia tidak tahu dari mana sahabatnya bisa tahu tentang keberadaanya.
Tapi, Viona tidak ingin bertanya, karena saat ini yang terpenting baginya adalah segera pulang ke kos-kosan dan membersihkan diri, agar bisa segera istirahat untuk melupakan kejadian yang sangat mengerikan hari ini.
Viona dengan di gandeng Intan berjalan ke luar rumah sakit menuju tempat parkir di mana mobil Avanza berwarna silver milik Intan terparkir.
Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil, mengabaikan pandangan aneh dan penasaran dari orang yang melihat kondisi Viona.
“Kamu tahu dari mana aku di rumah sakit, Ntan?” tanya Viona saat Intan sudah melajukan mobilnya. Rasa penasarannya akhirnya membuatnya bertanya.
Intan melirik sekilas ke arah Viona, “Dari berita online,” jawabnya dengan santai.
“Hah!” teriak Viona kaget dengan apa yang dikatakan Intan.
“Sebenarnya apa yang terjadi, Vi?” tanya Intan. Meskipun ia sudah melihat berita yang sudah santer di media online, tetap saja bagi Intan lebih baik bertanya langsung kesahabatnya sendiri.
“Jangan minta aku untuk cerita sekarang, Ntan!” kata Viona sambil menutup wajahnya dengan tangan.
“Oke! Aku tidak akan paksa kamu untuk cerita,” jawab Intan dengan bijak.
Mereka berdua-pun diam, fokus dengan pikiran masing-masing, hingga tidak terasa mobil Intan berbelok ke halaman parkir kos-kosan di mana mereka berdua tinggal.
“Ayo turun sebelum penghuni kos pada bangun dan kamu jadi pusat perhatian,” kata Intan menepuk bahu Viona pelan, saat melihat sahabatnya ini malah melamun.
Viona mengerjap seolah baru kembali ke dunia nyata. “Iya,” jawab Viona singkat lalu segera membuka pintu mobil dan turun, diikuti Intan.
Viona dan Intan berjalan dengan sangat pelan menuju kos-kosannya, berusaha tidak menimbulkan suara.
“Kamu cepat mandi dan langsung istirahat. Sebentar lagi pagi, lho. Tubuh kamu bau,” bisik Intan begitu mereka berdua sudah berada di depan pintu kos-kosan mereka yang posisinya bersampingan.
“Ish, dasar! Iya. Terima kasih ya, Ntan. Sudah mau jemput aku,” ucap Viona tulus.
“Ck!”Intan berdecak. “Itukan gunanya sahabat, Vi. Sudah sana, cepat masuk.”
“Iya, aku masuk,” jawab Viona, lalu memutar knop pintu dan segera masuk ke dalam kos-kosannya yang terasa sepi dan tenang.
Viona langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi. Tapi seketika Viona membelalakan matanya saat chanel televisi yang ditontonnya sedang menayangkan liputan saat Manda sedang memaki-makinya di rumah sakit. Ternyata, ada yang membuat candid camera.
“Apa-apaan ini, cepat sekali berita seperti ini menyebar,” teriak Viona lalu segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Viona langsung melepas selimut, celana dan pakaian dalam yang masih menutupi tumbuh indahnya yang kini sudah polos seperti bayi baru lahir.
Viona langsung merendam seluruh tubuhnya ke dalam bath up, berharap dengan berendam tubuhnya menjadi rileks dan pikirannya menjadi tenang.
Tapi kenyataan berbeda dengan apa yang di harapkan Viona, wajahnya nanar menatap langit-langit kamar mandi saat bayangan Joey yang dipukuli hingga menyebabkan pria keturunan China itu masuk rumah sakit, sampai Manda yang memakinya karena menganggapnya sebagai penyebab utama suaminya masuk rumah sakit.
“Arghhhh! Maafkan aku, Bang Joey. Semoga kamu tidak apa-apa.”
Viona berteriak sambil memeluk lututnya di dalam bath up. Bayangan kejadian demi kejadian silih berganti berputar diingatannya hingga membuatnya merasa bersalah.
Apalagi saat bayangan liputan televisi yang menayangkan Manda menjerit-jerit memakinya membuat Viona seolah kehilangan muka untuk bertemu orang di luar sana esok hari.
“Kenapa semua ini terjadi padaku!” teriak Viona sekali lagi, lalu segera menyudahi acara berendam, yang menurutnya percuma.
Viona langsung membelit tubuhnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi. Dengan langkah lemah Viona naik ke atas tempat tidur.
Masih dengan handuk yang melilit tubuhnya, Viona langsung berbaring dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Viona ingin segera tertidur agar bisa melupakan semua kejadian yang menimpanya hari ini, meskipun hanya sesaat.
Dan Viona yang kelelahan memang benaran tertidur beberapa jam. Hingga terdengar ketukan.
“Tok ... tok ... tok.”
Pintu kamar Viona digedor dengan tidak sabaran dari luar. Ini membuat gadis cantik yang masih betah tertidur mengerjapkan matanya karena tidurnya terganggu.
“Iya, sebentar,” teriak Viona dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Viona langsung turun dari tempat tidur dengan handuk yang masih setia melilit tubuhnya. Dengan langkah gontai Viona menuju pintu dan membukanya.
“Ada apa, Bu?” tanya Viona saat melihat Ibu Kos berdiri di depan pintu kamarnya.
“Ada beberapa wartawan kriminal yang nungguin kamu di depan. Katanya mereka mau wawancara kamu,” ucap Ibu Kos sedikit panik.
Viona menghembuskan napas panjang. “Biarkan saja, Bu. Viona tidak mau nemuin mereka.”
“Mereka katanya mau nungguin kamu, Vi,” jelas Ibu Kos.
“Nanti kalau lelah mereka juga pergi sendiri, Bu,” jawab Viona tetap menolak.
“Terserah kamu saja,” ucap Ibu Kos tidak lagi memaksa. Wanita paruh baya yang terkenal ramah itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Viona.
“Hufttt!”
Viona langsung menghembuskan napas lega, setelah kepergian ibu kos dari hadapannya.
“Selamat datang masalah,” ucap Viona lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kali ini Viona benar-benar mandi hingga tidak membutuhkan waktu lama kini sudah selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya.
“Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Viona saat melihat Intan sahabatnya sudah duduk di sofa sambil mengemil keripik ubi.
“Sejak kamu ada di dalam kamar mandi,” jawab Intan santai.
“Ck!” decak Viona. “Di depan masih ada wartawan?” tanya Viona ikut duduk di sebelah Intan.
“Kamu benar mau tahu?” senyum Intan misterius. “malah, ada berita yang sudah diterbitkan, bilang kalau kamu dan Joey itu kemungkinan pasangan berselingkuh, lho,
“Apa?” teriak Viona.
Seketika ia lemas. Aduh, bagaimana dia harus menghadapi esok hari?