Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Jodoh Buruk Rupa

Bab 10 Jodoh Buruk Rupa

.

“Di depan masih ada wartawan?” tanya Viona ikut duduk di sebelah Intan.

“Kamu benar mau tahu?” senyum Intan misterius. “malah, ada berita yang sudah diterbitkan, bilang kalau kamu dan Joey itu kemungkinan pasangan berselingkuh, lho,

“Apa?” teriak Viona.

Seketika ia lemas. Aduh, bagaimana dia harus menghadapi esok hari?

“Sudah! Jangan dipikirkan. Kita semua tahu, kamu tidak akan begitu. Tapi, mereka masih ada di teras kos, lho.”

“Aku mau lihat mereka,” ucap Viona lalu keluar dari kamar diikuti oleh Intan.

“Lho, mau apa, Vi? Kamu tidak mau menemui mereka?”

“Tidak! Ngintip saja.” jawab Viona yang sekarang bisa dengan jelas melihat beberapa wartawan yang mondar mandir di depan teras kos-kosannya.

“Dari jam enam mereka ada di situ,” jelas Intan.

Viona mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Dan saat itulah Viona melihat Kemal lelaki buruk rupa berperawakan sedang, yang sama sekali tidak pernah ingin dilihatnya sedang menghampiri para wartawan.

“Untuk apa dia juga ada di sini sih!” omel Viona.

Kemal sebenarnya tampan. Matanya sangat indah, mancung pula. Namun, karena kerap berjerawat membuat lelaki ini punya parut-parut bekas jerawat.

Ada juga sebuah codet luka diagonal di wajahnya, kadang menyeramkan bagi yang baru melihat. Selain itu, tangannya banyak sekali bekas luka, mungkin kecelakaan di masa lalunya.

“Kemal maksud kamu, Vi?”

“Ya iya lah, siapa lagi Intan?” geram Viona.

“Coba lihat apa yang sedang Kemal lakukan,” ucap Intan yang melihat Kemal sedang berbicara dengan wartawan.

“Bisa apa sih dia,” ucap Viona meremehkan.

“Bisa terus berusaha untuk mendapatkan hati kamu,” seloroh Intan dan itu berhasil membuat Viona kesal.

Viona jadi teringat kenangan kemarin. Sebelum dia dilamar Zio, ada lelaki yang melamarnya duluan.

Flashback on

Viona berjalan dengan tergesa saat sudah jam pulang kantor karena punya janji dengan Zio kekasihnya.

“Viona, bisa minta waktunya sebentar,” ucap Kemal yang tiba-tiba sudah berjalan di sampingnya.

Viona menghentikan langkah kakinya, lalu melihat ke arah Kemal malas-malas.

“Ada apa, Pak Kemal?” tanya Viona dengan ketus. Jabatan Kemal yang lebih tinggi dari Viona, membuat wanita cantik ini memanggil Kemal dengan sebutan Pak, meskipun sebenarnya Kemal tidak suka.

“Aku ingin bicara hal penting denganmu,” jelas Kemal.

“Mau melamar aku lagi, iya kan Pak?” tebak Viona tanpa perasaan.

Kemal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah. Apa yang dikatakan Viona memang benar, kali ini Kemal berniat ingin melamar Viona lagi, agar wanita idamannya ini mau menjadi istrinya.

“Iya, Viona,” jawab Kemal kikuk.

Viona menghembuskan napas panjang. “Jawaban saya akan tetap sama, Pak. Saya tidak akan pernah terima lamaran bapak seperti yang sudah-sudah,” jawab Viona tanpa perasaan.

“Tapi, Vi ...,”

“Saya permisi, Pak. KEKASIH saya sudah jemput,” kata Viona lalu meninggalkan Kemal yang masih berdiri mematung, menghampiri Zio yang sudah menunggunya di parkiran.

“Viona, hati-hati, kekasihmu itu sepertinya punya niat yang buruk! Setidaknya seminggu ini, tatapannya beda ke kamu, Vi!”

“Jangan sok tahu dan menjelek-jelekkan kekasih orang ya, Pak! Urusi saja parut-parut jerawatnya, bapak!”

Flashback off

Kemal menghampiri wartawan dengan santai bertanya kepada mereka. “Ada yang bisa saya bantu?”

Wartawan yang sedang fokus menunggu kedatangan targetnya, kaget melihat Kemal yang tiba-tiba ada di antara mereka. Apalagi dengan banyak bekas luka di tangan lelaki buruk rupa ini, mereka sampai mengira Kemal adalah preman kampung yang akan mempersulit pekerjaan mereka.

“Bapak ini siapa? Preman atau tukang pukul yang di kirim Mba Viona untuk mengusir kami dari sini?” tanya salah satu wartawan dengan raut wajah serius.

Kemal mengerutkan keningnya mendengar ucapan wartawan yang tengah memegang kamera. “Apa tampang saya terlihat seperti preman?” tanya Kemal sambil melipat tangan di depan dada.

“Lah masih tanya, sudah jelas punya tampang menyeramkan seperti preman, kok masih tidak sadar,” ucap wartawan wanita di dalam hati dan tentu saja tidak terdengar oleh Kemal.

“Tidak sih Pak, hanya saja kita penasaran,” jawab wartawan wanita akhirnya.

“Ck!” Kemal berdecak, “Asal kalian tahu saya ini orang terdekat Viona, jadi berhenti mengira saya ini tukang pukul,” ucap Kemal dengan nada kesal.

“Woo!” terdengar riuh luar biasa. Bahkan, sebagian tak canggung tertawa cekikan.

Mereka mengira, apa yang dikatakan Kemal barusan adalah bualan semata. Viona yang begitu cantik, kemudian penolongnya yang bernama Joey juga berparas rupawan seperti Oppa-oppa Korea di Drama.

Dan kini, ada laki-laki bercodet mengaku-aku pasangannya Viona. Sungguh terlalu.

“Pembual ya?”

“Tapi, dilihat-lihat cakep juga.”

“Apa iya, tapi wajahnya serem begitu. Belum lagi luka-luka tangannya. Rasanya, lebih cocok kalau Viona sama Si Joey itu,”

“Joey itu penolongnya,”

“Penolong apa penolong? Lantas, Viona pelakornya ya, sampai diteriakin istrinya Joey di rumah sakit!”

Demikianlah bisik-bisik gunjing di kalangan wartawan infotainment ini.

“Kalau begitu, nanti pernyataan bapak bisa kita konfirmasikan ke Mbak Viona nanti,”

“Untuk apa? Lagi pula percuma saja kalian datang ke sini, setahu saya Viona sedang tidak ada di kos-kosan, dia sedang ke rumah orang tuanya di Rasau (sebuah nama daerah di Kalimantan Barat),” jelas Kemal lagi.

Semua wartawan saling pandang satu sama lain karena penasaran dengan kebenaran ucapan lelaki buruk rupa dihadapan mereka. Hingga salah satu dari mereka-pun bertanya.

“Seberapa dekat hubungan Bapak sama Mba Viona?”

“Sangat dekat. Bahkan hubungan kedekatan kami bisa diibaratkan hanya setipis kulit bawang,” jawab Kemal penuh percaya diri.

“Maksudnya, Pak?” tanya wartawan yang merasa tidak puas dengan jawaban Kemal.

Kemal menghembuskan napas pelan. “Viona itu tunangan saya. Jadi, saya mohon dengan sangat, jangan pernah ganggu Viona lagi dengan reportase, karena tunangan saya tidak ingin itu,” jawab Kemal berbohong membuat Viona yang mendengar dari balik pintu menutup mulutnya karena mendadak mual ingin muntah.

Ucapan Kemal barusan seolah jadi kata-kata keramat yang tidak pernah mau Viona dengar seumur hidupnya.

“Kamu kenapa, Vi?” tanya Intan melihat tingkah sahabatnya.

“Toilet, aku butuh toilet,” jawab Viona seperti bergumam, lalu segera berlari masuk ke dalam kamar kos-kosannya.

“Astaga! Kenapa lagi dia,” kata Intan lalu ikut masuk ke dalam kamar Viona.

Sekitar sepuluh menit Viona berada di dalam kamar mandi, baru setelah itu wanita cantik yang tadi malam hampir di perkosa itu keluar dengan wajah lesu.

“Sudah muntah-muntahnya?” tanya Intan yang tadi mendengar Viona huak-huek di dalam kamar mandi.

“Hufttt!”

Viona menghembuskan napas panjang, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa di samping Intan. “Sumpah, aku enek mendengar ucapan si Kemal itu! Gila saja, dia ngaku-ngaku tunangan aku sama wartawan,” ucap Viona mengomel.

“Lah ... apa salahnya, Viona Sayang. Toh Kemal bilang begitu karena niat menolong kamu,” ucap Intan memberi pendapat.

“Salah! Pokoknya salah. Aku tidak suka dia ngaku-ngaku tunangan aku seperti tadi. Gila saja aku punya tunangan macam dia, baru membayangkannya saja aku sudah ngeri sendiri,” kata Viona sambil bergidik.

“Husttt, tidak boleh begitu Viona. Kalau ternyata Kemal itu jodoh kamu bagaimana?”

“Tidak mau! Aku tidak mau punya jodoh buruk rupa seperti dia,” teriak Viona dengan dramatis.

“Nyebut, Vi, nyebut,” kata Intan sambil menggelengkan kepalanya.

“Cukup Intan, berhenti bahas Kemal. Ganti topik saja supaya aku tidak semakin stres,” ujar Viona sambil cemberut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel