Bab 7 Joey Sang Hero
Bab 7 Joey Sang Hero
Orang itu langsung berlari, mengejar Viona yang sudah lebih dulu lari. Dari belakang, dia bisa melihat bokongnya Viona yang seakan hendak tumpah dan pecah.
Ia tidak mau targetnya lepas begitu saja. Setidaknya, ia harus bisa menikmati tubuh indah itu terlebih dahulu.
Viona yang sadar jika sedang dikejar pun berniat menambah kecepatan larinya. Tapi naas orang itu sudah lebih dulu berhasil mengejar Viona dan memeluknya dari belakang.
“Mau ke mana kamu, Cantik?” ucapnya sambil mencium ceruk leher Viona tanpa permisi.
Viona yang merasa jijik pun, memberontak, “Lepaskan aku!”
“Tidak semudah itu, Cantik,” bisik orang itu dari belakang.
“Sebelum dibuang, barang bagus seperti kamu harus dinikmati dulu selama berbulan-bulan. Lumayan dapat memuaskan dan menghangatkan malam panjang,” ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Anjing! Lepas!”
“Iya sayang, aku emak gukguk. Bisa gigit-gigit kamu. Mana, yang pertama harus kugigit?”
“Aku tidak mau! Tolong, lepaskan aku,” teriak Viona sambil menangis.
“Shutttt! Jangan buang tenaga kamu hanya untuk menangis, Cantik. Lebih baik buang tenaga itu untuk melayaniku sekarang,” ucap orang itu, dengan sekali gerakan sudah berhasil membalik badan Viona, dan membuat tubuh mereka kini saling berhadapan.
Viona menggeleng, “Apa salah aku sama kamu, sampai kamu tega berbuat jahat sama aku kayak gini?!”
“Hahaha!”
Orang itu tertawa terbahak mendengar pertanyaan Viona yang menurutnya lucu. Dan terlihat giginya yang besar-besar.
“Kamu tidak salah apa-apa. Yang salah itu tubuh indah kamu, karena sudah menggodaku agar mau menikmatinya,” ucap orang itu, lalu mulai memaksa mencium bibir ranum Viona dengan sangat rakus.
Viona masih berusaha memberontak, dengan cara menggelengkan kepalanya agar orang itu kepayahan menikmati bibirnya.
Orang itu merasa kesal dengan penolakan Viona, lalu mencengkram dagunya dengan sangat kuat, hingga membuat Viona menjerit kesakitan.
“Awwww, sa-sakit!” ucap Viona berniat menepis tangan orang itu, tapi tidak berhasil.
“Makanya kalau tidak mau sakit itu diem! Kita nikmati sama-sama kenikmatan ini, agar kita sama-sama merasakan surga dunia!” bentak orang itu tepat di depan wajah Viona.
Viona menangis, mulai pasrah menerima tingkah bejat lelaki yang kini ada di hadapannya. Pupus sudah harapannya untuk bisa mempertahankan kehormatannya untuk kedua kalinya.
Viona memejamkan mata lalu. Dia berpikir, beginilah ending kisahnya.
Tiba-tiba, terdengar suara pukulan teramat keras di telinganya.
Bukkk!
Viona segera membuka matanya kembali dan melihat Joey yang sudah berlumuran darah memukul orang yang hendak memperkosanya dengan batu besar. Begitu kerasnya, hingga membuat orang itu jatuh pingsan.
Tapi naas, tidak lama setelah itu Joey juga ikut pingsan, hingga membuat Viona kembali berteriak histeris. Jantungnya berdegup kencang.
“Arghhh, Bang Joey!”
Viona langsung berdiri dan menghampiri Joey yang sudah terkulai lemas, seperti orang mati.
“Bang Joey, bangun Bang,” ucap Viona sambil menepuk pelan kedua pipi Joey dengan tangannya yang gemetar.
Tapi, tidak ada respon yang diberikan oleh Joey hingga membuat Viona semakin ketakutan. Takut terjadi hal buruk dengan Joey dan semua itu karena dirinya.
“Bang Joey, dengar aku. Tolong bangun, Bang! Ingat istri dan anak kamu menunggu di rumah,” ucap Viona dengan suara bergetar.
Joey masih tidak memberikan respon apa-apa membuat Viona semakin frustasi, hingga berteriak, “Siapa saja tolong kami!”
Tidak lama setelah Viona berteriak, terlihat sebuah mobil sedang melaju dari kejauhan hingga membuat Viona buru-buru lari ke tengah jalan untuk menghadang mobil itu untuk meminta pertolongan.
Viona tidak peduli lagi dengan keadaannya yang sangat berantakkan. Tidak ada lagi taplak meja rajut berukuran besar, yang menutupi tubuhnya.
Tersisa, yang ada hanya bra berwarna hitam. Benda ini menjadi satu-satunya pelindung di tubuh bagian atasnya. Bahkan kancing dan resleting celana jeansnya-pun masih terbuka.
Bagi Viona saat ini yang terpenting adalah mendapatkan pertolongan agar bisa segera membawa Joey ke rumah sakit. Viona sudah tidak peduli dengan tubuhnya yang sudah dua kali hampir di perkosa.
Bahkan Viona tidak peduli jika orang yang ada di dalam mobil yang sedang di hadangnya ini juga memiliki niat untuk memperkosanya. Dia berharap, ada mobil yang melintas.
Pikirannya mulai tidak waras. Bahkan, kali ini Viona berpikir akan rela memberikan tubuh, asalkan setelah itu si pemilik mobil mau membantunya membawa Joey ke rumah sakit, untuk mendapatkan pertolongan.
Suara mobil berdecit karena di rem secara mendadak membuat Viona jatuh terduduk karena lemas dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
“Ada apa ini?”
Terdengar suara wanita dengan sangat panik ketika turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah Viona. Wanita paruh baya dengan pakaian rapi ini bergidik, mengetahui tubuh Joey berlumuran darah.
“Sepertinya wanita ini korban kejahatan, Bu.”
Terdengar suara lelaki tak kalah panik segera turun dari mobil dan mendekati Viona.
“Mba ... mba, apa yang sudah terjadi padamu,” tanya wanita paruh baya, pemilik mobil sambil menyentuh pelan bahu Viona.
Mendapatkan sentuhan yang terasa lembut dan penuh kehangatan, Viona mulai berani menurunkan tangan yang menutupi wajahnya agar bisa melihat wanita paruh baya yang diyakini Viona adalah orang baik.
“To-tolong saya,” kata Viona dengan suara lirih dan tangan menangkup di depan dada.
“Apa yang terjadi sama kamu, Mba?” tanya lelaki paruh baya yang juga bejongkok di hadapan Viona dengan serius.
Lelaki paruh baya dengan serius melihat tubuh Viona yang sangat memprihatinkan. Ini membuat Viona merasa ngeri, jika lelaki dihadapannya ini juga berniat menikmati tubuh indahnya.
Seolah paham dengan apa yang dipikirkan Viona, lelaki paruh baya tersenyum lalu berkata kepada wanita paruh baya yang Viona tidak tahu namanya. “Bu, coba ambil selimut di dalam mobil,” perintahnya dengan suara lembut.
“Baik, Pak,” jawab wanita ini dan segera mengambil selimut di dalam mobil.
“Kamu jangan takut, Mba. Saya dan istri saya akan menolong kamu.”
“Saya hampir diperkosa oleh mereka dan sekarang teman saya sedang tidak sadarkan diri di sana,” ucap Viona sambil menunjuk ke arah Joey yang sedang tidak sadarkan diri.
Entah mengapa Viona bisa dengan mudah percaya dengan ucapan lelaki paruh baya dihadapannya yang Viona yakin seumuran dengan ayahnya. Tanpa sungkan Viona langsung menceritakan apa yang sudah menimpa dirinya.
“Astaga!” teriak lelaki paruh baya di hadapan Viona sambil meraup wajahnya dengan kasar.
“Ada apa, Pak?” tanya wanita paruh baya dengan selimut sudah ada di tangannya.
“Selimuti mba-nya, setelah itu segera lapor polisi, Bu,” kata lelaki paruh baya lalu berdiri dan berjalan ke arah Joey yang tadi sempat di tunjuk Viona.
“Tenang ya , Mba, kamu sudah aman sekarang,” kata wanita paruh baya sambil menyelimuti tubuh Viona.
“Terima kasih, Bu,” jawab Viona dengan lirih.
“Cepat lapor polisi, Bu! Setelah itu kita pergi ke rumah sakit. Teman Mba ini, banyak kehabisan darah dan harus segera ditolong,” kata pria paruh baya sambil memapah tubuh Joey berniat membawanya naik ke mobil.
“Iya Pak, iya,” jawab wanita paruh baya lalu segera membantu Viona berdiri.
“Sekarang kita pergi dari sini,” ucap lelaki paruh baya kepada Viona.
Viona seperti menemukan sekolam air di gurun pasir. Dahaga cemasnya sedikit terobati.
Dengan kekuatan tersisa, dia berusaha membantu Joey yang sudah terkulai sangat lemah, untuk masuk ke mobil.
“Bertahanlah, Bang,” kata Viona lirih.
“Tolong, bantu angkat kaki suaminya Mba ini Bu, kita bawa ke mobil. Pelan-pelan ya,” pinta lelaki paruh baya pada istrinya
Deg! Jantung Viona akrobatik. SU ... SUAMI?
Joey bukan suaminya. Tapi, dia berharap di masa depan bisa mendapatkan lelaki sebaik Joey.