Bab 6 Pupus
Bab 6 Pupus
“Kita pergi dari sini sekarang,” ucap Joey, lalu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Kondisi jalan Ayani yang sudah sepi semakin membuat Viona dan Joey merasa dalam bahaya.
Empat kawanan yang melihat targetnya hendak kabur tanpa pikir panjang langsung mengejar mobil Joey.
“Hati-hati, Bang,” teriak Viona ketakutan. Matanya mendelik, sementara jantungnya berdebar tak karuan.
“Kamu jangan panik, Vi. Kita akan baik-baik saja,” ucap Joey sambil melihat ke spion bagian tengah dan mendapati keempat orang itu ternyata mengejar mereka.
“Mereka mengejar kita, Bang!” teriak Viona semakin panik, membuat Joey ikutan panik.
Di saat terdesak seperti sekarang, entah mengapa terlintas dipikiran Joey, jika empat orang yang sedang mengejar mereka sekarang, masih ada hubungannya dengan Zio.
Empat kawanan yang bertampang preman terus mengejar mobil Joey, kemudian dua orang pembonceng melempari mobil dengan palu dan batu yang sudah mereka siapkan sebelumnya.
“Prankkk!”
Kaca mobil Joey bagian belakang dan samping pecah. Membuat Viona semakin histeris karena ketakutan.
Joey masih fokus dengan kemudi dan jalan sepi di depannya. Ia tidak peduli dengan kondisi mobil yang sangat mengenaskan.
Yang terpenting baginya sekarang adalah segera terbebas dari ancaman keempat orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Merasa usaha mereka gagal, lalu salah satu pengemudi motor berinisiatif menyalip mobil Joey dan menebarkan paku di jalan di depan mobil Joey yang tengah melaju, hingga mengakibatkan ban mobil pecah.
Kejadian yang begitu cepat mengakibatkan mobil Joey oleng dan menabrak sisi pembatas jalan.
“Brakkk!”
“Arghhh!”
Teriak Viona sambil menutup mukanya dengan kedua tangan. Jantungnya berdegup dengan kencang, seolah nyawanya akan melayang.
“Woi, turun kalian!” bentak keempat kawanan itu dengan memukul kaca mobil bagian depan.
Mereka berempat, dengan wajah garangnya melihat ke arah tubuh Viona yang hanya berselimutkan taplak meja rajut, seperti kucing kelaparan.
“Kamu tunggu di sini, Vi,” ucap Joey, sambil melepas sabuk pengamannya.
“Bang Joey jangan ke luar,” ucap Viona melarang. Dia pegang tangan Joey.
Joey rasakan tangan perempuan ini sangat dingin. Dia tahu, Viona sangat ketakutan.
Viona tidak ingin ada hal buruk menimpa Joey. Beberapa kali dia hela napas terburu, memastikan jantungnya masih berdetak.
Sungguh, ini peristiwa mengerikan. Nyaris digagahi Zio, lalu sekarang menghadapi kawanan jahat.
Okelah. Tadi, Joey dapat dengan mudah mengalahkan Zio, tapi sekarang, siapa yang bisa jamin?
Joey sudah kalah jumlah dengan mereka, di tambah lagi mereka memiliki benda tajam sebagai senjata, sedangkan Joey sama sekali tidak punya.
“Ini jalan satu-satunya, Viona. Doakan Aku baik-baik saja,” ucap Joey, malah membuat Viona semakin ketakutan.
“Tapi, Bang ...,”
“Satu lagi, Vi, kamu harus ingat ini baik-baik,” ucap Joey
Lelaki ini hendak memberi pesan kepada Viona. Ini membuat wanita yang hampir menjadi korban perkosaan kekasihnya sendiri, mendengarkan dengan serius tanpa menyelesaikan ucapannya.
“Ingat! Apa pun yang terjadi jangan pernah buka pintu mobil ini. Segera kunci mobilnya dari dalam, begitu aku sudah di luar!”
“Ba-baik, Bang,” ucap Viona.
“Bagus, Gadis Pintar,” ucap Joey, kemudian turun dari mobil dan berkata, “Sekarang Viona! Kunci pintunya!”
Viona yang paham dengan apa yang dikatakan Joey, langsung mengunci pintu mobil dari salam sesuai perintah Joey.
“Ya Allah, lindungi kami,” ucap Viona penuh permohonan.
“Siapa kalian?” tanya Joey sambil bersandar di sisi pintu mobil dengan tangan dilipatnya di depan dada.
“Wah ... wah ... wah. Punya nyali juga kamu, berani melawan kami?!” tanya salah satu dari empat kawanan tersebut. Sepertinya, mereka bukan orang Pontianak asli.
“Aku bertanya, mengikuti pepatah hidup,” jawab Joey dengan santai. “Tak kenal, maka tak sayang! Jadi ayo kita kenalan,” kata Joey sengaja mengulur waktu. Ia berharap akan ada kendaraan lewat mau menolong mereka.
“Kamu kira kira kita butuh lawakan busuk, hah? Lebih baik sekarang serahkan mobil kamu beserta isinya.”
“Sepertinya, isinya ada perempuan cantik, bos,” bisik seorang kawanan.
“Iya. Serahkan dia! Setelah itu kamu aman. Kamu bisa pergi dari sini dengan selamat,” kata salah satu dari mereka, yang seolah jadi juru bicara.
Joe melihat ke dalam mobilnya di mana Viona sedang duduk meringkuk ketakutan.
“Kalau aku tidak mau bagaimana?!” tanya Joey, tanpa takut sama sekali.
“Cari mati kamu!” teriak empat kawanan itu, lalu mulai menyerang Joey.
Joey yang sejak awal sudah menduga kalau mereka akan menyerangnya-pun, langsung melawan dan menghajar empat kawanan itu.
Terjadi perkelahian yang sangat mengerikan di depan mata Viona, hingga membuatnya menangis dan berteriak meminta pertolongan dari dalam mobil. Viona tahu, mana ada yang akan menolong mereka, jika keadaan jalan sangat sepi.
Joey dengan semangat empat lima terus menghajar empat kawanan itu, hingga tiga orang dari mereka berhasil Joey lumpuhkan. Tersisa satu lagi.
Tapi Joey yang terlalu bersemangat menjadi lengah, hingga tidak menyadari seseorang dari mereka yang masih tersisa memukul kepalanya dengan pentungan besi.
“Bukkk!”
“Mampus, kamu!” teriak seseorang yang sudah memukul kepala Joey dengan keras.
“Arghhhh!”
“Arghhhh, Bang Joey!”
Teriak Joey dan Viona bersamaan dalam konteks yang berbeda. Joey berteriak karena kepalanya yang sakit luar biasa terkena pukulan, hingga membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Sedangkan Viona berteriak karena ketakutan dan tidak tega melihat Joey yang kepalanya berlumuran darah karena terkena pukulan. Rasanya ngilu.
“Hahaha, rasakan sekarang! Makanya jangan macam-macam dengan kami,” teriak orang itu, lalu mulai menghajar Joey yang sudah tidak berdaya.
Viona yang melihat semua itu semakin menangis. Perempuan ini menarik napas sejenak.
Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk turun dari mobil, melanggar perintah Joey karena ingin menolong pria yang sudah terlalu banyak menolongnya hari ini. Sungguh Viona tidak ingin semua ini terjadi.
“Hentikan!” teriak Viona dihadapan orang itu dengan berani.
Rasa takut Viona seketika hilang saat melihat Joey sudah lemah tak berdaya, dengan darah berlumuran memenuhi kepalanya.
Mendengar teriakan itu, orang yang sedang memukuli Joey seketika menghentikan aksinya, dan langsung melihat ke arah Viona, yang tubuhnya hanya berselimut taplak meja berbahan rajut.
“Cantik sekali. Montok pula. Beuh, jadi ingin mimik aku,” kata lelaki itu. Dia sangat tergiur dengan Viona.
Joey yang melihat itupun menggeleng lemah. Ia kesal melihat Viona kini berdiri diantara mereka, tidak mau mendengarkan ucapannya.
“Halo, Cantik,” ucap orang itu dengan suara terdengar mengerikan di telinga Viona.
Orang itu berniat menghampiri Viona, tapi dengan tenaga masih tersisa Joey menahan kaki orang itu agar tidak mendekati Viona.
Melihat hal itu Viona malah berniat menghampiri Joey. Namun, seolah paham, Joey segera menggelengkan kepalanya.
Lalu lelaki berparas mirip Hyun Bin ini memberi kode kepada Viona agar segera lari dan menyelamatkan diri.
“Lepaskan kakiku, Brengsek!” berontak orang itu, menendang tangan Joey dengan sebelah kakinya yang bebas.
Joey meringis menahan sakit, tapi tetap berusaha memegangi kaki orang itu dengan kuat.
“Pergi sekarang, Viona!” teriak Joey akhirnya, karena melihat Viona yang masih saja belum mengikuti perintahnya.
Mendengar teriakan Joey, Viona akhirnya berlari berniat pergi menyelamatkan diri dan mencari pertolongan agar bisa menyelamatkan Joey juga.
“Sialan, kamu!” maki orang itu dan menendang tangan Joey terus menerus hingga melepaskan belitan di kakinya.
“Lari Viona! Ayo! Sekarang!”
“Bang, tidak!”
“Jangan pedulikan aku! Lari sekarang!” teriak Joey.
Dan bress! Air mata lelaki itu tiba-tiba merembes untuk Viona!