Bab 4 Melakukan Bertiga
Bab 4 Melakukan Bertiga
“Ranum sekali punyamu, Sayang!” lirih Zio dengan mata berbinar.
Baju Viona kini sudah terlepas dengan sempurna. Menyisakan bra berwarna hitam yang menjadi pelindung dadanya yang terlihat padat berisi.
Ini membuat Zio dengan susah payah menelan salivanya karena melihat keindahan yang ada dihadapannya. Sekian lama bersama Viona, dia belum pernah melihat keindahan itu.
Keduanya sudah berkomitmen untuk saling menjaga. Sampai pernikahan menyatukan mereka. Dan Zio tampak menyesal melakukan itu, jika dia tahu ternyata Viona begitu mempesona begini.
Viona menangis semakin menjadi dengan tangan menyilang di depan dada, berusaha menutupi dadanya. Refleks ia lakukan, walaupun rasanya percuma.
Zio yang sudah tidak tahan melihat kemolekan tubuh Viona langsung memeluk dan melanjutkan aksi gilanya. Zio dengan rakus menciumi setiap inci wajah, leher, dan dada Viona dengan sangat rakus.
Tangannya bahkan berusaha melepaskan kaitan bra Viona dengan tidak sabaran. Permukaan telapak tangan kirinya bahkan tak sengaja menyentuh bukit itu.
Viona yang sudah kehabisan tenaga, mulai pasrah dengan apa yang dilakukan Zio padanya. Dia tak lagi memberontak karena menurutnya semua itu hanya percuma.
Tapi seketika Viona merasa kembali memiliki harapan untuk mempertahankan kesuciannya, saat mendengar suara laki-laki lain yang bukan Zio ada diantara mereka.
“Kalian sedang apa di kamar? Maaf kalau aku mengganggu!” ucap Joey dengan santai, lalu meletakkan makan pesanan Zio tanpa menaruh curiga ke atas meja makan. “Pesanannya aku taruh di meja makan ya?”
“Kamu sedang sama Viona kan, Zio? Wah, Kalian sudah menikah, ya? Sudah akad ya? Sial! Kamu tidak undang-undang. Tapi, resepsinya, aku pasti diundang dong, ya?” seloroh Joey lagi.
Joey adalah teman Zio. Tidak terlalu karib memang, tapi cukup akrab. Sering kali Joey singgah sebentar, sekedar main PS atau ngobrol singkat, ketika ada pesanan di perumahan Zio atau malah Zio sendiri yang pesan.
Pria keturunan China ini adalah pemilik restoran seblak, cuanki dan batagor yang cukup maju di kota Pontianak. Dan dia dikenal ramah, kadang malah pergi sendiri mengantarkan pesanan online pelanggannya. Sekedar mencari suasana
Joey sengaja turun langsung untuk mengantarkan pesanan Zio. Jika ruang tamu menyala, maka biasanya pintu rumah Zio jarang terkunci, dan Zio sudah berpesan langsung pada Joey untuk masuk saja.
Mendengar pertanyaan itu, sontak saja membuat Zio menoleh dan menghentikan aksinya untuk sementara.
“Seperti yang kamu dengar, aku dan Viona sedang begituan dan kamu datang tidak tepat waktu!” kata Zio tanpa berpikir.
Dalam hati, dia mengutuk, bahwa sempat-sempatnya tadi ia memesan makanan di resto Joey lewat ponsel, sebelum ke Bamboo Cafe. Dan dia meminta diantar malam ini. Sayangnya, Joey terlalu tepat waktu.
“Iya, mengerti! Jangan lupa, resepsi undang-undang ya?”
“Siaap! Joy, pulanglah. Aku mengusir, hahah....” Zio mencoba bercanda, meski dia juga gugup, karena aksinya ketahuan.
“Sorry! Kalau begitu aku langsung pulang saja,” ucap Joey berniat meninggalkan rumah Zio.
Viona merasa konsentrasi Zio sedang terpecah dengan kedatangan Joey, tidak mau membuang kesempatan yang ada Viona dengan sengaja menginjak kaki Zio dan segera berlari menghambur ke arah Joey dengan kondisi tak karu-karuan.
“Bang Joey, jangan pergi. Tolong aku,” ucap Viona sambil sesenggukan. Berlari ke luar kamar.
“Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kalian sudah menikah kan? Atau ... Apa kalian melakukan semua ini atas dasar suka sama suka?” tanya Joey saat tubuh Viona masih memeluknya dengan erat.
Viona menggeleng. “Zio mau perkosa aku!”
Dan wajah Joey berubah menegang. Dia lihat Zio, memang terlihat seperti bajingan, saat itu.
“Viona!” teriak Zio sambil menahan sakit.
Dengan penuh emosi Zio menghampiri Viona yang kini berada di dalam pelukan Joey, berniat untuk memaksanya kembali.
Joey yang sudah mendengar cerita Viona tentu tidak tinggal diam. Ia langsung mendorong kuat tubuh Zio, hingga terhuyung kebelakang.
“Apa-apaan kamu, Joey!” bentak Zio tidak terima.
“Kamu yang apa-apaan, hah! Tega-teganya kamu melakukan hal keji seperti ini kepada Viona, Zio!”
“Kamu jangan ikut campur! Ini urusan aku dengan Viona, lebih baik sekarang cepat kamu pergi dari rumahku,” kata Zio mengusir Joey.
Joey mengangkat sudut bibirnya. “Aku tidak akan pergi dari sini sebelum memberikan ini padamu!” teriak Joey langsung menghajar Zio dengan penuh semangat.
Zio tidak tinggal diam begitu saja, ia membalas pukulan Joey dan terjadilah aksi saling pukul antara dua teman ini.
Viona yang ketakutan, berdiri di pojokan seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya.
“Aku menyesal kenal orang bejat seperti mu, Zio!” ucap Joey masih terus memukul Zio yang mulai kelelahan dan kewalahan meladeni serangannya.
“Tunggu Joey, tunggu!” ucap Zio yang mulai merasa terdesak.
“Apa, hah?!” bentak Joey dengan napas naik turuk karena emosi.
“Aku mau beri kamu penawan,” kata Zio tanpa berpikir.
“Penawaran? Penawaran yang bagaimana maksud kamu, Zio?” tanya Joey dengan kening berkerut.
“Bagaimana kalau kita main bertiga? Kita bisa menikmati tubuh Viona, kita gilir dia. Itu pasti sangat menyenangkan, Joey. Apalagi Viona masih perawan,” kata Zio penuh percaya diri.
Mendengar penawaran dari Zio membuat Joey langsung melihat ke arah Viona dengan penuh rasa kagum.
“Sepertinya akan sangat menyenangkan! Apa lagi dengan tubuh seindah ini, siapa yang tidak mau dengan Viona?”
Joey berkata sambil terus memperhatikan lekuk tubuh Viona yang sangat-sangat sempurna. Dalam hati, dia mengakui bahwa Viona memang sangatlah indah.
Apalagi dengan tubuh semampai dan semua bagian yang menonjol, sesuai pada tempatnya. Maka, Joey cukup mengerti bahwa Zio dibuat terbius oleh keindahan itu.
Zio mengangkat sudut bibirnya, merasa Joey kini sudah berada dipihaknya dan sebentar lagi mereka akan menikmati tubuh Viona bersama-sama.
Sial! Demi menutupi ini, aku harus berbagi dengan pria ini. Bagaimana jika Viona lebih menikmati bersama Joey, karena lelaki ini jauh lebih tampan dan bertubuh seperti bintang iklan susu pria?
“Arghhhh!”
Viona langsung berteriak histeris, saat mendengar perkataan Joey yang menurutnya akan setuju dengan tawaran Zio. Tubuhnya menggigil seketika. Runtuh sudah harapannya.
Refleks, dengan kegugupan dan ketakutan, perempuan ini mundur dua langkah. Dia hendak kabur, tapi rasanya mustahil sudah.
Zio tertawa senang melihat Viona ketakutan, sedangkan Joey tanpa berkata apa-apa langsung menghampiri Viona.
“Hai ..., Viona.” Joey memanggil, sambil memegangi kedua bahu Viona yang sedang terguncang berniat menenangkan.
Mendapatkan sentuhan dari Joey seketika membuat Viona memberontak. Dia merasa sudah salah menilai Joey, yang dikiranya sebagai orang baik.
“Jangan sentuh aku! Pergi kamu, pergi! Kamu sama saja dengan Zio, sama-sama brengsek!” teriak Viona semakin histeris.
“Viona tenanglah. Lihat aku, lihat!” ucap Joey mengguncang pelan bahu Viona agar tersadar dan mau melihatnya.
Dengan gemetar dan keadaan kacau Viona memberanikan diri melihat ke arah Joey. Sebuah mata yang indah, dengan sorot seperti bintang-bintang drama Korea.
“Tolong lepaskan aku,” ucapnya dengan mengiba.
Mendengar permintaan Viona, seketika Joey tersenyum dan menatap Viona dengan sorot mata meneduhkan. Dia tepuk-tepuk bahu perempuan ini, lalu mengangguk perlahan.
“Tenanglah Viona. Aku punya anak perempuan dan punya seorang istri. Aku sangat mengerti masalah kehormatan wanita. Jadi, mana mungkin aku menerima tawaran Zio,” bisik Joey tepat di telinga Viona.
Dan Zio salah mengira. Dipikirnya, Joey sedang mulai mencumbui Viona.
“Be-benarkah?” tanya Viona terbata-bata. Apakah Joey benar-benar pria baik, seperti perkataan lelaki ini barusan?