Bab 3 Kesucian Viona
Bab 3 Kesucian Viona
Viona yang kaget dengan perlakuan Zio yang tiba-tiba, membuat tubuhnya hilang keseimbangan, hingga terjatuh ke springbed dengan posisi Zio yang ada di atasnya.
“Awww!”
Viona berteriak karena kaget. Wanita cantik ini juga merasa keberatan menompang tubuh Zio, yang sama sekali belum beranjak dari posisi sekarang, yang berada di atas tubuhnya.
“Zio! Apa-apaan sih, Kamu? Cepat bangun dan berdiri sekarang,” perintah Viona dengan raut wajah ketakutan.
“Tanpa kamu minta aku sudah bangun dan berdiri sekarang, Sayang,” jawab Zio yang terdengar ambigu di telinga Viona.
“Jangan main-main, Zio,” ucap Viona yang bisa merasakan ada sesuatu yang mengeras dan menekan tubuhnya.
“Aku tidak sedang main-main, Sayang,” jawab Zio sambil menyibak rambut Viona.
“Kamu mau apa, Zio?!” tanya Viona mulai ketakutan.
“Aku mau kamu. Kita bersenang-senang sebentar di sini,” jawab Zio dengan suara parau dan dalam hitungan detik langsung melahap rakus bibir Viona.
Viona berontak berusaha melepaskan diri dari Zio, yang sudah seperti orang kerasukan setan. Dia dorong dada lelaki ini.
Tapi, posisinya sekarang sangatlah tidak menguntungkan. Viona tampak kepayahan untuk melepaskan diri dari Zio, yang terus menikmati bibirnya dengan semangat.
“Zio, hentikan ..., aku bilang hentikan Zio!” ucap Viona ketika memiliki kesempatan untuk berteriak.
Zio langsung membekap mulut Viona. “Diamlah dan nikmati saja, Sayang,” bisik Zio sambil menggigit pelan cuping telinga Viona, hingga membuat wanita yang ada di bawahnya ini menggeliat karena reflek yang ditimbulkan oleh tubuhnya.
Dengan posisinya sekarang Zio bisa dengan leluasa memberikan sentuhan-sentuhan nakal di area wajah dan leher Viona. Niatnya untuk memancing hasrat wanitanya ini, agar tidak lagi menolak diajak bercinta.
Sudah mulai terdengar lenguhan-lenguhan dari Viona. Tanpa sadar, itu ia keluarkan.
Namun, Viona sadar. Bagaimanapun, hal ini bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, sementara mereka belum ada ikatan sah.
Dalam keadaan terdesak seperti sekarang, Viona berusaha tetap berpikir dengan akal sehatnya. “Zio! Ini tidak benar, tolong jangan lakukan ini padaku,” pinta Viona dengan memohon.
“Shutttt!”
Zio meletakkan jari telunjuknya ke bibir Viona, agar wanitanya berhenti berbicara. Lalu, secara paksa dia membenamkan bibirnya ke bibir Viona.
Viona mulai berjuang untuk mempertahankan dirinya dari godaan ini. Karena, hal ini ternyata sangat nikmat dan membuai.
“Lepas!”
“Tenanglah, Sayang. Kita sebentar lagi akan menikah. Jadi tidak apa-apa kalau kita mulai melakukannya dari sekarang,” kata Zio memberikan pandangan.
“Aku tidak mau dan tetap tidak mau kalau kita melakukan itu, sebelum kita menikah,” tolak Viona lalu menepis tangan Zio dengan kasar.
Zio mendengus karena tidak suka ditolak terus menerus oleh Viona. “Apa bedanya sekarang atau nanti, Viona?”
“Jangan Zio! Lepas!
“Alah, nikmati saja, sayang. Toh, sama-sama melakukan dan berujung pada penyatuan kita berduakan!” ucap Zio dengan nada tinggi karena mulai emosi.
Viona menangis. “Jelas beda Zio!” ucap Viona lalu kembali berusaha untuk memberontak dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
Dia lengkungkan tubuhnya. Barangkali dengan demikian, tubuh Zio dapat terdorong.
“Percuma saja kamu berontak, Sayang. Lebih baik kamu simpan tenaga kamu agar bisa menikmati permainan panas kita sebentar lagi,” ujar Zio tersenyum menyeringai.
“Jangan, Zio! Please!”
“Aku sayang kamu, Viona. Masa, kamu tidak mau membuktikan kamu sayang aku, sih? Ini demi aku, lho,”
Viona terus memberontak tanpa peduli dengan ucapan Zio. Hingga tanpa sengaja lutut Viona menendang milik Zio hingga membuat lelaki itu menjerit dan beringkuk kesakitan di atas springbed sambil memegangi miliknya, yang menjadi korban keganasan Viona.
Viona menjadikan kesakitannya Zio sebagai kesempatan untuknya agar segera pergi. Ia harus keluar dari kamar sialan ini. Lalu, segera pergi menjauh dari Zio si otak mesum.
Baru saja Viona berniat memutar knop pintu, tangan Zio sudah lebih dulu menghentikan pergerakannya.
“Mau ke mana kamu?!” tanya Zio yang masih menahan sakit dan nyeri karena ulah Viona.
Viona menepis tangan Zio. “Lepas! Aku mau pergi dari sini,” ucap Viona.
Perempuan ini lalu segera memutar knop pintu. Tapi, pintu tidak bisa terbuka karena kondisinya yang memang terkunci.
Zio tertawa menakutkan. Lalu matanya melotot, dengan telunjuk menunjuk ke arah dada Viona.
Refleks, Viona menutupinya. Ini seperti bukan Zio yang ia kenal. Atau mungkin seperti inilah aslinya Zio?
“Kamu baru boleh pergi dari sini kalau kita sudah bercinta! Paham kamu?!” bentak Zio lalu mendorong tubuh Viona hingga membentur dinding.
“Aku tidak mau!” teriak Viona, lalu menendang tulang kering Zio sekuat yang iya bisa.
“Arghhh!” teriak Zio kesakitan karena ulah Viona.
Viona yang lagi-lagi memiliki kesempatan untuk kabur, tidak mau membuang-buang waktu. Secepat kilat dengan tangan yang gemetar Viona memutar kunci dan membuka pintu kamar dengan lebar.
Viona yang baru saja berniat akan kabur, kembali di tahan oleh Zio yang dengan tega menarik baju kekasihnya hingga robek dibagian lengannya.
Tapi Viona tidak peduli dengan keadaan bajunya. Ia tetap berlari, berusaha kabur dari Zio yang sudah kesetanan agar bisa segera mencari pertolongan.
Zio tidak tinggal diam begitu saja. Ia langsung berlari mengejar Viona. Hari ini Zio sudah bertekat. Dia harus bisa mendapatkan keperawanan Viona apapun yang terjadi.
Sudah lama Zio merencanakan semua ini. Jadi mana mungkin dia membiarkan rencana ini gagal begitu saja.
“Kamu tidak akan bisa pergi dari aku begitu saja, Sayang,” ucap Zio saat melihat Viona berdiri mematung di ruang makan karena sudah tersudut.
Viona menangis sambil menangkupkan tangan di depan dada memohon kepada Zio, berharap lelaki ini tergerak hatinya dan mau melepaskannya.
“Tolong jangan lakukan ini padaku, Zio. Aku mohon padamu,” pinta Viona dengan suara gemetar.
Zio berjalan mendekati Viona dengan raut wajah yang sulit ditebak. “Tenanglah, Sayang. Aku tidak akan menyakitimu, selagi kamu menurut dan mau mengikuti semua kemauanku,” ucap Zio dengan suara datar, hingga membuat Viona semakin ketakutan.
Viona menggeleng. Air matanya mengalir deras.
“Aku tidak mau Zio,” ucap Viona tetap menolak.
“Kalau begitu aku akan memaksa kamu,” kata Zio lalu mendorong tubuh Viona hingga menabrak meja makan dan membuat wanita cantik ini semakin tersudut, “Diam dan nikmati!” kata Zio sebelum melanjutkan aksi bejatnya.
Tanpa perasaan Zio mulai berusaha melepaskan pakai Viona dengan paksa. Namun, Viona mendorongnya.
“Cukup, Viona! Kamu belum pernah melihat aku marah besar?” teriak Zio.
Dia ulangi lagi. Namun, Viona malah menggigit tangan Zio dengan garang.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Viona berusaha melawan hingga membuat Zio naik pitam dan menamparnya dengan sekuat tenaga.
“Plakkkk!”
“Awww!”
“Aku sudah peringatkan kamu dari tadi, Viona! Diam, diam, diam! Tapi ternyata kamu tidak mau dengar dan rasakan akibatnya!” bentak Zio lalu kembali memulai aksinya.
“Tolong, kumohon jangan, Zio!” kata Viona menghiba.
Zio menatap nyalang perempuan ini. Tangan kirinya menahan agar leher perempuan ini tidak bergerak.
Sementara tangan kanannya secara tergesa melucuti kancing demi kancing dari baju Viona. Sehingga terpaparlah keindahan itu.
“Astaga! Mulusnya!” Zio berdesis, sembari menenggak ludahnya. “kamu punya tubuh yang sangat indah, Sayang!”
“Jangan Zio! Kamu sudah janji untuk mempertahankan kehormatanku, sampai kita menikah. Kumohon, jangan!”
“Diamlah! Jangan membuatku semakin kasar. Aku sayang kamu. Ini demi aku, Sayang. Calon kamu!” Berulang lagi rayuan itu.
Breeek!
Zio menarik paksa baju Viona, yang sudah ia preteli kancing-kancingnya. Menyisakan sebuah teriakan yang semakin ketakutan.
Lelaki ini menganga. Tangannya bersiap untuk menikmati sajian itu.
Dan Viona merasa, apa yang dia pertahankan selama ini akan terenggut. Akankah ada keajaiban?