Bab 8 Malam Panjang Siska dan Bram
Bab 8 Malam Panjang Siska dan Bram
Setelah berkendara kurang lebih 25 menit dari apartemen Bara, Siska akhirnya sampai juga di sebuah apartemen mewah lainnya di kawasan Mataram City. Ia lalu memarkirkan mobilnya di parkir basemen yang sudah disediakan oleh pihak Apartemen.
Wanita berumur 25 tahun itu kemudian masuk ke dalam lobby utama apartemen tersebut. Ia berjalan ke sisi kiri lobby dan memasuki lift seorang diri. Dengan perasaan lesu dan kurang bersemangat, Siska berdiri di dalam benda kotak tersebut sambil memandangi dirinya dari pantulan kaca yang ada di seluruh bagian dinding itu.
Ting! Lift pun terbuka.
Siska berjalan di tengah-tengah koridor yang sepi itu. Ketukan dari sepatu heelsnya terdengar nyata, menggema memenuhi lorong tersebut. Ia kemudian sampai di sebuah unit Apartemen yang bernomor 315 A. Ia merapikan dulu penampilannya, menyisir rambut lurusnya dengan jari-jari tangannya.
Tok ... Tok ...
Ketuk Siska pelan.
Klik! Tak menunggu waktu lama pintu pun di buka dari dalam.
Seorang laki-laki dewasa yang lebih tua darinya muncul dari balik pintu tersebut. Laki-laki yang bernama Bram, yang meneleponnya tadi. Ia tersenyum riang menyambut Siska dengan hanya mengenakan kaos singlet dan celana selututnya.
"Hai, sayang!" sapanya.
"Hai ..." Siska menyapa balik dan langsung memeluk sambil mencipika-cipiki sugar daddynya itu.
"Kau terlihat kurang bersemangat, ada apa?" tanya Bram sambil menggandeng Siska untuk mengajaknya masuk ke dalam.
2 orang itu kemudian langsung masuk dan duduk di sofa ruang tengah apartemen itu. Bram langsung menuangkan red wine ke dalam gelas berkaki dan memberikan kepada Siska.
"Apa kau sedang ada masalah, sayang?" Bram merangkul bahu Siska dengan mesra.
"Tidak, aku hanya lelah!" jawab Siska sambil menyunggingkan senyumnya.
"Aku punya sesuatu untukmu, aku jamin kau akan melupakan lelahmu seketika" seringai Bram muncul sembari beranjak menuju meja kecil yang ada di sudut ruangan. Ia mengambil sebuah kotak segi empat, lalu kembali menghampiri Siska di sofa.
"Aku membelikanmu ini sewaktu aku ke Singapura kemarin!"
Siska terperangah, saat laki-laki berusia 43 tahun itu membukakan kotak tersebut. "Wow! So, cute ..." raut wajah Siska langsung berubah cerah.
"Begitu aku melihat ini, aku langsung berpikir bahwa kau akan sangat cantik mengenakannya"
"Thank you, Mas! Aku suka sekali" Siska langsung memeluk Bram sambil mengecup lembut pipinya dan bersandar di dada laki-laki itu. Matanya masih memandangi sebuah kalung beserta gelang keluaran merek terkenal dunia. Perhiasan yang begitu berkilau dengan swarovski di beberapa bagian.
Bram mengelus rambut Siska, membelainya sambil tangan kanannya memegangi dagu Siska dan membawa wajahnya ke arah bibirnya. Siska hanya menurut ketika Bram mulai mengecup bibir mungilnya,ia membuka mulutnya agar Bram lebih leluasa untuk memagutnya. Ciuman panas itu begitu lama hingga tangan Bram sudah bergerak meraba kemana-mana. Tangan kirinya memegang tengkuk Siska, sementara tangan kanannya menjelajah bagian dada Siska.
Bram yang brengsek!
Laki-laki berstatus duda itu sengaja membelikan Siska berbagai barang mewah dan mahal agar ia juga dapat dengan mudah merayu dan menikmati tubuh Siska. Ia tak kapok, walau Bara sudah menghajarnya beberapa minggu yang lalu.
Tangan Bram sudah tak bisa di kondisikan, dengan perlahan ia membuka kancing dress yang di kenakan Siska dan semakin meremas bagian-bagian sensitif tubuh gadis itu.
Siska yang juga sudah terpancing gairah itu, hanya membiarkan saat Bram mulai menjelajah ke lehernya dengan kecupan-kecupan kecil yang membara. Lenguhan samar dari mulutnya bagaikan nada yang terdengar merdu di telinga Bram, membuatnya semakin bergairah dalam melancarkan aksi pemanasan sebelum ke menu utama.
Siska pun tak kalah panasnya, tangannya mulai menjelajah ke area paha Bram. Menggelitik dan mengelus lembut bagian sensitif laki-laki itu. Ia melihat celana pendek itu sudah mulai memadat di bagian tengah pahanya.
Kedua orang ini benar-benar sudah berhasrat, tatapan mereka sungguh sangat berkabut pertanda gairah sudah berada di puncak ubun-ubun. Dengan sekali gerakan Bram berdiri dan mengangkat tubuh Siska, membawanya ke dalam gendongannya. Kedua tangan Bram mengangkat paha itu sementara kedua tangan Siska mengalung mesra di leher Bram. Wajah mereka berhadapan, hingga sangat mudah untuk Bram mencium dan memagut bibir mungil itu. Dengan gaya yang mesra ia lalu membawa Siska ke dalam kamarnya sambil tak melepas pagutan dari bibirnya.
Bram lalu membaringkan Siska, melucuti semua pakaiannya dan mulai merangkak ke arah gadis itu.
Nafas Siska memburu, dadanya terlihat turun naik, ia hanya membiarkan Bram mengecup dan mengendus lehernya yang menjadi titik rangsangnya. Ia memejamkan mata dan merasai lembutnya bibir Bram ketika ia mulai menjalar ke beberapa bagian tubuhnya.
Siska menggeliat, ia sangat suka saat ‘bermain’ seperti ini. Sesekali ia mendesah kecil sambil meremas rambut Bram di sela-sela jarinya.
"Let’sdoit, Mas ..." pinta Siska.
Bram menyeringai, ia tahu bahwa Siska saat ini sudah tak sabar lagi. Bram kemudian menghentikan aktivitas bibirnya dan langsung ke ‘menu utama’ malam ini.
"Aw ..." pekik Siska kecil sambil menggigit bibir bawahnya menahan desakan penuh dalam tubuhnya.
Bram mulai mengerjakan tugasnya, memberikan surga dunia pada gadis yang sudah tak perawan ini. Siska memang sudah sering melakukannya dengan Bara dulu, untuk itu ia pun tak merasa keberatan saat Bram mengajaknya menyatu berpeluh bersama.
Seakan lupa akan dosa, Siska ikut menggerakkan dirinya mengikuti gerakan irama Bram. 2 orang ini benar-benar tak peduli akan hal lain, bahkan di saat ponsel Bram berdering pun ia tak menghiraukannya.
Bram semakin mengebut, mengejar pelepasan dalam dirinya yang sudah mendesak keluar. Hampir bersamaan dengan Siska yang barusan bergetar hebat sambil meremas dadanya sendiri.
"Come on, Sis ... Hurry up!" racau Bram.
Bram kemudian mengubah posisi, ia membangunkan tubuh Siska dan bergantian ia yang berbaring sedangkan Siska mendudukinya dari atas.
Percintaan itu tetap berlanjut sampai malam terasa larut, sampai sang bulan benar-benar membulat sempurna memberikan sinar yang tembus dari balik tirai transparan kamar itu.
Malam yang panjang bagi pasangan tidak sah yang tengah membuat dosa itu. Sama-sama mencari kepuasan, sama-sama melepaskan hasrat, dan sama-sama menghilangkan penat.
Siska seolah tak kapok, seakan lupa bahwa baru beberapa jam saja tadi ia memohon pada Bara untuk kembali bersamanya, namun sekarang ia malah bercinta dengan laki-laki yang sama, yang pernah Bara pergoki dulu.