Bab 5 Malam Penuh Gairah
Bab 5 Malam Penuh Gairah
Setelah kembali dari pameran lukisan di Galeri sapu lidi, Cantika kemudian pulang menuju ke rumahnya sendiri. Rumah besar yang hanya ia tempati berdua dengan anak semata wayangnya, Enggar Ragasa. Cantika memasuki rumah sepi nan hampa ini,segera menaiki tangga untuk menuju lantai 2 dan memasuki kamar Enggar. Ia mendapati si kecil tampan itu sudah terlelap dengan memeluk gulingnya.
Cantika mengecup kening Enggar dan merapikan selimutnya. Ia menatap wajah polos sang anak yang sedari sekarang sudah terlihat tampan itu. Ia juga terkadang mengasihani mengapa di usia yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua yang lengkap, Enggar harus menjadi korban dari perceraian dirinya dan mantan suaminya. Sungguh, Enggarlah yang sebenarnyasangat mendapatkan dampak karena perpisahan mereka.
Setelah cukup lama menikmati wajah tenang malaikat kecilnya itu, ia lalu meninggalkan kamar Enggar. Cantika pun menuju ke kamarnya sendiri yang bersebelahan dengan kamar tersebut, ia segera melepaskan sepatu dan menanggalkan gaunnya kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cantika berendam di dalam bathub air hangatnya untuk melepaskan segala penat dan lelahnya hari ini. Rasanya sungguh menenangkan sekali.
Kira-kira 15 menit, Cantika akhirnya menyudahi mandi cantiknya itu saat ia hampir saja ketiduran di dalam bathubnya. Cantika lalu segera berpakaian dan bersiap untuk segera menuju pulau kapuknya.
***
Apartemen Bara
Frank masih duduk, menyesap vodka yang ada di tool bar apartemen ini. Ia sedang menunggu seorang wanita yang minta di puaskan dirinya malam ini, siapa lagi kalau bukan Tante Eva. Frank memang terkadang sengaja membuat dirinya setengah mabuk dahulu agar ia bisa menikmati dan memuaskan wanita paruh baya yang memiliki hasrat menggebu itu. Satu butir pil penambah stamina pun sudah ia siapkan untuk malam ini. Entah sampai kapan Frank akan meneruskan kelakuan buruknya ini.
Ting tong ...
Suara bel dari luar Apartemennya terdengar nyaring, Frank langsung beranjak dan segera menuju ke pintu untuk membukanya, Ia tahu itu pasti Tante Eva yang datang.
"Hai, Tante!" Frank menyambut dengan hangat wanita yang berusia 40 tahun itu dengan langsung mengecup pipi wanita itu.
"Kamu sangat bergairah sepertinya malam ini, Frank" ujarnya.
"Tentu saja! Aku sudah dari tadi menunggu Tante" Frank kembali mengecup bibir Tante Eva.
Tante Eva sangat cantik malam ini, ia mengenakan gaun yang begitu ketat ditubuhnya dan menutupinya dengan sejenis coat berwarna abu-abu.
"Kau sendirian, ya? Bara di mana?" Tante Eva menanggalkan coatnya dan meletakkan di atas sofa.
Frank salah fokus dengan tubuh molek Tante Eva, ia seakan takjub dengan kekencangan tubuh wanita yang hampir berumur setengah abad itu.
"Frank ..." Panggil Tante Eva lagi, ia tahu Frank sejak tadi memandangi tubuhnya sampai tak menjawab pertanyaannya. Ia memang sengaja berpakaian seperti ini, menunjukkan lekuk tubuhnya karena Frank sangat menyukainya.
Tanpa menunggu lama, Tante Eva langsung mendorong tubuh Frank ke atas sofa dan segera menyerang bibir Frank dengan rakusnya. Ia melumat dan mencecap bibir Frank yang berbau alkohol, memesrai setiap bagian bibir pemuda keturunan bule itu. Tante Eva seakan tak memberi kesempatan untuk Frank sekedar menghirup udara.
Frank pun tak kalah panasnya, ia membalas setiap pagutan dari Tante Eva, mencecap hingga menggigit kecil bibir ranum nan tebal itu. Tante Eva sampai menggeram, pertanda hasratnya mulai naik. Frank langsung membuka resleting gaun Tante Eva yang ada di punggungnya, ia menurunkan gaun itu mulai dari bahu hingga terlepaslah gaun tersebut sampai sebatas perutnya.
Tangan Tante Eva pun tak tinggal diam, ia membuka satu persatu kancing baju kemeja yang dikenakan Frank, lalu membuka pula kancing celana jeans milik Frank yang sudah terlihat agak menyempit di bagian pahanya. Mereka menyudahi aktivitas di bibir, dan beralih ke bagian yang lain.
Frank mencengkeram pelan bagian terkenyal di tubuh Tante Eva yang sudah terbuka sejak tadi, ia memainkan daerah itu untuk membangkitkan libidonya. Tante Eva melenguh, menahan hasrat yang sudah di ubun-ubun. Frank dengan cepat membalikkan posisi mereka hingga Tante Eva lah yang kini sudah berada di sofa. Frank melepaskan semua pakaian Tante Eva yang belum sepenuhnya terlepas itu dan membuat tubuhnya dalam keadaan polos. Kemudian ia juga melucuti celana jeansnya yang sudah tak terkancing sejak tadi.
Frank langsung menyergap tubuh Tante Eva, dan melancarkan aksinya. Ia menindih tubuh montok itu dan langsung mengentakkan miliknya ke inti tubuh wanita itu.
"Ah ..." Desah Tante Eva.
Ia menggigit bibir bawahnya menahan tekanan yang diberikan oleh Frank. Tangannya mencengkeram erat pada sandaran sofa. Pandangan Frank sunggu sudah berkabut, ia benar-benar sudah berhasrat. Pengaruh alkohol dan gairahnya sudah bercampur menjadi satu, ia menyentak tubuh Tante Eva dengan keras membuat wanita itu meracau dan mendesah tak karuan.
Frank memang jagonya, ia pandai dalam memberikan surga dunia pada wanita. Seketika mereka merasa di awang-awang kenikmatan hingga menuntut sebuah pelepasan.
"Emmhh ..." Erangan Tante Eva terdengar, pertanda ia akan segera sampai pada puncaknya. Frank yang sudah sangat paham bahwa Tante Eva akan segera sampai semakin mempercepat laju gerakannya.
Seolah tanpa ampun, Frank semakin menyiksa Tante Eva dengan hentakan-hentakan yang kuat. Tante Eva menjerit, ia sudah tak tahan, dirinya seketika melemas setelah mengeluarkan hasrat dari dalam tubuhnya. Seakan tak peduli dengan itu, Frank yang belum merasakan apa-apa lantas mengubah posisi mereka, bergantian dengan Tante Eva. Kini ia yang duduk di sofa dan menyuruh wanita itu untuk duduk di atas pangkuannya.
Pertempuran kembali terjadi, kali ini semakin cepat dan kuat, sebab sesuatu yang besar dari dalam tubuh Frank sudah mendesak untuk segera keluar.
"Oh ..." Frank mengerang panjang bersamaan dengan liquid kental mengalir hangat ke sumur indah milik Tante Eva.
Keduanya melemas, nafas mereka terengah-engah. Tubuh keduanya ambruk di atas sofa secara bersamaan. Peluh yang mengalir seolah menandakan bahwa pergumulan yang panas baru saja terjadi.
"Kau selalu luar biasa, sayang!" Tante Eva merebahkan kepalanya ke dada bidang milik Frank.
"Apakah Tante puas?"
"Tentu!" Tante Eva mengangguk. "Kau selalu tahu apa keinginanku!" ia mengecup bibir Frank sekilas. "Kau memang tak ada duanya!"
Frank menyeringai, mengelus lembut rambut maroon milik wanita itu. Mengistirahatkan tubuh mereka dari kelelahan barusan. "Tante, mandi lah!" suruh Frank.
Sementara Tante Eva sedang membersihkan dirinya, Frank langsung merapikan dan membersihkan semua bekas kegilaan yang dia buat dengan Tante Eva di sofa tersebut. Ia membereskan pakaian mereka berdua yang berserakan di lantai. Ia juga mengelap bekas cairan kepuasan dari keduanya yang tertempel di sofa.
Frank kemudian ikut membersihkan dirinya pula di kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur. Keringat lengket di tubuhnya membuatnya tak bisa menunggu lama sampai Tante Eva selesai mandi dari kamar mandi utama.
Tante Eva pun selesai. Ia keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya, ia juga sudah tak mendapati Frank di sana. Tante Eva lalu duduk sebentar di sofa tadi, menonton TV dan menyesap segelas kecil Vodka di tangannya sambil menunggu Frank.
Ceklek! Tiba-tiba pintu dari ruang tamu terbuka.
Bara pulang!
Bara yang sedang merasa senang karena baru pulang dari kelas yoga itu pun terkejut ketika mendapati Tante Eva berada di apartemennya dengan hanya mengenakan handuk sebatas lutut saja.
"Tante Eva?"
"Hai, Bar! Dari mana kau?" Sapa Tante Eva
Belum sempat Bara menjawab, Frank sudah selesai dari mandinya. Tante Eva langsung menghampiri Frank dan dengan sensualnya mengecup dan melumat bibir Frank di depan Bara.