Bab 14 Memori Bara
Bab 14 Memori Bara
Bara tak bergeming. Tatapan membunuh nan menusuk jelas sekali terlihat di mata Bara, membuat Siska tak bisa berkata apa-apa dan hanya diam sekaligus takut. Bara kemudian melepaskan cengkeramannya. Dan membiarkan wanita itu hanya berdiri di depannya tanpa menghiraukan wajah memohon dari Siska. Air mata Siska mulai mengalir, jatuh membasahi wajah cantiknya, Namun Bara tetap saja tak peduli.
"Jangan pernah berharap semua yang pernah kita lewati akan terulang lagi, Siska. Aku sudah tak mau menjalin apa pun lagi dengan wanita yang tak bisa menjaga dirinya. Aku tak pernah bisa memaafkan apa pun itu bentuk pengkhianatan!"
Bara kembali menegaskan pada Siska. Ia sungguh sudah muak kali ini.
"Dan ini adalah terakhir kalinya kita bertemu! Jangan temui aku lagi setelah ini"
Dingin! Tak ada ekspresi kasihan sedikit pun yang ia tampilkan untuk Siska. Ia kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke Apartemen. Menutup pintu. Dan meninggalkan Siska yang terluka hatinya itu.
Bara masih berdiri di balik daun pintu itu. Sungguh hatinya pun terluka melihat Siska yang sampai bersujud seperti tadi. Ia masih berdiam mendengar Siska yang masih mengetuk pintu dari luar dan memanggil namanya. Hati Bara benar-benar telah tertutup. Ia tidak ingin memberi harapan seolah masih ada kesempatan untuk mereka kembali
Tidak!
Bara tak lagi mencintai Siska.
Hatinya kini sudah tertuju pada sosok Cantika yang setiap saat membuat hatinya bergetar.
Setelah beberapa saat Bara berdiam dan berdiri di sana, suara ketukan Siska dari luar sudah tak terdengar lagi. Mungkin Siska sudah pergi saat ini. Bara lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam,
Ia duduk di sofa ruang tengahnya. Sofa yang dulu sangat sering ia gunakan untuk bercinta dengan Siska.
Ya, Apartemen ini memang banyak menyimpan kenangan untuk mereka berdua. Terutama sofa merah yang sedang ia duduki ini.
Bara bersandar, memejamkan matanya. Seketika ingatannya akan semua memori bersama Siska terputar jelas di otaknya. Satu persatu adegan saat ia dan Siska memuaskan diri bersama di sini seolah menari-nari di depan matanya.
*Flashback on*
"Ah ..." desahan yang keluar dari mulut Siska semakin membuat Bara bergairah untuk menggelitik setiap bagian tubuh Siska dengan bibirnya yang basah.
Kecupan demi kecupan ia layangkan dengan sangat lembut nan menggairahkan. Tubuh polos dan mulus itu kini sudah menggeliat tak jelas saat Bara mulai mengendus dan memesrai setiap bagian sensitif di tubuh Siska. Ia menenggelamkan wajahnya di daerah terkenyal itu sambil memberikan kecupan yang meninggalkan tanda kissmark di sana.
Nafas Siska sudah memburu, karena ini adalah pengalaman pertama baginya bercinta dengan laki-laki berbadan indah seperti Bara. Lengan yang kekar, dada yang bidang dengan tonjolan otot yang membuat siapa saja akan menelan salivanya bila melihatnya. Tangan Siska dengan leluasa dapat memegang dan mengelus tubuh seksi nan macho itu. Tonjolan otot di paha Bara sungguh sangat-sangat membuat Siska tak berhenti meraba area sana.
Bara membaringkan Siska, menindih tubuhnya dan mengecup bibir mungil itu sebelum ia menuntaskan permainan mereka malam ini.
"Kau yakin?" tanya Bara sekali lagi pada Siska. Meyakinkan bahwa ini bukan paksaan darinya.
Pandangan Siska sudah berkabut gairah. Ia sungguh sudah tidak tahan menahan gejolak gairahnya malam ini.
"Akan sedikit sakit di awal, sayang! Tahan ya!" Bisik Bara yang hampir terdengar seperti suara desahan saja.
Zep!
Siska menahan nafas tak kala Bara menghujamkan miliknya ke dalam inti tubuh Siska yang masih sangat sempit itu.
"Emmhh ..." Siska meringis, menggigit bibir bawahnya saat benda padat itu berusaha menembus selaput tipis dalam tubuhnya.
Bara yang sangat tahu bahwa ini adalah pengalaman pertama untuk Siska, melakukannya dengan sangat hati-hati dan perlahan-lahan. Berusaha agar tak menyakiti wanita itu.
Ia membenamkan miliknya dan mengatur posisi agar ia dan Siska sama-sama merasa nikmat tanpa ada yang tersakiti.
Bara mulai bergerak, diawali dengan gerakan pelan nan lambat yang membuat Siska sampai memejamkan matanya menahan sakit akibat terobosan yang terasa perih di dirinya. Ia melenguh ketika Bara mulai mempercepat laju tempo gerakannya. Siska masih menggigit bibir bawahnya menahan hentakan demi hentakan yang diberikan Bara. Bara dengan cepat melumat bibir Siska agar wanita itu tak perlu lagi menggigit bibirnya sendiri.
Rasa perih dan sakit yang Siska rasakan tadi kini perlahan sudah berubah menjadi rasa nikmat yang baru pertama ini ia rasakan. Tangannya memegang sandaran sofa dengan kuat, mulutnya meracau tak jelas. Siska baru mengetahui bahwa seperti ini kenikmatan yang hakiki yang selalu membuat penasaran para gadis.
"A-ah ..." Siska mendesah, sebuah pelepasan telah terjadi pada dirinya saat liquid hangat mengalir.
Bara tak berhenti sampai di situ. Ia belum merasakan apa-apa. Ia masih tetap menggempur tubuh Siska walau wanita itu kini telah melemah karena pelepasannya yang tadi sudah terjadi. Ia kemudian membalikkan tubuh Cantika, membuatnya membelakangi dirinya. Lalu dengan sekali hentakan Bara menyerang Siska dari belakang.
Kali ini tak kala dahsyatnya bagi Siska. Ia benar-benar baru merasakan semua ini. Bara sungguh tak disangka sangat ahli rupanya dalam memuaskan. Terlebih lagi tubuh yang kekar dan ke-macho-an nya dapat dibuktikan dengan sampai saat ini ia belum merasakan kelelahan.
Bara lalu kembali menggempur tubuh Siska dengan hujaman-hujaman yang pedih namun terasa nikmat, membuat gadis itu meringis dan mendesah dalam waktu yang bersamaan.
"Oh my God ... Bar!" suara Siska terbata-bata.
Tangannya mencengkeram sandaran sofa, dadanya berayun, rambutnya jatuh menutupi wajahnya.
Bara sungguh membuat Siska bagaikan di awan, melayang dan tak berpijak di bumi. Hingga saat ia mencapai klimaksnya yang kedua bersamaan dengan Bara yang juga menuju ke pelepasannya.
Nafas keduanya memburu, jantung pun berdegup kencang. Pengalaman pertama bagi Siska bermain di ranjang sangatlah membuatnya senang. Bara sungguh memberikan hal yang tak terlupakan untuknya.
*Flashback off*
Entah sudah berapa jam Bara duduk di sofa itu sendirian, memutar segala kenangan indah antara dirinya dan Siska dulu. Wanita yang sempat hampir saja ia harapkan untuk menjadi pelabuhan terakhirnya. Wanita yang ia kira adalah seorang gadis baik-baik yang akan menjadi teman dalam hidupnya kelak.
Tapi, harapan tinggallah harapan, Bara tak pernah tahu takdir membawanya ke mana. Bahkan saat ia bertemu dengan Cantika pun ia tak pernah menyangka bahwa akan secepat ini tertarik pada pesona janda beranak satu itu.
Bara menghela nafasnya pelan. Apa yang sebenarnya perempuan itu pikirkan tentang hubungan mereka? Dengan sangat kejamnya, kepercayaan yang telah diberikan dihancurkan begitu saja dalam sekali waktu. Mencoba menghilangkan pengaruh Siska pada perasaannya. Sungguh pun walau ia membenci wanita itu habis-habisan tapi jauh di dalam lubuk hatinya Siska masih tersimpan, sebagai seseorang yang pernah mengisi hari-harinya dengan indah. Sebagai orang yang telah membantunya keluar dari dunia kotor nan kelam dulu.
Ah ... Hidup memang kadang suka sekali bercanda!