Bab 11 Thanks You, Om Bara!
Bab 11 Thanks You, Om Bara!
Sang kasir lalu tampak berdiskusi dengan rekan kerjanya sambil memandangi Bara. Mereka memang sudah sering melihat Bara di sekitaran ini, dan di lihat dari tampangnya Bara bukanlah orang yang berniat jahat.
"Ya sudah tidak apa-apa, Mas" akhirnya sang kasir mempercayai Bara.
Bara baru dapat bernafas lega. Ia lalu menerima kantong plastik itu dari sang kasir kemudian memberikannya kepada Enggar.
"Iya, aku sungguh ada di seberang sana. Mbak ikut saja sama aku kalau tak percaya, buat ambil uangnya."
"Tidak usah, Mas. Kami percaya. Lagi pula saat ini di toko cuma kami berdua. Nanti mas-nya saja yang antar kembali uangnya" Jawab sang kasir
"Oke. Maaf ya mbak. Aku benar-benar lupa. Thanks sebelumnya ya!" Bara tersenyum ramah, senyum andalannya untuk memikat para gadis-gadis.
2 orang kasir itu tentu saja bagaikan tersengat listrik menerima senyuman dari orang yang setampan dan se-macho Bara. Keduanya tampak meleleh hanya dengan disenyumi oleh Bara
"Sayang sekali sudah menikah! Aku maulah jadi anaknya juga, eh!"
Bara terkekeh. Ia sempat mendengar ocehan 2 orang itu walau ia sudah hendak melangkah keluar. Mereka mungkin mengira bahwa ia sudah menikah dan Enggar adalah anaknya.
‘Memangnya wajahku sudah cocok jadi bapak-bapak, ya. Ada-ada saja!’ gumamnya
Ia lalu kembali menggendong Enggar dan menyeberangi jalan raya. Kemudian ia memasuki gedung dan melihat bahwa studionya sudah ramai. Para membernya sudah pada datang dan sedang melakukan stretching dan pemanasan. Bara hanya melambaikan tangannya begitu ia melewati studionya untuk menaiki tangga ke lantai 3. Ia menggandeng Enggar yang tampak senang membawa bungkusan snack yang mereka beli tadi.
Bara kemudian memasuki kembali ruangan yoga untuk mengantar Enggar pada Cantika. Cantika yang sudah berganti pakaian ketat itu membuat Bara menelan salivanya dengan susah payah karena melihat kemolekan tubuh Cantika. Di sana baru ada 3 orang, karena kelas yoga memang belum di mulai saat ini.
Dengan senyum senang dan riangnya Enggar berteriak memanggil mamanya dan segera berlari menghampiri Cantika.
"Enggar bawa apa ini?" tanya Cantika begitu ia melihat Enggar memegang kantong belanjaan berwarna putih yang berlogo sebuah minimarket.
"Jajan. Tadi Enggar di ajak om Bara ke minimarket, ma!" Enggar menoleh ke Bara yang tampak berjalan sedang menghampiri mereka berdua.
"Kan mama bilang jangan jajan sembarangan, sayang – "
"Tidak, ma!Ini kan snack yang biasa Enggar beli" tunjuk Enggar pada es krim dan snacknya.
Cantika hanya menghela nafasnya samar. Ia tidak tahu harus bicara apa lagi. Terkadang kepintaran Enggar dalam berbicara membuat dirinya sedikit kewalahan, anaknya benar-benar tahu cara menjawab yang baik dan benar hingga dirinya kehabisan kata-kata.
"Enggar sudah bilang terima kasih belum, sama om Bara nya?" Cantika melirik Bara yang kini sudah berdiri di dekatnya kira-kira 1 meter.
Enggar menggeleng.
"Ayo, bilang terima kasih sama om Bara dulu!" Suruh Cantika. Ia sedikit pun tak memberikan senyumannya pada Bara kali ini. Ia hanya berekspresi datar dan terkesan dingin.
"Om Bara thank you, ya! Enggar senang main sama om Bara hari ini"
Bara hanya mengangguk dan mengacak-acak rambut Enggar dengan gemas. "Sama-sama! Ingat kata om tadi, ya! Kalau mau punya badan kayak om, harus sering-sering kemari, oke?" Bara mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
"Oke, om!"
"Ya sudah, om kembali dulu ya! Om mau ajarkan teman-teman om tadi di bawah ..."
"Mengajari lompat tali juga ya, om?" Enggar langsung bertanya dengan polosnya.
Bara sontak langsung tertawa. "Hahaha ... No, om mengajarkan yang lain lagi,alat-alat yang Enggar tanyakan tadi"
"Oh ..." Enggar mengangguk seolah mengerti.
"Bye Enggar!" Bara mencubit kecil pipi Enggar. Kemudian ia menoleh ke arah Cantika dengan senyuman manisnya. Cantika hanya mengangguk tanpa berekspresi apapun.
Bara kemudian berbalik dan keluar dari studio yoga menuju ke lantai 1 tempat studioGymnya.
Ia lalu turun dan mulai kembali ke aktivitasnya, mengajari para membernya selama kurang lebih 2 jam. Kira-kira sampai pukul 1 siang akhirnya kelasnya bubar. Hanya menyisakan beberapa orang yang masih berlatih workout ringan secara mandiri.
Frank kemudian datang!
Menghampirinya dengan seperti biasa. Sudah bisa di tebak bahwa Frank pasti baru bangun tidur hingga datang sesiang ini kemari.
"Frank, tebak! Aku tadi habis main sama siapa?" Bara antusias, ia memulai topik.
"Sama Siapa?"
"Anaknya Cantika, Enggar!"
Frank terkesiap, ia agak sedikit terkejut mendengar ucapan Bara. "Hah?? Kau bahkansudah mengenal anaknya? Woww!!" Frank bertepuk tangan seperti orang yang tengah kagum terhadap sesuatu.
"Socool, man! Gesit juga rupanyaHahaha – "
"Kau tahu tidak anak itu bilang apa, dia menyuruhku untuk pacaran dengan mama nya!" Bara sangat antusias.
"Amazing ... " Frank kembali bertepuk tangan untuk Bara sembari tertawa. "Emm, tapi kau jangan bangga dulu, Bar. Dia kan masih anak kecil juga. Belum bisa di pegang ucapannya !" Frank mengingatkan.
"Ya – tapi setidaknya berarti anaknya suka padaku, kan! Tidak sulit lagi buatku untuk merebut hati Cantika"
Frank mengangguk. "Tapi bro, kau jangan lupa, Cantika itu susah sekali untuk didekati ..."
"Yes, I know! But, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimana pun caranya."Jawab Bara sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil.
"Eh, bytheway, aku dengar-dengar kau sedang mendekati mahasiswi magang, ya? Siapa orang nya?"
Bukan Bara, bila ia tak mengetahui informasi secepat kilat, apalagi bila ia sedang bersama Erza, sang satpam muda itu yang ternyata uptodate juga soal gosip.
"Kau tahu dari mana? Erza ya? – Nanti aku kenalkan kalau aku sudah mendapatkannya!" Frank santai, seolah dia adalah perjaka yang pasti dengan mudahnya mendapatkan wanita.
"Heh! Kau jangan terlalu percaya diri, buktikan dulu!" Ejek Bara.
"Hahaha ... Tenang saja! Sebelum kau mendapatkan Cantika, pasti aku yang terlebih dahulu sudah mendapatkan mahasiswi itu" Frank sombong.
"Heh! Dasar bajingan!"
Tentu saja, bukan Bara dan Frank namanya bila tidak saling maki dan saling caci dalam candaan mereka, 2 orang itu terkadang bicara seenaknya, saling ejek, namun sama sekali tak pernah bawa perasaan masing-masing. Keduanya sudah sangat mengetahui sifat satu sama lain.
"Sudah ah, aku mau ikut kelas yoga sebentar lagi. Mau bersih-bersih dulu. Kau tolong ambil alih kelasku, ya!"
"Ck! Apa yang mau kau bersihkan lagi? Sebentar lagi kau itu mau berkeringat juga!" Ejek Frank.
"Hahaha ... Terserah aku lah! Aku mau bertemu pujaan hati ya harus wangi lah"
"Shit! Macam ABG saja –"
Bara tak peduli, ia malah langsung ke ruangan sebelah tempat Bara biasa beristirahat. Sementara Frank masih duduk dan memainkan ponselnya. Berkirim pesan dengan mahasiswi yang disebut Bara tadi.
15 menit pun berlalu, Bara akhirnya keluar dengan tampilan yang beda. Ia tampak lebih segar dan harum. Pakaiannya pun sudah berganti.
"Oh my goossh ... Kau sudah seperti orang yang mau berkencan saja. Kau benar-benar sudah kerasukan setan pelet ya? Hahahah ..."
"Sialan kau!"