06. Kumbang Cantik dan Bunga Bangkai
"Tuan Muda Yu!" Shen Xu dengan wajah cerah. Dia dengan setengah berlari datang ke arah Yu Zhen. Gadis cantik itu begitu terpesona dengan ketampanan pemuda yang sudah dijodohkan dengan adiknya.
"Tuan Muda Yu Zhen, apa yang Anda lakukan? Jangan menyentuhnya. Dia itu penyakitan!" teriak Shen Xu panik. Ia memang berniat mengingatkan supaya Yu Zhen juga merasa jijik dengan Shen Ji. Ia bergidik dan berkata, "Lihat kulitnya itu. Sangat menjijikkan!"
Meski yang dikatakan Shen Xu adalah benar, tetapi Yu Zhen tak memedulikan kehadiran dan ucapannya. Pemuda itu memang selalu bersikap dingin kepada siapa saja yang tidak terlalu dekat dengannya. Hanya kepada Shen Ji sajalah dia bersikap lunak, karena dirinya merasa memiliki tanggung jawab atas gadis itu. "Ji'er, bangunlah! Mari kuantar pergi dari tempat ini."
Shen Xu sangat terperanjat mendengar perkataan Yu Zhen yang tak meliriknya sama sekali, sedangkan Shen Ji tak berani menerima uluran tangan Yu Zhen yang masih menawarkan pegangan kepadanya.
"Tuan Muda Yu, Anda datang hanya untuk menolongnya?" Shen Xu merasa tidak terima.
Yu Zhen balik bertanya dengan ketus. "Menurutmu?"
"Apakah ... apakah karena dia adalah calon istrimu?" Shen Xu menerka-nerka.
"Bukan karena itu!" Suara Yu Zhen terdengar datar dan dingin.
Shen Xu merasa senang mendengarnya. Kini, dia merasa memiliki sedikit harapan pada pria yang sangat dikaguminya itu. Gadis itu berseru dalam hati. "Ternyata dia tidak benar-benar sedang membantunya. Bukankah ini juga merupakan suatu kesempatan baik untukku?"
"Jadi, maksud Anda?" Guo Yan, gadis yang selalu ingin tahu datang mendekat sambil berkacak pinggang.
"Aku tidak bisa melihat seseorang teraniaya di tempat umum seperti ini dan disaksikan oleh banyak orang." jawab Yu Zhen tetap dengan nada dingin. "Terlebih lagi itu dilakukan oleh saudaranya sendiri."
"Salah dia sendiri. Sejak awal aku sudah memperingatkannya, agar dia tidak ikut ke mari. Tapi dia tetap nekat datang juga!" Shen Xu berkata sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Mata gadis itu melirik tajam penuh kebencian kepada adiknya.
Shen Ji yang semenjak tadi terdiam di tempatnya berdiri, sekarang ia menjadi mengerti, jika sebenarnya Yu Zhen memang tidak pernah berniat tulus menolongnya. Semua hanya karena pemuda itu sedang memenuhi janjinya terhadap Shen Ming, ayah Shen Ji. Meski Shen Ji sendiri tidak pernah mengetahui secara pasti apa yang diucapkan Yu Zhen pada sang ayah.
Hal tersebut membuat gadis gemuk itu merasa ingin lari atau menghilang saja dari muka bumi saat ini juga. Terlebih lagi, ia juga mendengar tentang penolakan pemuda itu atas perjanjian pernikahan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga pada enam belas tahun yang lalu di perjanjian musim dingin.
"Ternyata dia tidak benar-benar berniat menolongku." Shen Ji berbisik dalam hati sambil menunduk. "Dia adalah kumbang cantik yang tidak ingin melihat atau mendekati bunga bangkai sepertiku."
"Zhen'er!" Xiao Tianzi datang menghampiri Yu Zhen bersama dengan Xiao Si Tian.
"Kakak Tianzi." Yu Zhen membalas sapaan dan menatap ke arah datangnya Xiao Tianzi.
"Zhen'er, lama tidak bertemu denganmu. Ternyata kamu semakin tampan saja." Xiao Tianzi memuji Yu Zhen sambil tersenyum, meskipun dia sungguh merasa sangat iri dalam hati pada ketampanan Yu Zhen.
"Terima kasih, Kakak Tianzi. Kamu juga semakin tampan dan terlihat sudah dewasa." Yu Zhen membalas dengan nada datar.
"Dewasa?" Xiao Tianzi bergumam.
Xiao Tianzi tiba-tiba memukulkan ujung kipasnya ke lengan Yu Zhen. "Kamu!"
Yu Zhen hanya mengulum senyum. Tentu saja seorang Xiao Tianzi akan segera menyadari, jika kata 'dewasa' adalah semacam penyebutan lain dari kata 'semakin tua' dan itu artinya, dirinya tidak lebih muda dari Yu Zhen.
"Ah, lupakanlah!" Xiao Tianzi mengibaskan kipasnya dengan wajah masam.
Sementara itu, Xiao Si Tian memperhatikan Yu Zhen dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Semua terlihat sangat sempurna bagai tanpa cela. "Jadi, ini Tuan Muda Yu Zhen? Ck ck ck, luar biasa!"
Xiao Si Tian berdecak kagum sembari berjalan memutari Yu Zhen. Lalu, gadis itu menoleh ke arah Shen Ji dan berkata, "Nona gendut ini terlalu beruntung jika menikah dengan Anda. Dan Andalah yang sepertinya bernasib kurang baik, Tuan Muda Yu."
"Itu menurutmu, Si-Si. Dengan ketampanan dan kekayaannya. Bukankah, Tuan Muda Yu bisa memilih beberapa istri lagi meski sudah menikah dengan Nona Shen Ji?" Xiao Tianzi melirik dengan sinis ke arah Shen Ji.
Yu Zhen merasa tidak suka dengan pembicaraan apa pun yang menyangkut tentang pernikahan. Dia melirik tajam dan pedas ke arah Xiao Tianzi.
"Maaf, aku tak punya waktu untuk membuang waktu dan bicara omong kosong dengan kalian!" Yu Zhen berucap tegas dan tak menggubris ucapan Xiao Tianzi. Pemuda itu dengan sigap dia menyambar tangan Shen Ji, kemudian menarik kuat-kuat hingga gadis bertubuh gemuk itu berdiri.
Meskipun Shen Ji berbadan tiga kali lebih besar dari tubuhnya, tetapi Yu Zhen adalah seorang praktisi bela diri yang telah melatih fisiknya dengan baik. Berat badan Shen Ji tidak berpengaruh terlalu besar pada kekuatan tangannya. Shen Ji yang berhasil berdiri, langsung membelakangi Yu Zhen. Entah mengapa, ada rasa sedikit bahagia mendapat perhatian dari calon suaminya.
"Terima kasih, Kak Yu Zhen. Aku ... aku akan segera kembali ke kamarku." Shen Ji berkata lirih.
"Mari, kuantar!" Perkataan Yu Zhen sukses membuat Shen Xu dan yang lainnya terperanjat.
Shen Ji ingin menyahut, "Tapi ...."
Kalimat Shen Ji terhenti, saat Yu Zhen menarik tangan kanan gadis gemuk itu dan membawanya pergi dari aula luar. Semua mata terbelalak menyaksikan perlakuan Yu Zhen terhadap Shen Ji.
"Tuan Muda Yu benar-benar menghargainya?" Xiao Tianzi bertanya heran.
Xiao Si Tian menyahut ketus sambil berjalan kembali menuju mejanya. "Itu bukan menghargainya, tetapi lebih seperti sedang mencelupkan muka ke dalam kuah sup panas yang akan membakar wajahnya sendiri."
Yu Zhen sekilas mendengar selentingan ucapan Xiao Si Tian, tetapi dia terus melangkah pergi.
"Tuan Muda Yu! Tidak inginkah minum teh bersamaku malam ini?" Xiao Tianzi bertanya setengah berteriak sambil mengangkat kipasnya.
"Terima kasih, Tuan Muda Xiao. Mungkin lain kali saja!" jawab Yu Zhen dari kejauhan dengan tanpa menghentikan laju langkahnya.
"Shen Ji! Kamu mungkin menang kali ini. Tapi lihatlah nanti, aku akan merebut dia darimu!" Shen Xu berteriak dengan perasaan marah luar biasa.
Xiao Tianzi datang menghampiri Shen Xu dan berkata, "Tuan Muda Yu tidak ditakdirkan untukmu. Tapi kamu tidak usah khawatir, masih ada aku yang akan menikahimu kapan pun kamu mau."
"Huh! Yang kuinginkan itu tuan muda Yu Zhen, bukan kau!" gerutu Shen Xu sambil memalingkan wajahnya ke arah samping.
"Heehh, sepertinya, aku hanya bisa menunggumu sampai kamu menyerah terhadap tuan muda kepala balok es itu." Xiao Tianzi menggelengkan kepalanya berulang kali.
Shen Xu dengan ketus menimpali, "Maka, tunggulah sampai rambutmu sewarna dengan mie panjang umur!"
"Baiklah, aku akan menunggu hari itu tiba." Xiao Tianzi berucap sambil terus tersenyum. "Menunggu gadis secantik Nona Shen, tentu bukanlah hal yang merugikan."