Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

05. Penghinaan

Shen Xu hanya melengoskan wajah dengan sinis dan tidak menjawab pertanyaan memuakkan itu. Rasanya ia sangat ingin muntah jika harus mengakui kalau gadis gemuk buruk rupa itu adalah adiknya. Memalukan!

"Di antara tumpukan permata yang berkilauan, ternyata ada juga sebongkah batu sebesar itu," celetuk Guo Yan penuh sindiran.

"Batu? Bukankah dia lebih mirip seekor trenggiling?" Xiao Si Tian bertanya disertai tawa mencemooh.

"Dasar si gendut itu. Bikin malu saja!" Shen Xu merutuk dalam hati. "Mengapa dia harus diikutkan ke perjamuan seperti ini? Apa yang sebenarnya ayah dan ibu pikirkan terhadap anak itu?"

"Hei, Gendut! Mari bergabung bersama kami!" seru Xiao Si Tian sambil melambaikan tangannya ke arah Shen Ji.

"Untuk apa mengundangnya ke mari? Aku saja tidak pernah berdekatan dengannya." Shen Xu berkata dengan nada sebal.

"Nona Xu, bukankah dia adalah saudara kembarmu? Mengapa sikapmu sangat tidak enak sekali padanya?" bertanya Xiao Tianzi yang sebenarnya itu mengandung ejekan.

"Kami berdua memang lahir di hari yang sama. Tapi dia berbeda denganku. Ibaratnya, aku ini berlian dan dia sebongkah tanah liat!" ujar Shen Xu penuh rasa percaya diri.

"Tanah liat?" tanya Shi Qin adik dari Shi Qian. "Berlian dan tanah liat? Sungguh, itu perumpamaan yang sangat jauh berbeda."

"Ya, dia yang tanah liat." Shen Xu berseru kesal.

"Jangan mengatai seseorang seperti itu. Tanah liat bahkan bisa dibentuk menjadi sebuah hiasan yang cantik." Shi Qian yang angkat bicara kali ini. "Nona Shen Ji, sebaiknya tidak usah memikirkan apa kata mereka."

Shen Ji masih menundukan kepala. Sekilas dia melirik ke arah Shi Qian yang duduk dengan sangat anggun. Kedua tangannya saling bertangkupan di atas pangkuan. Nona kedua dari Keluarga Shi itu memakai hanfu sifon hijau muda pucat, sebagian rambutnya disanggul dengan berhiaskan sebuah cai berbentuk bunga putih yang mungil membuatnya semakin cantik terlihat.

Shen Ji menjadi semakin merasa tak percaya diri dan sangat malu. Dia sungguh menyesal hadir dalam acara perjamuan yang hanya menjadi tempat paling menyakitkan di atas bumi ini.

"Shen Xu, aku tidak menyangka jika kamu punya adik kembar seperti itu. Mungkinkah kau yang sudah tidak adil padanya? Kamu merebut semua kecantikan dan hanya menyisakan kejelekan untuknya," ucap Xiao Si Tian sembari melemparkan kulit buah jeruk ke arah Shen Ji.

Kulit buah jeruk itu mengenai pipi Shen Ji dan membuat gadis itu meringis kesakitan karena rasa perih menimpa wajahnya. Ternyata, riasan tebal tetap tidak bisa membuat penyakit gatal pada wajahnya terlindungi dengan baik.

"Aaaaah!" Shen Ji mengaduh kesakitan seraya memegangi wajahnya dengan kedua belah tangannya yang besar.

"Shen Xu, Lihat! Baru begitu saja dia sudah berteriak seperti mau mati saja. Dasar lemah!" cibir Xiao Si Tian.

Shen Xu menjadi gusar, dia pun bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah Shen Ji dengan tergesa-gesa. "Ji'er, bukankah sudah kubilang sejak awal? Kamu tidak usah ikut ke perjamuan ini, bikin malu aku saja!"

"Tapi, Kak. Aku tidak ingin mengecewakan ibu dan ayah," jawab Shen Ji dengan nada lirih.

"Tapi kamu lihat sendiri pada akhirnya, kan?" tanya Shen Xu sembari berkacak pinggang dengan wajah memerah.

"Ya, Kak. Aku ... aku mengerti," jawab Shen Ji sembari memijat-mijat telapak tangannya sendiri yang basah oleh keringat dingin.

"Ji'er, cepatlah pergi dari sini! Kamu membuatku malu saja!" Shen Xu menghampiri adiknya dan dengan kaki mungilnya yang memakai sepatu berwarna merah, gadis itu menendang punggung Shen Ji. Gadis bertubuh gemuk itu pun jatuh terjerembab menimpa makanan dan minuman yang ada di atas meja. Wajah Shen Ji sekarang sudah dipenuhi oleh kuah cah sayur yang ditimpanya.

"Kakak!" teriak Shen Ji seraya menahan rasa perih di matanya.

Shen Xu tampak tersenyum puas dan masih berkacak pinggang dengan wajah angkuhnya, tetapi itu belum cukup bagi Shen Xu dalam melampiaskan kekesalannya. Gadis cantik itu kembali mendorong adiknya ke arah samping dan membuat sang adik terguling sekali lagi.

Shen Ji merasa sangat terhina dengan ulah sang kakak yang begitu membenci dirinya. Shen Ji bertanya sambil menangis pilu. "Kakak, mengapa tega sekali padaku? Apa salahku padamu, Kak?"

"Salahmu?" Shen Xu berjongkok di samping wajah Shen Ji. "Salahmu adalah, mengapa kamu terlahir setelah aku? Hingga kamulah yang dijodohkan dengannya!"

"Aku juga tidak meminta semua itu, Kak! Jika kamu suka padanya. Maka, ambilah dia! Tapi jangan permalukan aku di sini. Bukankah Kakak bisa mengatakannya di rumah? Dan bukan di tempat umum seperti ini." Shen Ji berucap dengan air mata berderaian, hingga membuat riasannya mulai memudar.

"Apa kamu pikir, jika aku mengatakannya di rumah maka ayah dan ibu akan mengabulkannya?" Shen Xu bertanya dengan nada tajam.

"Lalu, apakah dengan caramu ini, ayah dan ibu akan merestuinya?" tanya Shen Ji sambil terisak.

"Diam kamu, Ji'er!" Shen Xu menampar adiknya dengan sebuah piring keramik yang diambilnya begitu saja.

"Aaaaahh!" Shen Ji berteriak kesakitan. Wajah gadis itu seketika memerah akibat hantaman piring yang mengenainya. Darah segar mengalir dari hidung Shen Ji.

Para anak muda yang menyaksikannya menjadi tertawa terpingkal-pingkal melihat kejadian itu. Mereka merasa seperti tengah menyaksikan sebuah pertunjukan yang sangat menarik. Ya! Dua saudara kembar yang berbeda rupa bagai giok es dan batu gunung itu sedang bertengkar hingga sang saudara tua melukai adiknya.

Dari kejauhan, seorang pria muda memerhatikan perlakuan para nona terhadap Shen Ji, sedangkan seorang anak muda tampan lain hanya terdiam tanpa sedikit pun memperhatikan ulah para nona yang sedang meremehkan calon istrinya.

"Zhen'er, lihat! Calon istrimu sedang dijadikan bahan olokan. Apa kamu tidak ingin membela dan menyelamatkannya?" bertanya Yu Ling sembari menyenggol lengan Yu Zhen, sang adik, dengan sikunya.

"Mmhh." Yu Zhen bergumam kecil dan datar.

Yu Ling melotot, menunjuk ke arah keributan. "Apa itu, mmhh? Lihat! Dewimu, bidadari gendut tercintamu sedang terpojok ...."

"Diamlah, Kak! Kakak juga sama saja seperti mereka!" Yu Zhen membentak kakaknya.

"Kamu!" Yu Ling merasa adiknya semakin berani kepadanya. Pemuda itu pun melotot ke arah Yu Zhen. "Hei Bocah Bau, aku ini sedang memberitahukanmu, tapi kamu malah kurang ajar padakakak tampanmu ini ya?"

"Kurang ajar bagaimana? Kakak juga baru saja mengejeknya," ucap Yu Zhen tak mau kalah. "Apa bedanya Kakak Ling dengan mereka?"

"Tentu saja itu berbeda. Aku hanya sedang mengatakan kalau itu calon istrimu." Yu Ling membuang muka ke arah lain.

"Kak, aku punya tanggung jawab atas gadis itu. Aku sudah berjanji kepada Paman Ming untuk tidak akan mempermalukannya," ucap Yu Zhen sembari bangkit dari duduknya.

"Zhen'er!" Yu Ling hanya bisa menatap kepergian adiknya. "Ya sudah. Cepat selamatkan si gemuk itu."

Yu Zhen tak menggubris ucapan kakaknya. Pemuda tampan itu berjalan ke arah Shen Ji yang sedang berusaha bangkit dari jatuhnya sambil mengusap aliran darah dari hidungnya dengan menggunakan ujung selendang.

"Kalian adalah para Nona dari keluarga yang terpandang! Tapi, tindakan kalian sangat tidak pantas dan tidak bisa dijadikan teladan bagi orang lain!" Sebuah suara keras bernada dingin dan datar menghentikan tawa para nona. Semua serentak menoleh ke arah pemilik suara.

"Tu--Tuan Muda Yu?" seru Shen Xu dengan kedua bola mata terbelalak.

"Nona Shen, bangunlah!" Yu Zhen berkata sembari mengulurkan tangannya.

Shen Ji menatap pria muda yang baru saja berbicara kepadanya. Detak jantungnya menjadi berdebar-debar seketika.

Dalam hati Shen Ji bertanya, "Inikah pria itu?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel