Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

03. Perjamuan Besar

Malam itu di kediaman Keluarga Guo. Tepatnya di kaki Gunung Que sebelah timur.

Malam perjamuan tengah dipersiapkan oleh pihak Keluarga Guo dengan sesempurna mungkin. Sepanjang jalan menuju aula dalam yang diperuntukan bagi para tuan dan nyonya tamu undangan telah digelari permadani tebal berwarna merah nan lembut. Dekorasi ruangan pun ditata sedemikian rupa, hingga seluruh permukaan dinding dipenuhi oleh helaian kain sutra merah berhiaskan huruf hanzi kuning keemasan. Tampak pada bagian atas pintu masuk terpasang beberapa papan kayu berukir bertuliskan ucapan selamat datang disertai kalimat ungkapan rasa syukur atas tercapainya sebuah harapan seseorang tertera di sana.

Acara perjamuan besar di Keluarga Guo diadakan guna mengungkapkan kegembiraan Guo Jin dan istrinya, dikarenakan putra mereka yang bernama Guo Han baru saja diangkat menjadi seorang jenderal muda di Kekaisaran Chu. Meskipun Guo Han sendiri tidak bisa hadir dalam acara perjamuan tersebut, karena sedang menjalankan tugas dari Yang Mulia Kaisar Chu Qi untuk menjaga benteng selatan di perbatasan antara Kekaisaran Chu dan Kekaisaran Liang.

Di Aula Dalam. Para pelayan Keluarga Guo terlihat sibuk menata berbagai macam makanan dan minuman di atas meja kayu berukir yang memiliki panjang delapan jengkal dan lebar empat jengkal seukuran jari orang dewasa. Meja itu diperuntukan untuk seorang kepala keluarga beserta pasangannya.

Aula luar pun juga tak kalah indahnya dari aula dalam. Tempat itu sengaja dipersiapkan untuk para tuan dan nona agar saling bertemu. Meja mereka pun saling berhadapan dalam jarak tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh supaya mereka bisa saling bertatap muka satu sama lain.

Di atas meja berukir indah berselimutkan kain satin telah tertata berbagai hidangan makan malam yang sangat istimewa. Satu piring ayam panggang utuh berwarna coklat, karena dimasak dengan menggunakan saus kedelai hitam. Satu piring besar cah sayuran, satu piring besar buah-buahan segar berjajar dengan beberapa piring kue basah dan kering sebagai camilan.

Semuanya terlihat begitu cantik dan berkesan mewah. Satu set peralatan minum teh serta beberapa guci arak yang terbuat dari beras dan buah dari kedai arak Sungai Anggur milik Yu Shu turut menjadi sajian istimewa dalam perjamuan di malam itu.

Selepas senja hari, acara perjamuan akan segera dimulai. Para tamu undangan mulai bersiap-siap untuk memasuki tempat yang telah ditentukan. Para kepala keluarga diiringi istri dan putra putrinya datang dengan pakaian kebesaran dari masing-masing keluarga. Para pria berpenampilan segagah mungkin dan para gadis bersolek secantik-cantiknya agar terlihat paling menarik di antara semua yang hadir dalam acara tersebut.

Para tamu itu pun segera menata diri di tempat yang telah disediakan oleh penyelenggara. Mereka dilayani dengan sangat istimewa oleh para pelayan berseragam khusus dari Keluarga Guo tanpa terkecuali.

Para tuan muda berpakaian hanfu mewah duduk bersama di belakang meja untuk pria. Barisan meja para nona berada dalam jarak lima hasta dari hadapan meja para pria. Mereka saling tersenyum menampikan keramahan masing-masing, meskipun ada juga yang bersikap dingin dan hanya menganggukan kepala sebagai balasan jika ada yang menyapanya.

"Tuan Guo Jin beserta Nyonya memasuki tempat perjamuaaaan!" Terdengar suara lantang seorang pria yang ditunjuk untuk menjadi juru bicara. Seketika semua yang hadir pun segera menoleh ke arah datangnya dua orang paling penting dalam di Keluarga Guo.

Guo Jin dan istrinya datang diiringi oleh empat orang pelayan wanita dengan mengenakan hanfu berbahan sifon berwarna kuning pucat sebagai seragam khusus. Senyum cerah terkembang di bibir pasangan suami istri yang sudah memasuki usia lima puluh tahunan itu. Keduanya berjalan sembari menganggukan kepalanya ke arah para tamu.

Guo Jin dan Huo Rong yang merupakan kakak kandung Huo Lin istri dari Shen Ming, berjalan menuju ke belakang sebuah meja yang terletak paling ujung menghadap barisan meja para tamu. Guo Jin berdiri sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan berbicara dengan suara lantang berwibawa untuk memulai acara perjamuan.

"Selamat datang saya ucapkan kepada para Tuan dan Nyonya Besar semua! Selamat datang saya ucapkan juga kepada para Tuan Muda yang gagah rupawan, beserta para Nona yang cantik jelita! Terima kasih saya ucapkan kepada para tamu yang terhormat atas kehadirannya dalam acara perjamuan ini!" Guo Jin, selaku sang tuan rumah berseru dengan sikap sopan dan ramah. Senyum sumringah juga tak lepas dari bibirnya.

"Terima kasih kembali, Tuan Rumah yang terhormat!" Para tamu berseru serentak seraya mengepalkan tangan mereka.

"Ya, ya, ya." Guo Jin terkekeh, menganggukkan kepala dan kemudian mengangkat cawan yang terbuat dari logam kuningan berbentuk lonceng.

Seorang pelayan wanita dengan sigap namun hati-hati segera menuangkan arak dari poci keramik berwarna biru muda hingga terisi hampir penuh. Guo Jin memegang cawan berisikan arak beras berkadar alkohol rendah dengan kedua telapak tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Mari kita mulai acara perjamuan ini dengan bersulang bersama!" Guo Jin mengacungkan cawan arak kepada semua tamu yang masih berdiri kemudian meneguk hingga habis isi dari cawannya.

Para tamu pun melakukan hal yang sama, guna menghormati sang pemilik rumah. Mereka meminum arak dalam cawan masing-masing sampai tak tersisa sedikit pun. Guo Jin lalu berseru, "Mari! Saya persilahkan untuk kembali duduk, wahai para Tuan dan Nyonya semua!"

"Mari, mari!" ucap beberapa tamu. Semua orang kembali duduk di tempat masing-masing.

"Silahkan Tuan-Tuan dan Nyonya sekalian untuk menikmati hidangan ala kadarnya ini ... dan maafkan jika mungkin ada yang kurang berkenan atau sajian dari kami jauh dari kata layak," ujar Nyonya Huo Rong sembari tersenyum ramah.

"Terima kasih, Nyonya Guo. Semuanya sudah lebih dari cukup dan sangat istimewa bagi kami," sahut nyonya dari Keluarga Shi.

"Maaf, Tuan Guo. Jika boleh saya bertanya, ada gerangan apakah yang membuat Anda mengadakan acara perjamuan besar dan mewah ini?" tanya Xiao Jun, sang kepala Keluarga Xiao yang duduk bersebelahan dengan pria bernama Yu Shan.

"Benar, Kakak Guo. Terus terang saja, kami menjadi sedikit terkejut dengan undangan yang cukup mendadak ini," kata Shi Gao yang merupakan calon besan dari Yu Shan.

Sambil membelai jenggot panjangnya Guo Jin menjawab, "Oh itu." Guo Jin kembali terkekeh.

"Maafkanlah kami atas undangan yang sangat mendadak ini. Kami mengadakan perjamuan dengan mengundang Tuan beserta keluarganya untuk hadir di kediaman Guo sebagai ungkapan rasa syukur yang tak terhingga atas anugrah dari Dewa pada keluarga kami," jawab Guo Jin sambil mengelus jenggotnya.

"Anugrah dari Dewa? Anugrah apakah itu, wahai Kakak Guo?" bertanya Shi Gao sang kepala Keluarga Shi.

"Apakah itu berupa hadiah dari Yang Mulia Kaisar? Aku mendengar kabar angin, jika Han'er baru saja diangkat menjadi seorang jenderal. Apakah kabar itu benar, Kakak Guo?" tanya Xiao Jun lagi.

Guo Jin kembali tertawa kecil dan menjawab, "Benar sekali, Adik Xiao. Sepertinya, tak ada suatu hal yang tak luput dari pengawasanmu."

"Hanya kebetulan saja, Kakak Guo. Aku mendapat berita itu dari orang-orangku yang mengirimkan barang dagangan kami ke pusat kota," ujar Xiao Jun sembari menghirup keharuman aroma teh junshan yang dibuat dengan teknik penyeduhan khusus oleh sang ahli.

"Pantas saja, Adik Xiao sudah mengetahuinya," ujar Shi Gao sambil tersenyum kecil.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel