Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 7

Fang Hua melihat aktivitas yang dilakukannya ketika diam-diam mencuri baca Kitab Sembilan Naga dari ruang baca ayahnya. Fang Hua juga melihat dirinya sebagai Alexa yang juga mempelajari kitab yang sama dengan tingkat yang berbeda selama sembilan tahun. Sampai di situ dia belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, hingga kitab yang pernah mereka pelajari itu datang melayang-layang di atas kepalanya dan menjelaskan apa yang tertulis di sana melalui energi yang terpancar darinya.

Rupanya jiwa Alexa dan Fang Hua memang sudah terhubung sejak mereka pertama kali membaca dan mempelajari kitab itu. Seharusnya Alexa mempelajari Kitab Sembilan Naga di mulai dari bintang satu yang sekarang sudah dipegangnya juga.

Kesalahannya dalam mempelajari kitab langsung pada bintang 3 membuatnya harus kehilangan jiwanya dan menempati tubuh baru orang yang mempelajari kitab Sembilan Naga yang mati muda.

Ketika seseorang mempelajari kitab Sembilan Naga berarti dia telah setuju jika jiwa mereka menyatu dengan kitab itu.

Alexa akhirnya mengerti alasannya sampai di alam kultivasi. Dan mulai saat ini dia harus menerima dirinya sebagai Fang Hua untuk selamanya karena Kitab Sembilan Naga telah mengunci jiwanya di sana.

***

Fang Hua tidak lantas tertidur setelah selesai melakukan kultivasinya. Sepertinya malam sudah hampir pagi, celah-celah gubuk Fang Hua mulai menunjukkan suasana luar yang berangsur terang. Binatang malam yang semula berisik kini tidak terdengar lagi, berganti suara burung bercicit di pepohonan.

Perut Fang Hua terasa sangat lapar. Dia segera bangkit dari atas dipannya dan mencari-cari di seluruh penjuru ruangan itu, mungkin saja ada sesuatu yang bisa dimasak. Nihil.

Pandangan mata Fang Hua tertuju pada setumpuk pakaian yang ada di atas meja rotan. Dengan cepat dia mengambil baju-baju itu dan membawanya ke dipan. Satu persatu dia buka untuk mencari mana yang sesuai dengan seleranya.

Pilihannya jatuh pada sebuah hanfu putih yang tidak banyak hiasan. Di kehidupan keduanya ini Fang Hua tidak ingin seseorang mengenalinya sebagai seorang putri dari Kaisar Gu. Dia harus menyembunyikan identitasnya jika ingin selamat dari kejaran para kultivator yang bersekutu dengan para pemberontak.

Fang Hua memutar otaknya untuk membuat dirinya tidak mudah dikenali. Dia terus berjalan mondar-mandir untuk mendapatkan ide. Akhirnya dia mulai berpikir untuk memakai penutup wajah saja.

Dia mencari-cari topeng atau apapun yang bisa digunakan, namun tidak menemukannya. Di dalam cincin penyimpanannya juga tidak ada. Hanya ada dua buah kain transparan berwarna silver di antara tumpukan baju-baju itu.

Fang Hua mencoba memakainya untuk menutup wajahnya.

"Sepertinya ini cukup lumayan." Rasanya memang sedikit aneh dan tidak nyaman karena dia belum terbiasa memakainya.

"Setidaknya dengan begini, aku tidak akan mudah untuk dikenali." Fang Hua merapikan penampilannya.

Saat ini dia bukan lagi Alexa yang di rumahnya tersedia makanan empat sehat lima sempurna, juga dua orang asisten rumah tangga yang bersedia melayaninya 24 jam. Fang Hua harus berusaha sendiri untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya. Sebelum keluar, Fang Hua memakai alas kaki model kuno yang menurutnya sangat tidak nyaman. Apa mau dikata, dia harus memakainya agar kakinya tidak lagi terluka.

Udara sejuk di tengah Hutan Bintang Selatan membuat Fang Hua merasa lebih tenang. Dia melakukan gerakan ringan untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku sambil terus berjalan. Matanya terus melihat ke sekeliling untuk mencari buah atau tumbuhan yang bisa dimakan.

Fang Hua terus berjalan, hingga matanya menangkap sesuatu yang sangat menarik perhatiannya. Bunga Dara Wangi, Rumput Tapak Dewa, Daun Lima Jari, dan banyak lagi tanaman obat lainnya.

"Waahhh! Banyak sekali tanaman obat langka di sini!" Mata Fang Hua berbinar senang.

Selain sebagai dokter, Alexa merupakan ahli pengobatan tradisional dan akupuntur. Sejak kecil dia sudah dilatih oleh neneknya untuk mengenali berbagai macam tanaman obat yang berkhasiat. Alexa juga mengingat beberapa resep dari Kitab Sembilan Naga tentang jenis-jenis tanaman yang bisa dijadikan pil penguat jiwa. Ada juga resep yang bisa digunakan untuk mendukung tubuh seseorang yang mampu meningkatkan ranah kultivasi lebih cepat.

Fang Hua tersenyum lebar sambil mengambil beberapa tanaman obat yang sangat berguna itu. Saking senangnya dia sampai melupakan rasa laparnya dan terus memenuhi cincin penyimpanannya dengan berbagai tanaman obat. Selain untuk dibuat menjadi pil, Fang Hua juga bisa menjualnya nanti.

"Lumayan." Fang Hua berjalan meninggalkan tempat itu dengan hati yang riang lalu kembali melihat sekeliling untuk mencari makanan.

"Huhh, tidak ada buah-buahan di sini. Banyak sekali jamur tapi aku takut beracun." Wajah Fang Hua tampak kecewa.

Merasa tidak ada yang bisa diambilnya untuk dimakan, Fang Hua berjalan gontai menuju ke tepi sungai dengan rasa laparnya.

"Minum air sungai sajalah. Setidaknya akan sedikit menunda lapar."

Fang Hua menggabungkan kedua telapak tangannya untuk mengambil air sungai yang sangat jernih itu. Sekelebat ikan yang cukup besar berenang di dalam air. Sebuah senyuman terbit di wajah Fang Hua.

"Aku dapat makanan."

Fang Hua membuka jalur energi qi di ujung jarinya lalu mencelupkannya ke dalam air. Ikan itu mengelepar-mengelepar di atas permukaan air karena tubuhnya tersengat oleh energi yang dikeluarkan oleh Fang Hua. Dengan mudah ikan itu ditangkap karena sudah setengah mati.

Hal itu diulangi oleh Fang Hua beberapa kali hingga mendapatkan ikan yang cukup. Setelah ikan dibersihkan, Fang Hua mencari dahan kecil untuk menusuknya serta dahan-dahan kering untuk membuat perapian. Lagi-lagi Fang Hua memakai energi qi-nya untuk menyalakan kayu bakar.

Kini dia mulai menikmati kehidupan barunya yang menurutnya cukup menyenangkan. Tidak memerlukan korek api, kompor, atau gas LPG untuk memasak, dia hanya perlu menjentikkan jari maka semuanya akan beres. Beruntung dia telah mempelajari tentang ilmu beladiri dan kultivasi sewaktu berada di dunia manusia meskipun energi yang dia miliki sebelumnya tidak sebesar di sini. Mungkin alam di mana dia berada juga mempengaruhi besarnya energi yang tersedia.

Fang Hua berpikir untuk mencari jalan keluar dari Hutan Bintang Selatan. Jiwa petualangnya tidak akan terima jika dia hanya berdiam diri di gubuk reyot itu. Sebelum berkemas untuk melakukan perjalanan, Fang Hua ingin berkultivasi sekali lagi. Ada beberapa meridiannya yang terkunci dan Fang Hua berniat untuk membukanya.

Untuk mempercepat kultivasinya, Fang Hua mengeluarkan kristal energi yang dia dapatkan semalam. Kini Fang Hua bisa melihatnya dengan jelas bentuk dari kristal energi berwarna hijau itu. Bentuknya tidak beraturan dan memiliki sisi runcing yang tajam.

"Aarrghhh!" pekik Fang Hua yang tergores ketika mengelus kristal energi itu.

Darah Fang Hua menetes dipermukaan kristal dan hal yang tidak terduga pun terjadi. Darah itu terserap ke dalam kristal dan membuat kristal itu berubah menjadi cahaya energi berwarna hijau. Cahaya itu masuk ke dalam tubuh Fang Hua tanpa permisi dan membuat tubuhnya bergejolak.

"Aaahhh, panas ... panas sekali ... aaahhh!" Kedua tangan Fang Hua meremas bajunya sambil merapatkan kedua gerahamnya untuk mengurangi rasa panas di tubuhnya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel