Chapter 5
Satu persatu rekaman kehidupannya muncul di pikiran Alexa seperti sebuah film dokumenter yang di putar di dalam otaknya. Semuanya berakhir dengan kematian Gu Fang Hua.
Semua ingatan itu direkam dengan jelas oleh Alexa dan membuatnya memiliki dua ingatan dari dua kehidupan yang berbeda. Dengan bekal ingatan yang dimiliki oleh gadis yang dia ketahui bernama Gu Fang Hua itu, Alexa bisa memahami kehidupan yang ada di hadapannya saat ini. Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain menjalaninya.
Alexa juga mulai berempati dengan tragedi yang dialami oleh Fang Hua menjelang kematiannya. Sekarang Fang Hua adalah dirinya dan dirinya adalah Fang Hua. Sepertinya takdir sudah tidak bisa dirubah lagi dan mau tidak mau Alexa harus meneruskan perjuangan Fang Hua untuk membalaskan dendam dan membersihkan nama baik ibunya.
Alexa tahu jika itu tidak akan mudah, apalagi saat ini tubuh Fang Hua masih berusia sekitar 13 tahun. Usia yang belum cukup matang untuk bisa melakukan hal yang besar di dunia kultivasi yang kejam. Entah apa rencana Dewa yang membuatnya terjebak di dalam dunia kuno yang sangat jauh berbeda dengan kehidupannya yang sebelumnya.
Dari ingatan Fang Hua, dia tinggal di sebuah gubuk di tengah hutan dan memiliki beberapa barang yang dia simpan di sana. Baju yang dia kenakan saat ini harus segera di ganti, namun untuk mencapai ke sana dia harus memulihkan tenaganya terlebih dahulu. Sebagai Fang Hua yang baru harus bermeditasi dan berkultivasi untuk melakukan perbaikan jaringan meridiannya yang rusak. Dengan begitu dia bisa menyerap energi alam di sekitarnya agar bisa kembali pulih dari luka fisiknya.
Mulai saat ini, Alexa membuang identitasnya sebagai dirinya yang lama dan menghapus nama Alexa Moan menjadi Gu Fang Hua.
Fang Hua dengan jiwa barunya mengambil posisi dengan melipat kaki dalam posisi duduk seperti sikap Budha. Perlahan dia mengatur napasnya dan mengosongkan pikirannya dari hal-hal yang bisa merusak konsentrasinya. Aliran energi qi dari dalam tubuhnya mulai terasa dan menyebar melalui jalur meridian yang sudah terbentuk.
Di alam bawah sadarnya, Fang Hua melihat beberapa bagian dari struktur aliran meridiannya masih tertutup. Tidak perlu terburu-buru untuk membukanya karena yang terpenting saat ini adalah memperbaiki yang rusak terlebih dahulu. Mengagumkan. Tubuh Fang Hua sangatlah cepat dalam menerima respon.
Tidak butuh waktu lama tubuh Fang Hua sudah bisa kembali menyerap energi alam tanpa kendala. Mungkin juga itu pengaruh dari jiwa Alexa yang telah menguasai pengendalian energi dari Kitab Sembilan Naga yang dipelajarinya. Yang jelas, Fang Hua merasa tubuhnya lebih baik saat ini.
***
Fang Hua mengakhiri kultivasinya dan beranjak dari duduknya. Nyeri yang semula dirasakannya telah sepenuhnya menghilang. Begitu juga dengan luka dalam yang sebelumnya membuat sulit bergerak, kini sudah tidak terasa. Hanya tinggal luka luar berupa lebam dan beberapa goresan.
"Arrghh! Tempat macam apa ini? Pohonnya besar-besar sekali. Atau tubuhku yang terlalu kecil? Ah, sudahlah!" Fang Hua berjalan meninggalkan tepian sungai dan goa tempatnya terdampar sebelumnya.
Dia tidak tahu jam berapa sekarang. Saat melirik pergelangan tangannya dia tidak menemukan arlojinya. Lagi-lagi dia lupa jika saat ini dia berada di jaman yang tidak mengenal jam tangan. Lebatnya pepohonan di hutan itu juga membuat Fang Hua tidak bisa melihat matahari dan memperkirakan waktu.
Tangan kanannya dia letakkan di keningnya dan melakukan pijatan ringan sambil terus berjalan. Itu akan membuatnya sedikit relaks saat menghadapi kesulitan. Sungguh, kehidupan barunya ini membuatnya tertekan dan berharap untuk bisa kembali ke dunia sebelumnya.
Setelah berjalan cukup lama dengan menahan perih kakinya yang berjalan tanpa alas kaki, akhirnya gubuk Fang Hua terlihat juga.
"Huhh! Semoga tidak ada binatang buas di hutan ini. Aku paling jijik kalau melihat ular." Fang Hua berbicara sambil mengusap-usap lengannya.
Fang Hua terus melihat ke sekelilingnya. Berjaga-jaga jika ada binatang buas atau sesuatu yang mengancam nyawanya. Dia juga harus memperhatikan jalan yang mungkin saja ada duri tajam di sana.
"Astaga! Tempat macam apa ini." Fang Hua melangkah tidak bersemangat mendekati gubuk yang akan menjadi tempat tinggalnya.
Kriieett!
Suara pintu berderit ketika dia membukanya. Dia harus memeganginya karena salah satu daunnya seperti akan copot dan menimpa tubuhnya.
"Hiks! Aku ingin pulang. Rumahku, mobilku, kasur nyamanku, aku merindukannya."
Belum ada sehari Alexa berada di tubuh Fang Hua dia sudah merasa tidak tahan. Jika ini sebuah pilihan maka dia tidak ingin berada di dunia aneh yang membuatnya terjebak di tengah hutan belantara seorang diri. Fang Hua terduduk lesu bersandar pada dipan yang menjadi tempat tidurnya saat ini.
Di dalam gubuk sempit itu terdapat sebuah dipan, tempat memasak, dan sebuah meja rotan yang berada di dalam satu ruangan tanpa sekat.
Fang Hua berjalan mendekati sebuah bejana dan membukanya. Ada masakan yang mungkin di masak oleh pemilik tubuhnya sebelumnya. Masakan itu ternyata belum basi, Fang Hua ingin memanaskannya namun tidak tahu bagaimana menyalakan api.
"Apa aku pakai tenaga dalam saja, ya? Sepertinya itu keren," ucap Fang Hua tersenyum.
Fang Hua membuka telapak tangannya dan mengeluarkan api energi untuk memanaskan bejana yang terbuat dari tanah liat itu. Menyenangkan. Setidaknya itu sedikit memberinya hiburan.
Tidak ada piring atau sendok di sana, hanya ada sebuah mangkuk porselen dan sepasang sumpit. Tanpa pikir panjang, Fang Hua segera menuang masakan yang dipanaskan tadi ke dalam mangkuk. Aroma jamur dan tanaman itu kelihatan aneh, Fang Hua berharap rasanya tidak buruk.
Demi perut yang lapar, Fang Hua mulai menyantap makanan itu. Hambar. Hanya ada rasa manis dari jamur dan sedikit getir dari tanaman yang dimasak bersamanya. Fang Hua tetap memakannya daripada malam ini dia kelaparan karena di luar sudah mulai gelap dan dia tidak mungkin keluar untuk mencari makan.
Entah efek dari makanan yang dia makan atau tubuhnya yang terasa lelah, Fang Hua terus menguap dan berbaring di lantai.
Suara binatang hutan saling bersahutan menyanyikan orkestra malam.
Di tempat yang tidak jauh dari gubuk Fang Hua muncul binatang roh yang sudah berumur ratusan tahun. Binatang itu berwujud seekor naga berwarna putih. Dia muncul di sana setelah mencium energi murni yang dikeluarkan oleh Fang Hua untuk memanaskan bejananya.
Fang Hua masih terjaga, tetapi kelelahan yang menyertainya membuatnya terus menyeretnya ke dalam rasa mengantuk. Sementara itu, di kegelapan malam, kehadiran binatang roh yang misterius semakin dekat, memperlihatkan bahwa ada hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam dunia barunya yang penuh dengan misteri.
***