Chapter 3
Kabar hukuman bagi Selir Shi pun terdengar oleh orang tuanya yang kebetulan sedang dalam perjalanan menuju ke istana Kekaisaran Benua Timur. Mereka mempercepat perjalanannya untuk segera bertemu dengan anak dan cucunya. Kedua orang tua Selir Shi berharap kedatangannya belum terlambat dan bisa menyelamatkan anak dan cucunya.
Kaisar Gu masih menyambut kedua mertuanya itu meskipun hubungannya dengan Selir Shi sedang tidak baik-baik saja. Bagi Kaisar Gu, orang tua wajib untuk diberi penghormatan terlepas dari apa yang telah dilakukan putrinya. Itulah mengapa Kaisar Gu sangat disayangi oleh rakyatnya, dia melambangkan seorang pemimpin yang kuat dan mengayomi. Sayangnya, para raja-raja kecil yang memimpin setiap kerajaan dan beberapa negara bagian yang berada di bawah naungan Kekaisaran Benua Timur seringkali menyelewengkan dana dan bantuan administrasi dari Kaisar Gu untuk memperkaya diri.
Orang tua Selir Shi bersujud di kaki Kaisar Gu untuk memohon pengampunan bagi anak dan cucunya. Mereka berjanji untuk membawa mereka pergi dari istana itu dan tidak akan pernah kembali ke sana. Sebelum Kaisar Gu mengabulkannya maka mereka tidak akan pernah bangun dari sujudnya.
Awalnya Kaisar Gu menolak namun orang tua Selir Shi mengingatkan budi baik dan jasa Selir Shi yang dengan tulus merawat Kaisar Gu sewaktu dia menderita penyakit kulit.
Semua orang menjauhinya, hanya Selir Shi yang bersedia merawatnya sepenuh hati. Waktu itu, Selir Shi masih berstatus sebagai seorang dayang pribadi kaisar. Itulah yang menjadi awal mula kisah cinta di antara keduanya.
Kaisar Gu terdiam mendengarkan kisah yang mengingatkan rasa cintanya pada sosok sederhana Selir Shi. Selir yang tidak pernah menuntutnya untuk memberinya ini dan itu, juga tidak pernah tertarik dengan ketenaran dan gelar darinya. Hati Kaisar Gu menjadi bimbang dan mulai merasa ada yang janggal dengan tuduhan perselingkuhan yang menyeret nama Selir Shi. Dalam hati dia bertekad untuk menyelidiki masalah ini secara diam-diam.
Penasehat Ning tidak rela jika Kaisar Gu melepaskan Selir Shi begitu saja namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah merahasiakan keberadaan Fang Hua. Jika sampai Fang Hua dibawa ke klan Shi sebelum rencananya berhasil, maka akan semakin sulit untuk menemukannya lagi.
Selir Shi dikeluarkan dari penjara dan keluar dari istana dengan tidak hormat. Sebutan sebagai tukang selingkuh dan penghianat secara tidak langsung tersemat di belakang namanya. Marah, malu dan terhina, itulah yang dia rasakan ketika meninggalkan istana itu.
"Yu Jie! Di mana cucuku Fang Hua di hukum?" tanya Shi Jun Hui, ayah Selir Shi.
Saat ini mereka sedang berada di dalam perjalanan menuju ke klan Shi di negara bagian Gunung Perak.
"Maafkan aku, Ayah. Sungguh tuduhan itu tidaklah benar. Aku sudah menelantarkan putriku dan tidak tahu sekarang dia ada di mana," jawab Selir Shi penuh sesal.
"Sungguh sangat disayangkan, seharusnya kita juga bisa membawa serta Fang Hua." Yu Ruo, ibu dari Selir Shi menimpali.
Mereka bertiga akhirnya pasrah dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke klan Shi dari suku es tanpa Fang Hua.
***
Sejak kepergian Selir Shi dan juga Fang Hua dari istana, Kaisar Gu terlihat sering melamun dan menyendiri di kamar. Rasa cintanya pada Selir Shi membuat hatinya terluka sangat dalam. Lubang tanpa dasar yang tidak mampu tertutupi oleh kebahagiaan apapun.
Jenderal Wang Jiang telah dihukum mati. Kekacauan demi kekacauan mulai terjadi. Dari mulai gejolak di dalam intern keprajuritan maumpun keamanan di wilayah perbatasan.
Kaisar Gu benar-benar terpuruk saat ini, namun dia berusaha untuk mengesampingkan masalah pribadinya dan mengutamakan urusan pemerintahan.
Diam-diam dia juga mengutus seseorang yang terpercaya untuk menyelidiki kasus Selir Shi. Cinta mengalahkan logika dan bukti mengalahkan sanggahan, itu yang membuatnya tidak mampu berbuat apa-apa ketika Selir Shi didakwa dengan tuduhan keji itu. Saat itu hatinya juga sedang dilema dan merasakan kekecewaan yang sangat besar melihat Selir Shi diam tanpa melakukan pembelaan. Mungkin juga percuma saja karena bukti-bukti yang menjeratnya begitu kuat.
Penyelidikan yang dilakukan utusan Kaisar Gu mulai menampakkan hasil. Dia menemukan adanya indikasi jika Selir Shi dan Jenderal Wang Jiang adalah korban keserakahan seseorang. Utusan itu merasa ketakutan ketika mulai menemukan banyak fakta mengejutkan.
Penasehat Ning mulai mengendus kecurigaan Kaisar Gu. Tidak ingin rencananya gagal, dia segera mengatur siasat dan mempercepat gerakannya. Pihak-pihak yang satu kubu dengannya berkumpul untuk merencanakan penyerangan dan penggulingan kekuasaan.
Mereka ingin membuat kejadian seolah-olah seperti sebuah pemberontakan dari luar dan mengkambinghitamkan kultivator untuk membuat nama Penasehat Ning dan Dewan Kekaisaran tetap bersih.
Pada suatu pagi, Qian Fan sedang menerima pendidikan khusus sebagai seorang putra mahkota dan Yu Wen berlatih beladiri di belakang vila tempat di mana Qian Fan belajar. Qian Fan memintanya untuk menungguinya karena setelah itu mereka ingin pergi ke luar istana untuk membeli barang yang mereka inginkan. Yu Wen sangat senang karena biasanya, Qian Fan yang akan membayar semua barang yang dia beli.
Qian Fan, Yu Wen, dan Fang Hua memiliki usia yang tidak terpaut jauh. Saat ini Qian Fan berusia 16 tahun, Yu Wen 15 tahun, dan Fang Hua 13 tahun. Mereka bertiga sering berlatih secara mandiri bersama-sama di tempat ini selain di akademi.
"Adik! Apa kamu sudah selesai?" tanya Qian Fan pada Yu Wen.
"Harusnya aku yang menanyakan itu, Kakak!" Yu Wen menghentikan latihannya.
"Kamu terlihat sangat hebat sekarang. Kamu seperti seorang pendekar yang sangat luar biasa," ucap Qian Fan sambil menepuk bahu Yu Wen.
"Kemampuanku masih jauh di bawahmu, Kakak. Bahkan di bawah Fang ... Hua ...." Yu Wen memelankan suaranya ketika menyebut nama adik perempuannya itu.
Qian Fan sejurus menatap Yu Wen. Dia pun merasa sangat kehilangan Fang Hua setelah beberapa hari ini tidak bertemu. Mereka tidak mempedulikan tentang masalah yang menyudutkan Fang Hua, bagi mereka Fang Hua tetaplah adik mereka.
"Aku sangat merindukan Hua'er!" Qian Fan berseru lirih.
Saat mereka sedang asyik mengobrol, terdengar suara jerit memilukan dari dalam istana.
"Kakak! Apakah kamu mendengar sesuatu?" Yu Wen beranjak dari duduknya dan mencoba mencari-cari dari mana suara itu berasal.
Qian Fan berdiri lalu melompat ke atas pohon untuk menjangkau pemandangan yang jauh.
"Gawat, Adik! Istana kita diserang!" seru Qian Fan dengan wajah paniknya.
Dia segera melompat turun dan kembali ke sisi Yu Wen.
"Apa? Bagaimana ini, Kak? Apa yang harus kita lakukan?" Wajah Yu Wen terlihat ketakutan.
Belum sempat Qian Fan menjawab pertanyaan Yu Wen, beberapa orang berpakaian pendekar dengan memakai penutup wajah datang menghampiri mereka berdua.
Dilihat dari gerakan mereka, sangat terlihat jika mereka adalah kultivator tingkat menengah dengan bintang teratas.
***