Chapter 2
Tiba-tiba tubuhnya terpental ke belakang dan kepalanya terasa sakit. Melintas ingatan tentang siapa gadis itu dan bagaimana kehidupan yang dia alami sebelumnya. Alexa melihat pemandangan di dalam sebuah istana yang sangat megah lalu melihat dengan jelas seolah dia yang mengalaminya.
Selir ketiga dan putri yang tubuhnya dia tempati berjalan menunduk dikawal oleh beberapa orang prajurit yang menjemputnya ke istana selir.
Di sepanjang perjalanan menuju ke ruang pertemuan, terdengar bisik-bisik dari para dayang dan tatapan merendahkan semua orang yang mereka lewati.
Semuanya bagaikan mimpi buruk untuk selir ketiga karena semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Tuduhan demi tuduhan yang mengarah padanya seakan bukan rekayasa. Bukti-bukti yang ditunjukkan oleh penasehat istana terbilang konkret dan masuk akal.
Fitnah kejam yang terencana itu benar-benar membuat nama baik selir ketiga hancur.
"Dasar wanita murahan! Di balik sikapnya yang anggun ternyata dia tidak ubahnya seorang pelacur!" ucap salah seorang istri pembesar istana yang berdiri di luar ruang pertemuan.
"Wanita tidak tahu diri. Dia tidak sadar dari mana dia berasal."
"Pelayan tetap saja pelayan, mana bisa dia berubah menjadi putri. Menjijikkan!"
Cemoohan dan hinaan terus terdengar mengiringi langkah kaki selir ketiga dan putrinya. Tatapan amarah dan menghakimi menyambut kedatangan mereka. Semua orang tidak ada yang mempercayai mereka berdua saat ini seberapa kuat mereka berusaha menyanggah.
Jenderal Wang Jiang sudah lebih dahulu tiba di sana.
Selir ketiga dan sang putri berlutut memberi hormat lalu duduk di lantai di sisi Jenderal Wang Jiang.
Sejenak ruangan itu menjadi riuh oleh suara orang yang berbisik-bisik mengeluarkan argumentasinya tentang ketiga pesakitan yang bersimpuh di hadapan sang kaisar.
Di alam kultivasi kekuasaan di dasarkan pada kekuatan. Siapa yang paling kuat dialah yang berkuasa. Para kultivator memiliki umur yang panjang dan tidak jarang bagi mereka memiliki wajah yang tidak lekas menua meskipun sudah berumur ratusan tahun lamanya. Begitu pun dengan Kaisar Benua Timur Gu Ming Hao.
Kaisar Gu memiliki seorang permaisuri dan tiga orang selir. Masing-masing memiliki seorang anak kecuali selir kedua. Permaisuri Han Jia Li melahirkan seorang putra bernama Gu Qian Fan, selir pertama Tan Jian Ying juga melahirkan seorang putra yang diberi nama Gu Yu Wen, dan selir ketiga Shi Yu Jie memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Gu Fang Hua. Hanya selir kedua Ning Xia He yang tidak memiliki keturunan.
Kecantikan dan kecerdasan Putri Fang Hua mampu mencuri hati semua orang. Semua orang sangat menyayanginya dan sangat memanjakannya. Kedua kakak laki-lakinya Qian Fan dan Yu Wen juga sangat dekat dengannya. Mereka selalu bersama-sama dalam segala hal termasuk belajar ilmu beladiri.
Bakat Fang Hua yang sangat luar biasa akhirnya terdengar ke telinga Selir Ning. Hatinya yang dipenuhi rasa iri membuatnya tidak rela melihat Selir Shi yang notabene berasal dari seorang pelayan terus mendapatkan pujian. Sang kaisar juga lebih sering mengunjunginya dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain.
Rasa dengki itulah yang meracuni pikiran Selir Ning dan menuntunnya untuk berbuat jahat. Dia yang seorang keturunan bangsawan merasa tersisih dan tersaingi oleh seorang wanita dari kalangan bawah seperti Selir Shi. Dia menyusun siasat untuk mengeluarkannya dari istana dan membuangnya jauh-jauh dari kehidupan sang kaisar.
Untuk memuluskan rencana dia berkonspirasi dengan pejabat pemerintahan yang merupakan kerabat dekatnya serta menghasut permaisuri dan Selir Han agar mau bersekutu dengannya.
Bukan itu saja, Selir Ning yang pernah ditolak cintanya oleh Jenderal Wang Jiang merasa sakit hati padanya dan ikut melibatkannya dalam masalah ini. Itu juga atas permintaan pamannya yang merasa jika Jenderal Wang Jiang selalu menghalangi niatnya untuk berbuat curang dalam pemerintahan. Dengan kata lain seluruh orang di dalam pemerintahan mendukung Selir Ning asal Jenderal Wang Jiang juga dijadikan kambing hitam dalam konspirasi itu.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Jenderal Wang Jiang hampir berhasil membongkar konspirasi Penasehat Ning Hao Yu dengan para kultivator dan raja-raja kecil yang berencana untuk menggulingkan Kaisar Gu.
Singkat cerita, Selir Shi dituduh berselingkuh dengan Jenderal Wang Jiang dan menyangsikan Putri Fang Hua sebagai darah daging Kaisar Gu. Selir Shi juga dituduh berniat meracuni Kaisar Gu dan menggulingkan tahtanya agar Jenderal Wang Jiang bisa naik tahta sebagai kaisar yang baru. Beragam bukti palsu mengukuhkan keduanya sebagai pasangan selingkuh, hal itu semakin diperkuat dengan status Jenderal Wang Jiang yang masih melajang hingga saat ini.
Setelah semuanya berkumpul, Kaisar Gu yang sedari awal terlihat muram mulai berbicara. Kekecewaan yang teramat dalam membuatnya tidak ingin berbicara lagi pada Selir Shi. Dia menyerahkan semua keputusan pada penasehat serta para Dewan Kekaisaran Benua Timur.
Penasehat Ning bersorak dalam hati. Akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya untuk menyingkirkan Jenderal Wang Jiang yang merupakan tonggak kekuatan Kekaisaran Benua Timur. Dia juga bisa membalaskan rasa sakit hati keponakannya, Selir Ning.
Para Dewan Kekaisaran dan Penasehat yang sebelumnya telah bersekongkol berpura-pura berdebat untuk memutuskan hukuman bagi ketiga terdakwa tersebut.
Selir Shi terus melihat ke arah Kaisar Gu berharap dia akan menatapnya dan mencari kejujuran di matanya, namun rasanya itu sia-sia. Fang Hua yang masih belia terus menangis merasa belum siap dan merasa ini terlalu mendadak baginya. Keduanya saling berpelukan untuk saling menguatkan hati mereka yang sedang dikuasai ketidakberdayaan.
Penasehat Ning meminta perhatian semua orang untuk mendengarkannya membacakan vonis untuk ketiga terdakwa.
Selir Shi mendapatkan hukuman kurungan di penjara bawah tanah seumur hidupnya, Putri Fang Hua mendapatkan hukuman diasingkan di Hutan Bintang Selatan, dan yang terberat adalah hukuman bagi Jenderal Wang Jiang yang menerima hukuman mati.
Tangis Fang Hua dan Selir Shi pecah. Jika sebelumnya mereka menangis tanpa suara, kini mereka menangis sekeras-kerasnya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya Kaisar Gu merasa tidak tega melihat kesedihan di wajah Selir Shi dan Putri Fang Hua, namun amarah dan rasa kecewanya lebih dominan sehingga membuatnya seolah tidak peduli pada mereka berdua.
Di hari itu juga hukuman dijalankan. Putri Fang Hua diantar oleh prajurit ke Hutan Bintang Selatan dan ditinggalkan di sana seorang diri. Di dalam hutan itu hanya disediakan sebuah gubuk reyot yang lama tidak di huni dan peralatan usang untuk memasak.
Putri Fang Hua berusaha menerima kenyataan pahit ini meskipun dalam hati dia tidak terima dengan tuduhan keji yang memfitnah dia dan ibunya. Dia mulai membersihkan tempat tinggal barunya yang sangat kontras dengan kehidupan sebelumnya. Air matanya seakan telah kering, berganti rasa dendam dan sakit hati pada para dalang di balik konspirasi ini.
Fang Hua bersumpah untuk membalaskan dendamnya dan ibunya suatu saat nanti.
Walaupun dia sendirian di hutan, Fang Hua berusaha untuk tetap kuat demi mewujudkan cita-citanya untuk mengembalikan kehormatan dan nama baik ibunya.
Kehidupan Fang Hua di Hutan Bintang Selatan dimulai dengan penuh tantangan dan kesendirian. Walaupun terkadang di dalam hatinya muncul keraguan apakah dia akan mampu bertahan dan mengungkap misteri yang tersembunyi di balik konspirasi yang menghancurkan hidupnya.
***