Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 8 Daniel Turut Dimarahi

Setelah mencoba berbicara dengan Tuan Frank, Nyonya Emily merasa frustasi dan sedih. Dia berharap suaminya akan mendengarkan kekhawatirannya tentang pembatasan yang diberlakukan pada Stefany, akan tetapi sayangnya, usahanya gagal.

Setelah memberikan secangkir kopi kepada Tuan Frank, Nyonya Emily mencoba lagi untuk membicarakan masalah tersebut.

Dengan suara lembut, dia berkata,

"Darling, aku mengerti kekhawatiranmu tentang Stefany. Tapi kita juga harus memberinya kesempatan untuk menjalani kehidupannya di luar rumah. Dia perlu belajar sungguh-sungguh. Apalagi sampai bolos sekolah selama seminggu. Stefany akan ketinggalan mata pelajaran."

Tuan Frank menatap sang istri dengan pandangan tajam.

"Aku sudah bilang, Emily. Stefany tidak boleh keluar rumah selama seminggu! Aku tidak ingin dia terkena pengaruh Daniel di luar sana."

Nyonya Emily merasa putus asa.

"Tapi Darling, Stefany perlu mengalami hal-hal di luar rumah. Dia perlu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menghadapi tantangan, dan mengambil keputusan sendiri. Kita tidak bisa terus membatasinya seperti ini. Lagian Daniel adalah anak yang baik. Dia selalu melindungi putri kita."

Tuan Frank bangkit dari tempat duduknya dengan wajah yang merah padam.

"Aku sudah bilang tidak, Emily! Aku tidak ingin membahayakan putri kita. Kenapa kamu terus membela Stefany? Apa kamu tidak peduli padaku sebagai seorang ayah yang sangat khawatir kepada putrinya?"

Nyonya Emily menangis, merasa terluka oleh kemarahan suaminya.

"Tentu saja aku peduli padamu, Frank. Tapi aku juga peduli pada Stefany, putri kita. Aku ingin memberinya kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Aku tidak ingin dia merasa terkekang."

Tuan Frank menghela napas panjang, akan tetapi kemarahannya masih terlihat jelas,

"Kamu sama sekali tidak peduli denganku, Emily. Kamu tidak mengerti betapa berharganya Stefany bagiku. Aku tidak akan mengambil risiko dengan kehidupannya. Terutama dengan masa depannya! Sekarang dia dan Daniel hanyalah teman biasa! Tapi mereka akan tumbuh menjadi dewasa! Perasaan diantara keduanya akan turut berkembang juga! Kamu harus tahu itu!”

Nyonya Emily mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Frank, Dear. Aku tahu kamu sangat mencintai Stefany. Tapi sebagai orang tua, kita juga harus memberikan kepercayaan pada anak kita. Kita harus mengajarkan dan membimbingnya, bukan membatasi dan melindunginya terus-menerus."

Tuan Frank menggelengkan kepala dengan keras.

"Aku tidak bisa melakukannya, Emily. Jika kamu tidak setuju dengan keputusanku, maka itu adalah masalahmu sendiri!"

Nyonya Emily merasa hancur dan kecewa. Dia tidak menyangka jika percakapan mereka akan berakhir seperti ini. Dia mencoba lagi untuk menenangkan suaminya.

"Frank, mari kita cari solusi yang baik untuk semua. Kita bisa memberikan batasan yang lebih longgar, akan tetapi tetap mengawasi Stefany. Kita bisa melakukannya bersama."

Tuan Frank menatapnya dengan tatapan dingin.

"Tidak ada kompromi, Emily. Stefany tidak boleh keluar rumah selama seminggu. Itu keputusanku dan itu tidak akan berubah!"

Nyonya Emily merasa terpukul. Dia merasa tidak didengarkan dan tidak dihargai oleh suaminya. Perempuan itu merasa sendirian dalam perjuangannya untuk memberikan yang terbaik bagi Stefany.

Kediaman Keluarga Alexander,

Daniel baru saja sampai di rumah setelah menghabiskan waktu bersama Stefany, putri dari keluarga Madison. Ketika dia masuk ke rumah, ayahnya, Tuan Carlos, memanggilnya dengan serius. Tuan Carlos telah mendengar dari anak buahnya jika Daniel menghabiskan waktu bersama Stefany hingga sore hari.

Tuan Carlos, seorang pria yang tegas, dan memiliki pandangan negatif terhadap keluarga Madison. Dia sangat tahu jika ayah Stefany, Tuan Frank, sering menyebarkan fitnah tentang Keluarga Alexander. Oleh karena itu, dia melarang putranya untuk berteman dengan Stefany.

"Daniel, Daddy perlu bicara denganmu!" ucap Tuan Carlos dengan suara serius.

“Iya, Dad.” ucap Daniel singkat.

"Daddy mendapat laporan jika kamu menghabiskan waktu bersama Stefany Madison hari ini! Apakah benar begitu, Daniel? Jawab yang jujur!” bentak sang ayah.

“Iya, Daddy. Aku bersama Stefany.”

“Payah! Daddy kan sudah memberitahumu sebelumnya jika Daddy melarangmu untuk berteman dengan anak dari Keluarga Madison!" hardik sang ayah lagi.

Daniel merasa tegang mendengar larangan ayahnya. Dia tahu jika ayahnya memiliki alasan kuat untuk melarangnya, akan tetapi anak lelaki remaja itu juga merasa bersalah karena dia menyukai Stefany sebagai teman.

Namun, Nyonya Miriam, ibu Daniel, berdiri di sampingnya dan membela putranya. "Carlos, aku tidak setuju dengan laranganmu ini. Daniel adalah anak kita, dan dia memiliki hak untuk memilih teman-temannya sendiri. Jangan biarkan prasangka buruk menghalangi hubungan persahabatan mereka."

Tuan Carlos menatap istrinya dengan pandangan tajam. "Miriam, kamu tahu betapa buruknya keluarga Madison. Aku tidak ingin Daniel terpengaruh oleh mereka. Aku melarangnya untuk alasan yang baik."

Nyonya Miriam tetap teguh pada pendiriannya.

"Carlos, kita harus memberikan kepercayaan pada Daniel. Dia sudah cukup dewasa untuk memilih teman-temannya sendiri. Jangan biarkan prasangka buruk menghalangi hubungan persahabatan dan pertumbuhannya. Lagian ya, Stefany adalah anak yang baik, cantik, dan ramah. Aku sangat menyukainya," ucap Nyonya miriam dari kesungguhan hatinya.

Tuan Carlos merasa frustasi dengan pendapat istrinya. Dia merasa terpojok antara melindungi putranya dan mencegahnya terlibat dengan Keluarga Madison. Namun, dia juga mencintai istrinya dan menghargai pendapatnya.

Saat Tuan Carlos mengetahui jika Nyonya Miriam memperbolehkan Daniel untuk berteman dengan anak dari Keluarga Madison, dia merasa marah dan kecewa. Baginya, larangan tersebut tetap berlaku dan sang ayah tidak ingin putranya terlibat dengan Keluarga Madison.

Tuan Carlos duduk tegak di ruang keluarga, wajahnya penuh dengan ekspresi ketidakpuasan. Nyonya Miriam berdiri di depannya dengan wajah tegar, siap untuk mempertahankan pendiriannya.

Tuan Carlos dengan suara tegas berkata,

"Miriam, aku tidak bisa mempercayaimu membiarkan Daniel berteman dengan anak dari Keluarga Madison. Kamu tahu betapa buruknya keluarga itu dan apa yang mereka katakan tentang keluarga kita."

Nyonya Miriam menatap suaminya dengan penuh keyakinan.

"Carlos, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi aku juga percaya pada kemampuan Daniel untuk memilih teman-temannya dengan bijaksana. Dia adalah anak kita, dan kita harus memberinya kesempatan untuk tumbuh dan belajar dari pengalaman."

Tuan Carlos marah dan bangkit dari tempat duduknya.

"Ini bukan tentang memberinya kesempatan, Miriam! Ini tentang melindunginya dari pengaruh buruk! Aku tidak ingin dia terlibat dalam masalah karena bergaul dengan anggota Keluarga Madison!"

Nyonya Miriam sama sekali tidak mundur. Dia juga terus berbicara,

"Carlos, kita tidak bisa melindungi Daniel dari segala sesuatu. Dia harus belajar menghadapi tantangan dan mengambil keputusan sendiri. Kita harus memberinya kepercayaan dan mendukungnya. Bukan malah mengekangnya! Dia itu anak lelaki!"

Tuan Carlos menghela napas panjang, akan tetapi kemarahannya masih terlihat jelas

. "Aku tidak bisa menerima ini, Miriam. Aku tidak ingin anak kita terlibat dalam masalah yang tidak perlu. Aku melarangnya untuk alasan yang baik!"

Nyonya Miriam menatap suaminya dengan penuh emosi "Carlos, kita harus mempercayai Daniel. Dia adalah anak kita, bukanlah seseorang yang akan mudah terpengaruh. Jangan biarkan rasa benci menghalangi pertumbuhannya!"

Tuan Carlos merasa kesal dengan pendapat istrinya. Dia merasa jika dirinya hanya ingin mencoba melindungi putranya, akan tetapi pria itu juga tidak bisa mengabaikan pendapat dan keinginan istrinya.

"Dia masih terlalu muda, Miriam," ucap Tuan Carlos dengan suara lebih lembut kali ini.

"Aku hanya tidak ingin Daniel terluka atau terkena pengaruh buruk. Aku hanya mencoba melindunginya, dari Keluarga Madison!"

Nyonya Miriam menghampiri suaminya dan memegang tangannya dengan lembut. "Carlos, aku tahu betapa besar cintamu pada Daniel. Tapi kita juga harus memberinya kebebasan dan kesempatan untuk belajar. Kita harus mempercayai jika kita telah mendidiknya dengan baik."

Tuan Carlos merenung sejenak, melihat ke dalam mata istrinya yang penuh cinta. Dia merasa terombang-ambing antara kekhawatirannya dan kepercayaannya pada putranya.

Akhirnya, dengan suara lembut, Tuan Carlos berkata,

"Baiklah, Miriam. Jika kamu yakin jika ini adalah yang terbaik untuk Daniel, aku akan mencoba memahaminya. Akan tetapi aku tetap ingin dia berhati-hati dan tidak terlalu ja6terlibat dengan Keluarga Madison. Aku akan terus memantaunya!"

Nyonya Miriam tersenyum lega dan menggenggam tangan suaminya dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Carlos. Aku tahu kamu mencintai Daniel dengan segenap hatimu. Kita akan menjaga dan mendukungnya bersama."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel