Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 6 Jason Yang Terbaik

Masih dalam rangka melakukan pengintaian di depan rumah Laura, yang dilakukan oleh Jason. Namun hal itu tidak membuahkan hasil apapun. Karena Jason harus bolak-balik kembali ke kantor dan ke kostnya. Joshu menjadi semakin geram, karena tidak ada perkembangan dalam pengintaiannya.

"Pak Bos CEO, sepertinya saya punya ide cemerlang." ujarnya pada suatu siang di ruangan CEO.

"Cih, dari kemarin Lo punya ide tapi nggak ada realisasinya" Sindir, Calvin.

"Biarkan Jason bicara!" bentak Jhosu, gusar.

"Lanjutkan woi, jangan malah bengong." Calvin tak mau kalah, terus saja menyerang Jason.

Jason ingin menyela perkataan Calvin, namun tiba-tiba mereka dikejutkan dengan bentakan Joshu.

"Hei! kapan sih, kalian berdua bisa damai? Jangan sampai gue kirim Lo berdua, ke Afrika sana! Tnggal di taman margasatwa!" Serunya, emosi.

"Ampun, Pak Bos." 

"Maafkan kami, Tuan Muda." keduanya serentak minta maaf.

"katakan ide mu, Jason."

"Begini, Tuan Muda." Jason pun mengatakan kepada Joshu, bagaimana jika bos-nya itu membeli satu rumah yang berdekatan dengan rumah Lura, sehingga dia bisa melakukan pengintaian selama dua puluh empat jam penuh.

Joshu segera menyetujui ide Jasom itu. Dia segera menyuruh Calvin untuk melakukan pembelian rumah tepat di depan rumah Laura, dengan penawaran harga dua kali lipat dari harga aslinya.

Dengan menggerutu, Calvin mengikuti semua perintah atasannya.

"Jadi, Tuan CEO, saya akan tinggal di rumah tersebut, dan melakukan pengintaian penuh, dan juga ... dan juga..."

"Dan juga apa? lanjutkan!" Ujar Joshu, kesal.

"Begini Tuan CEO, Laura sangat suka dengan olahraga joging, jadi saya berencana akan mendekatinya. Saya akan ikut joging di jam Laura juga joging. Setelah kami akrab, saya akan menanyakan perihal gadis misterius itu kepadanya." Seru Jason ragu-ragu, karena Calvin menatapnya dengan tajam.

"Cih, bilang saja,  Lo mau pacaran sama Si Laura!" Calvin malah menyindir Jason lagi.

"Kalau iya kenapa? dari pada Lo jadi bujang lapuk!"

"Apa, Lo bilang?"

Keduanya ingin melanjutkan perdebatan, namun mereka terkejut karena Joshu menggebrak meja.

"Cukup! ini kali terakhir gue lihat Lo berdua, adu mulut di depan gue. Kalian bukannya bikin pikiran gue tenang, malah bikin ruwet!"

Kemudian disuatu ketika, Joshua bertanya kepada asistennya.

"Bagaimana hasilnya, Calvin?"

Calvin pun menjelaskan, jika orang yang punya rumah di depan rumah Laura langsung menyetujui penjualan rumahnya, dalam waktu tiga hari, rumah tersebut akan kosong.

Jadilah saat ini, Jason ditemani oleh Sekretaris Tasya berada di toko furniture untuk membeli perlengkapan untuk rumah yang baru beberapa hari lalu, di beli oleh Joshu.

Rumah itu memiliki tiga kamar di lantai atas dan satu di lantai bawah untuk kamar ART. Kamar utama di peruntukkan untuk Joshu, satu kamar yang menghadap ke rumah Laura di peruntukkan untuk Jason  dan satu kamar lainnya untuk kamar tamu.

Sekretaris Tasya dibantu beberapa orang dari toko furniture mendesain ulang interior rumah ini, pemasangan wallpaper untuk dinding rumah baru saja selesai, tinggal menyusun perabotan.

Jason memilih sendiri perabotan dalam kamarnya. Alat pengintai juga sudah dia siapkan, sebuah teropong besar jarak jauh dengan lensa tipe tinggi, yang bisa juga digunakan untuk memotret suatu objek semua telah siap.

Malam harinya, Jhosu bersama dengan Calvin singgah ke rumah yang baru saja dia beli.

Dia merasa puas dengan hasil kerja Jason.

Diam-diam Calvin sedikit kagum dengan cara kerja Jason. Walaupun anaknya slengean tetapi dedikasinya dalam bekerja sangat tinggi.

Tak lupa, Joshua juga mengecek kamar utama, kembali dia sangat puas dengan hasil desain sekretaris Tasya. Setelah puas melihat-lihat isi rumah itu. Joshu pun kembali ke apartemennya.

Jason merasa puas dengan pencapaian kerjanya.

Saat ini, dia sedang menikmati mie instan buatannya sendiri, terasa nikmat. Sebenarnya Joshua ingin memperkerjakan seorang ART. Namun Jason menolak dengan alasan, dia sudah biasa mandiri.

Tepat pukul lima pagi, Jason bangun. Dia lalu meneropong ke rumah Laura. Dia melihat jika gadis itu sedang bersiap-siap untuk joging.

Jason segera menuju kamar mandi, menggosok giginya dan mengganti bajunya dan siap-siap untuk joging.

Jason terlihat sedang menelpon seseorang, sambil mengikuti Laura dari belakang, namun jarak mereka agak berjauhan.

Laura bersama kucing peliharaannya, bernama, Pluto. Mereka sedang berjalan-jalan santai di pagi ini. Matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya.

 Tiba-tiba dari arah belakang, ada sebuah mobil yang hendak menabrak Pluto, yang terlihat tidak tenang berjalan di samping Laura.

Laura yang menyadari, jika Pluto akan di tabrak mobil, langsung berteriak, "Pluto! No!" Sambil memejamkan matanya.

Namun tanpa diduga, seorang lelaki yang juga sedang joging, terlihat dengan sigap menangkap Pluto dan berguling di atas aspal demi menangkap kucing itu.

Laura sekejap membuka matanya, saat mendengar suara kucing  kesayangannya itu.

Dis segera berlari, saat tahu jika Pluto berada di pelukan seorang pemuda yang meringis kesakitan, akibat menyelamatkan kucingnya, terlihat tangannya bengkak dan berdarah.

Pemuda itu segera berdiri dan memberikan Pluto kepadanya, Laura segera memeluk kucing kesayangannya.

"Apakah ini kucingmu, Nona?" Ujar, si pemuda.

"Iya, makasih ya, sudah menyelamatkan Pluto." Ucapnya, berterima kasih.

"Lain kali, Nona harus berhati-hati menjaga kucing Anda, Nona." Ujarnya lagi dan mencoba berlalu dari situ.

"Astaga, kamu, sini, ayo ikut aku, aku akan mengobati luka mu." Awalnya Jason menolak, namun Laura terus memaksa dan terpaksa dirinya mengikuti gadis itu. Diam-diam Jason menerbitkan senyuman misterius dari bibirnya.

Sesampai di rumah, Laura mempersilahkan Jason untuk menunggu di teras, dia lalu mengambil kotak obat terlebih dahulu dari dalam rumah.

Jason menoleh ke dalam rumah Laura.

 "kok rumahnya, sepi? Apakah dia tinggal sendiri?" pikirnya dalam hati.

Setelah Laura selesai mengobati tangan Jason keduanya pun berkenalan. Jason mengatakan jika dia baru pindah di perumahan ini.

Jason pun menunjukkan rumahnya yang tepat berada di seberang rumah Laura. Dari hasil keterangan Laura. Dia mengetahui jika Laura hanya tinggal berdua dengan Ayahnya.

Saat ini ayahnya sedang berada di luar negeri karena dinas luar dari kantornya. Laura hanya berdua bersama Pluto di rumah, sedangkan ART nya hanya datang di pagi hari dan sorenya langsung pulang ke rumahnya.

Sejak hari itu, Laura dan Jason terlihat akrab. 

Mereka sering janjian untuk joging bareng pluto, yang sangat menyukai Jason.

Diam-diam Laura mengagumi sosok Jason yang tampan, kocak, humoris dan dewasa, itu tipe pria idamannya. Sedangkan jason sangat senang bisa berdekatan dengan Laura.

Grey Corp,

Jason mulai melaporkan kepada Joshu perkembangan pengintaian nya. Calvin dan Joshu, tiba-tiba terkaget-kaget dengan rencana matang Jason.

Ternyata Jason yang merencanakan skenario hampir tertabraknya Pluto. Pak Hardi, sopir pribadi Zaro sebagai eksekutor yang akan menabrak Pluto.

Jason memutar rekaman insiden itu. Tanpa sadar, Joshua dan Calvin langsung bertepuk tangan

 "Prok-prok-prok." Memuji kinerja Jason.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel