PART 06
Setelah pergumulan itu berlangsung lebih dari satu jam, keduanya sama-sama menaikkan gerakan serta desahan dan lenguhannya. Keduanya merasakan hantaman gelombang pasang yang dahsyat, sehingga membuat tubuh mereka bergetar sebelum terasa bagai terhempas ke atas langit kelam namun penuh bintang-gemintang. Tak lama kemudian lalu sepi. Kedua insan yang berlainan usia dan jenis itu terkapar tanpa selembar benang pun yang menutupi tubuh mereka. Mata keduanya terpejam, sama-sama menikmati sejuta kelegaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Sebelum keduanya terlelap dalam mimpi lain, mereka sempat mengulanginya beberapa kali.
Bahkan, ketika Zoelva sampai lena dalam lelap akibat kecapaian, ia merasakan kenikmatan yang berasal dari bagian selangkangannya lalu menjalart ke seluruh saraf tubuhnya. Saat ia membuka mata, ia menyaksikan wanita itu sedang asyik masyuk menggarap kejantanannya yang telah kembali kekar, besar, dan panjang.
Bunda Jesica mengangkan alisnya, menatap dan tersenyum kepadanya tanpa menghentikan jilatan, isapan, dan permainan lidahnya yang hangat.
“Maafkan Bunda sayang, karena telah membangunkanmu. Bunda selalu horny jika memandang punyamu yang panjang dan kekar ini,” desah Bunda Jesica.
Zoelva tak menanggapi. Ia hanya melenguh pelan, menikmati permainan sang wanita STW yang memanjakannya itu sembari memejamkan matanya. Apa yang dikatakan oleh wanita itu adalah fakta. Miliknya memang memiliki ukuran dan diameter di atas rata-rata, yang merupakan warisan dari garis ibunya yang keturunan Indo-Portu.
Selanjutnya permainan diinisiasi oleh Bunda Jesica. Setelah puas menikmati rudal molek nan hangat itu dengan mulutnya, ia langsung merangkak ke atas dada sang pemuda yang kekar dan berbulu. Bagai seorang penunggang kuda sejati, ia pun kembali memperagakan kelihaiannya yang tinggi. Ketika mulut sang kuda pejantan mudanya menyasari kedua pucuk dadanya yang lumayan besar dan lembut sembari kedua tangannya mencengkeram kuat bokongnya yang bulat padat, Bunda Jesica melenguh panjang dan menjerit-jerit seperti orang yang menangis.
Lalu tiba ia menjerit, “Bunda...mau...keluaar....aaahh...!”
Tubuhnya langsung menggelepar di atas dada Zoelva dan menikmati kelegaan sempurna yang kembali ia dapatkan.
Zoelva merasakan bawah perutnya telah basah oleh lendir handat. Ia mengangkat wajah Bunda Jesica dan mencium pipinya sebelum melumat bibirnya dengan rakus penuh nafsu. Ia membalikkan tubuh wanita itu lalu menyuruhnya memasang posisi doggy, dan ia sendiri berlutut di belakang belahan pantat istri dari seorang pejabat itu dengan rudal di bawah perutnya yang sedang tegang maksimal hingga nyaris menyentuh perutnya sendiri.
Zoelva tidak langsung menembakkan rudalnya ke sasaran yang nikmat dan licin milik wanita itu, namun menggosok-gosokkan batang itu di belahan bokongnya yang rengkah dan licin, yang menyebabkan si bunda kembali bangkit birahinya dan mendesah.
“Ayo kuda mudaku, genjot Bunda, tuntaskan birahimu....! Ohhh...!”
Tanpa menyahuti, Zoelva mengikuti kehendak wanita pemilik maya sayu itu, dan langsung menggenjotnya dengan kekuatannya sebagai sang kuda muda. Sekitar sepuluh menit kemudian, Bunda Jesica menjerit dengan suara yang berat sebagai pertanda ia sedang menghadapi gelombang orgasme yang sangat. Ia langsung jatuh terkapar di kasur. Tapi Zoelva langsung menindihkan dan kembali menggenjotnya dengan cepat dan kuat, sampai akhirnya ia menembakkan cairan putih kentalnya berkali-kali sampai terasa seolah-olah kantong spermanya terkuras habis saat itu.
Esok pagi, ketika terbangun, Zoelva tak melihat Bunda Jesica di sampingnya. Tapi ada secarik kertas yang ditulisi dengan spidol biru: “Sayang, maaf ya, bunda harus pulang setelah subuh dan tak pamit karena kamu tidurnya sangat nyenyak. Semalam suami Bunda telepon berkali-kali ternyata. Untung hape bunda off-kan.”
Kertas itu diremas-remasnya hingga membentuk bundaran kecil lalu diletakkannya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Ia bangkit dan langsung berjalan menuju kamar mandinya. Dengan menghujani tubuhnya dengan air hangat, ia merasakan tubuhnya segar kembali. Sososk Bunda Jesika kembali hadir dalam benaknya. Ada keheranan yang ia rasakan terhadap tanet-tante itu. Wanita sudah seumuran dia kok masih mampu mengimbani permainan anak muda seperti dirinya berkali-kali, ya? Seingatnya, permainan mantannya, Niken Hapsari, tak sedahsyat itu. Gila benar itu tante-tante.
Keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lakukan adalah membuat kopi cream hangat campur madu lalu sarapan dengan beberapa lapis roti. Saat ia menghidupkan hapenya yang sejak semalam di-off-kannya, bunyi pesan Whatsapp yang masuk terdengar berentetan. Sebagian besar chatting-an-chatting-an dari beberapa grupnya dan sebagian dari sahabat dan rekan-rekan bisnisnya.
Dan...oh, ternyata ada pesan dari Bu Latifah juga. Ia buka: “Maaf ya Mas Zoelva, tadi malam Ibu tak bisa membalas Wa-nya Mas Zoelva karena anak sana tiba-tiba vidcall dan minta didongengkan. Biasa, Mas, dia itu kalau mau tidur harus minta didongengkan dulu. Hehehe..”
Zoelva tersenyum sendiri. Pantasan, pikirnya. Saat ia hendak membalas pesan itu, tiba-tiba panggilan via video call masuk. Dari Bu Latifah. Terburu-buru Zoelva mengikat tali piama mandinya lalu membuka panggilan itu sambil bersandar di tempat tidur.
Keanggunan wajah Bu Latifah langsung terlihat di layar hapenya. Wanita itu mengenakan hijab syar’i berwarna hitam. Oh My God, dia benar-benar cantik. "Assalammualaikum Bu Latifah. Maaf baru buka WA-nya. Hehehe.”
"Waalaikumsalam, Mas Zoelva. Wah, baru bangun tidur, ya?” sahut Bu Latifah seraya melemparkan senyum manisnya.
Sebuah senyuman yang langsung membuat bibir dan gusi Zoelva mengering. "Sudah bangun dari tadi, sih. Tapi setelah sholat subuh saya kembali tidur lagi, karena masih merasa ngantuk sekali, hehehe.”
Setelah sholat subuh? Sebuah alasan yang nyaris membuat dirinya sendiri muntah-muntah. Ia langsung merasakan beban dosanya makin menumpuk saja. Sudah suka membuang kencing pendeknya di rahim-rahim milik orang lain, masih pulak berbohong. Aih...! Jangankan sholat, bahkan mungkin bacaan dan rakaat sholat sudah ia lupakan. Padahal dulu, saat ia kecil hingga memasuki perguruan tinggi, ia adalah pemuda yang tak pernah meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim itu walau sekali waktu. Karena memang ia dididik dalam lingkungan keluarga yang taat agama. Namun sejak ia berpacaran dan diajarkan jurus-jurus ranjang oleh sang mantannya, Niken Hapsari, ia pun mulai melalaikan sholatnya, sampai akhirnya ia melupakannya. Sajadah, sarung, kopiah, dan baju kokonya telah ia lipat rapi dan menyimpannya baik-baik di lemarinya, tanpa ia menggunakannya lagi. Ia benar-benar telah mentransformasikan dirinya sebagai seorang petualang duniawi sejati!
“Oh seperti itu? Di apartemen Mas Zoelva dengan siapa?” tanya Latifah tanpa bermaksud untuk kepo.
“Hanya sendiri, Bu. Kalau di rumah ya ada asisten rumah tangga dan suaminya juga,” sahut Zoelva. Ia tak ingin membuang sedikit pun dari menatap wajah sang bidadari di layar hape itu.
“Hm. Oh ya, Mas Zoelva, boleh minta sesuatu nggak?”
“Boleh, Bu. Jika saya mampu memenuhinya akan saya penuhi. Mang Ibu mau minta apa?”
“Saya ingin agar Mas Zoelva memanggil saya dengan Mbak saja, Ya? Panggilan ibu membuat Mbak langsung merasa sudah sangat tua saja, hehehe,” pinta Latifah, lalu menutup wajahnya dengan bagian hijab lebarnya untuk menyembunyikan tawanya.
“Oh itu...?” Zoelva langsung tertawa ringan. “Jujur, sebenarnya, saya pun maunya memanggil dengan Mbak, karena sejak pertama saya sudah terlanjur memanggil dengan Ibu, ya keterusan saja. Hehehe..”
Keduanya pun sama-sama tertawa. Hanya sayangnya, Zoelva tak bisa melihat bagaimana wajah Latifah ketika tertawa, karena wajahnya langsung ditutupinya dengan ujung hijab yang dikenakannya.
“Ternyata orang ganteng bisa mengebanyol juga, ya?” ujar Latifah, lalu meneruskan menutup wajahnya.
“Ya, hanya spontan saja, Mbak. Ohya, kalau di kampungnya Mbak Latifah suka dipanggil apa?”
“Ya terkadang ada yang panggil Bu Latifah, sih, dalam suatu kondisi tertentu. Tapi saya lebih dikenal dengan panggilan Ifah atau Mbak Ifah?”
“Ya deh, saya ikut panggil seperti itu saja kali, ya? Mbak Ifah...!”
