Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 02

Zoelva dengan cepat mengangkat kedua tangannya sebagai tanda bahwa ia tak ingin dipeluk oleh si gadis. “Maaf, kamu tak perlu perlu menjelaskan apa pun lagi, karena tak akan mengubah apa pun!”

“Tapi aku tetap mencintaimu, Mas! Walau pun kita mungkin tak bisa saling memiliki, tapi cinta...”

“Stop! Stop! Stop!” potong Zoelva sembari kembali mengangkat kedua tangannya setinggi dagunya. “Kauingin mengatakan, bahwa cinta itu tak mesti saling memiliki, kan? Jiahahaha, itu kata-kata orang yang stres dan putus asa! Sudah Basi, Nona! Tapi okey, aku sekali lagi mengucapkan terima kasih karena kausempat mampir dalam hidupku, mengisi ruang hatiku, mengajarkan aku ke jenjang kedewasaan dengan pelajaran cintamu yang..., oh maaf. Walau akhirnya yang kauberikan melati adalah laki-laki itu, sementara kepadaku kauberikan ujung belati. Yeah...selamat menempuh hidup baru, Nona. Aku berharap, kalian berdua dapat hidup bahagia dan rukun, tanpa bumbu kecurangan dan penghiatan di dalamnya! Selamat tinggal, Nona!”

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Zoelva pun meninggalkan Niken, meninggalkan sang wanita yang selama ini ia puja dan sanjung oleh hatinya siang dan malam, dan meninggalkan segala kebersamaan dan keindahan di dalamnya yang nyaris dua tahun mereka nikmati dan lewati bersama. Ia pergi membawa kecewa dan luka hatinya yang teramat dalam. Saat itu ia memang tak menderaikan air matanya di pipi akibat penghianatan yang luar biasa itu, tetapi jiwanya yang menjerit setinggi langit. Ia harus tegar, karena ia seorang laki-laki. Walau memang penghianatan dari wanita yang sangat ia cinta itu terasa menghujam ulu hati dan nurani sucinya, cucurkan darah. Hanya saja, seketika ia merasakan luka hatinya menganga, dan jiwanya koyak. Sang kekasih yang sangat disanjungnya itu telah menaburkan selaksa duka dalam hatinya.

Maka sadarlah Zoelva, bahwa penampakan tak selalu secara dengan apa yang dipikirkan dan yang terjadi sesungguhnya. Seeokar angsa tidak selalu seelok dan seanggun rupanya, namun ia pun mampu menimbulkan luka dan kengerian. Bahkan ia merasa bahwa selama ini ia telah mengurung seeokar macan betina dalam ruang hatinya. Macan yang berbulu begitu indah, tetapi kenyataannya hatinya tidak.

Akibat kecewa berat akibat kegagalan cinta itu, Zoelva lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan kampusnya di Jogja dan pindah kuliah di Jakarta. Terlalu banyak kenangan indah dia bersama Niken yang tak mungkin mampu ia hapus, bahkan seumur hidupnya. Di kampus itu ia mengenal gadis itu, lalu jadianya, seterusnya memupuk cinta mereka.

Sejak saat itu, ia tak berhasrat lagi untuk mencari tambatan hatinya yang baru lagi, karena ia merasa bahwa separuh jiwa dan segenap ruang batinnya sudah dibawa pergi oleh wanita yang merupakan cinta pertama yang diseriusinya itu. Kegantengan serta kesuksesan yang telah ia raih, tentu ia dengan mudah mendapatkan wanita pujaan lagi yang bahkan lebih dari segalanya daripada Niken. Namun ia tak melakukan itu. Bahkan wanita-wanita cantik dan berkelas yang mencoba mencari perhatiannya, juga menjamah hatinya, pun semuanya mental. Belum mempan. Pintu hatinya masih tertutup dan tersegel rapat. Jiwanya membeku untuk yang namanya cinta!

Memang, sejak ia putus dengan Niken Hapsari, Zoelva tak pernah lagi menjalin hubungan serius dengan wanita mana pun. Hatinya sudah terlanjur kecewa, atau lebih tepatnya trauma psikis dengan yang namanya cinta. Harapan dan cintanya yang pernah ia curahkan dengan tulus, malah dicampakkan begitu saja oleh Niken, gadis yang sangat ia cinta dan sanjung.

Kegantengan serta kesuksesan yang telah ia raih, tentu ia dengan mudah mendapatkan wanita pujaan lagi yang bahkan lebih dari segalanya daripada Niken. Namun ia tak melakukan itu. Bahkan wanita-wanita cantik dan berkelas yang mencoba mencari perhatiannya, juga menjamah hatinya, pun semuanya mental. Belum mempan. Pintu hatinya masih tertutup dan tersegel rapat. Hal itu pun tak luput dari perhatian dari kedua orang tuanya. Ada semacam keheranan yang mendekati kecemasan di hati kedua orang tuanya, mengapa putra mereka masih hidup melajang, padahal dari segi umur dan kematangan ekonomi, seharusnya sudah waktunya ia untuk memikirkan berumah tangga.

Selama rentang waktu sejak ia putus dengan Niken hapsari, ia tap pernah menjalin hubungan serius dengan wanita mana pun. Artinya, ia menjalin hubungan dengan wanita hanya semacam sekedar iseng saja. Entah sudah berapa banyak wanita yang telah jatuh dalam pelukannya (namun lebih tepatnya, ia jatuh ke pelukan wanita) namun tanpa satu pun terhadap wanita-wanita itu ia libatkan hatinya, perasaan cintanya. Nyaris seluruhnya hanya melibatkan tuntutan biologisnya semata.

Ya, hanya mengikuti tuntutan biologisnya semata. Niken Hapsari bukan saja telah membawa pergi separuh jiwanya dan nyaris seluruh ruang batinnya, namun juga telah meninggalkan pelajaran penting untuknya, yaitu: pelajaran dan kemahiran dalam bercinta. Memang dalam urusan bercinta (ranjang), gadis itu lebih berpengalaman dan lebih mahir dari dirinya yang sebelumnya hanyalah seorang pemuda yang masih awam dalam urusan yang demikian. Bahkan sekedar mencium pipi seorang wanita pun baru sekali ia melakukannya, yaitu terhadap pacar waktu SMA di hari ulang tahun pacarnya itu. Pacar tatkala masih dalam level cinta monyet. Tapi dengan Niken Hapsari, ia benar-benar ditarik untuk naik ke level cinta gorila, hehehe. Dan hasil pelajaran dari sang mantannya itu menjadikan Zoelva sebagai ‘pendekar cinta’ sejati. Tapi tatkala sang ‘mentor’-nya itu berhianat dan meninggalkannya, maka ia jadi seorang ‘pendekar’ yang merana, yang otomatis tak lagi menikmati sebuah ‘pertarungan’. Hatinya memang bisa beku dan mengenal rasa kecewa, tetapi kan biologisnya tidak pernah mengenal kondisi-kondisi seperti itu. Dan ia masih tetap sebagai seorang pemuda, brondong, yang sangat normal!

Hanya saja, setelah putus dan ditinggalkan oleh Niken Hapsari, kesukaan Zoelva lebih cenderung pada wanita-wanita yang usianya lebih tua dari usianya. Umumnya yang sudah berusia di atas tiga puluhan tahun. Tentu saja wanita-wanita yang ia maui adalah wanita-wanita yang berkelas, cantik, dan dukungan bodi yang ia nilai memiliki daya pesona seksual, menurutnya. Artinya ia tidak asal menyukai wanita yang suka mencari perhatian atau menggodanya. Karena memang ia sangat jarang untuk menggoda wanita. Justru wanitanya yang menggodanya. Mungkin benar juga ya, menurut sebuah status FB seseorang yang tak perlu disebutkan namanya, bahwa godaan terbesar seorang laki-laki tampan itu adalah wanita dengan landasan nafsunya.

Wanita yang dikencaninya itu pasti dia panggil: “Mpok”, “Mbak”, “Teteh”, “Kakak”, “Tante”, “Bunda”, atau panggilan serupa bagi wanita yang jauh lebih tua daripada usianya sendiri. Sebagian dari wanita itu ia kenal melalui sosmed, dan sebagian lainnya lewat pergaulannya yang luas di dunia nyata. Zooelva tak mempersoalkan status wanita-wanita itu. Karena menurutnya, kalau namanya zina ya tetaplah zina, mau dengan gadis, janda, atau pun istri orang. Berzina kok milih-milih?

Di mata para karyawannya, Zoelva, adalah seorang bos yang baik, ganteng, berwibawa, dan tampak alim, karena disebabkan ia sangat rapi menyimpan sisi buruknya. Ia sangat jaim (jaga imej). Padahal sesungguhnya ia adalah seorang penyuka wanita sejati, dan bukan sang pecinta wanita. Kasarnya: ia adalah seorang pendosa, pezina!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel