Bab 6
"Aduh, Bang, ngapain sih ke sini? Kan bisa pesen delivery," gerutu Karin kesal.
Alex mencubit pipi Karin gemas. "Kata lo bosan kan? Yaudah sih sekalian," ujarnya lalu menarik tangan Karin masuk ke dalam restoran.
Tubuh Karin membeku seketika kala ia melihat Rey duduk di salah satu meja restoran itu dengan seorang perempuan. Dan bisa dikatakan kalau ... mereka sepertinya sangat dekat? Entahlah.
Karin dan Alex duduk di meja yang tak terlalu jauh dari Rey. Karin melihat buku menu. Padahal sudah ia hafal di luar kepala karena terlalu sering datang ke sini. Tetapi untuk sekarang, yang ia pikirkan hanya mencoba mengabaikan Rey. Entah perasaannya saja atau bagaimana, dapat ia rasakan laki-laki itu sedang menatapnya tajam.
"Makan apa?" tanya Alex seraya ikut membaca buku menu dengan serius.
"Beef mayonaise 1, cheese deluxe 1, chicken tomato spaghetti 1 , chicken wing 1, sama soda 1," ucap Karin dengan pandangan tidak lepas dari buku menu. "Abang apa?" tanya Karin.
"Itu lo pesan untuk lo sendiri?" tanya Alex tampak kaget.
Karin mengangguk.
Alex mendengus. "Lo bantu pesenin gue juga deh."
"Tuna mayo 1 sama blue ocean 1. Udah itu aja," ujar Karin.
"Lo pesan dua itu doang buat gue?" tanya Alex tak menyangka.
"Ya iya. Abang diet ih, udah buncit gitu," kata Karin lalu menatap sang pelayan, "itu aja, Mbak."
"Buku menunya boleh saya ambil?" tanya pelayan itu sopan membuat Karin tersenyum malu lalu mengangguk pasrah.
Setelah buku menu itu diambil darinya, Karin mendapati Alex yang saling melempar tatapan tajam bersama Rey. Karin berdecak, ia menendang kaki Alex pelan membuat abangnya langsung menoleh dengan tatapan tak suka.
"Itu matanya selow dong."
Alex melirik Karin singkat lalu mendengus kesal. "Dari tadi tu cowok lihatin lo terus. Lo kenal sama dia?"
Karin menggeleng, "Gak kenal," ujarnya lalu menatap Rey yang sedang memainkan ponselnya.
Ting!
Rey :
It sp?
Karin :
Abang gw.
Knp?
Rey :
G.
Gw gtw kl lo pny abg.
Karin :
Gk ad urusanny jg kn sm lo?
Read.
Karin mengedikkan bahunya cuek, lalu melirik Rey sekilas yang tampak sedang menyuapi perempuan yang berada di hadapannya dengan mesra. Ia mendengus pelan lalu kembali menghadap Alex yang tampak serius dengan ponselnya.
"Bang," panggil Karin.
"Hm?" jawab Alex tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
Karin tersenyum jahil lalu merampas ponsel Alex dengan cepat. Ia membaca pesan di ponsel Alex, lalu terkekeh geli, "Wah, abang Karin udah punya pacar ternyata."
Karin mendengus geli. "Ish geli banget sok pake aku-kamu, tapi cantik sih. Oh ... namanya Alecandra?"
"Yang, udah makan belum? Kenapa gak balas? Kamu gak selingkuh kan?" Karin menatap Alex jijik lalu lanjut membaca, "Aleca, aku rindu. Kamu jangan rindu ya. Berat. Kamu gak akan kuat, biar Dilan saja," cerocos Karin dengan nada alay yang dibuat-buat.
"Balikin!" ucap Alex tajam.
"Gak mau. Lagian Karin baru tau Abang alay banget kalau pacaran," ujar Karin lalu tertawa terbahak-bahak.
"Gak lucu!" Karin mengembalikan ponsel itu kepada Alex lalu mengusap air mata yang keluar dari matanya akibat terlalu banyak tertawa.
"Aduh Bang, ngapain sih ke sini? Kan bisa pesen delivery," gerutu Karin kesal.
Alex mencubit pipi Karin gemas. "Kata lo bosan kan? Yaudah sih sekalian," ujarnya lalu menarik tangan Karin masuk ke dalam restoran.
Tubuh Karin membeku seketika kala ia melihat Rey duduk di salah satu meja restoran itu dengan seorang perempuan. Dan bisa dikatakan kalau---mereka sepertinya sangat dekat? Entahlah.
Karin dan Alex duduk di meja yang tak terlalu jauh dari Rey. Karin melihat buku menu yang padahal sudah ia hafal di luar kepala karena terlalu sering datang ke sini. Tetapi untuk sekarang, yang ia pikirkan hanya mencoba mengabaikan Rey yang dapat ia rasakan sedang menatapnya tajam.
"Makan apa?"
"Beef mayonaise 1, chicken tomato spaghetti 1 , sama soda 1," ucap Karin dengan pandangan tidak lepas dari buku menu.
"Buku menunya boleh saya ambil?" tanya pelayan itu sopan membuat Karin tersenyum malu lalu mengangguk pasrah.
Setelah buku menu itu diambil darinya, Karin mendapati Alex yang sedang menatap Rey tajam. Karin berdecak, kakinya menendang kaki Alex pelan.
"Itu matanya selow dong."
Alex melirik Karin singkat lalu mendengus kesal. "Dari tadi tu cowok lihatin lo terus. Lo kenal sama dia?"
Karin menggeleng, "Gak kenal," ujarnya lalu menatap Rey yang sedang memainkan ponselnya.
Ting!
Rey :
It sp?
Karin :
Abang gw.
Knp?
Rey :
G.
Gw gtw kl lo pny abg.
Karin :
Gk ad urusanny jg kn sm lo?
Read.
Karin mengedikkan bahunya cuek, lalu melirik Rey sekilas yang tampak sedang menyuapi perempuan yang berada dihadapannya dengan mesra. Ia mendengus pelan lalu kembali menghadap Alex yang tampak serius dengan ponselnya.
"Bang," panggil Karin.
"Hm?" jawab Alex tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
Karin tersenyum jahil lalu merampas ponsel Alex dengan cepat. Ia membaca pesan di ponsel Alex, lalu terkekeh geli, "Wah, abang Karin udah punya pacar ternyata."
Karin mendengus geli. "Ish geli banget sok pake aku-kamu, tapi cantik sih. Oh ... Namanya Alecandra?"
"Yang, udah makan belum? Kenapa gak balas? Kamu gak selingkuh kan?" Karin menatap Alex jijik lalu lanjut membaca, "Aleca, aku rindu. Kamu jangan rindu ya. Berat. Kamu gak akan kuat, biar aku saja," cerocos Karin dengan nada alay yang dibuat-buat.
"Balikin!" ucap Alex tajam.
"Gak mau. Lagian Karin baru tau Abang alay banget kalau pacaran," ujar Karin lalu tertawa terbahak-bahak.
"Gak lucu!" Karin mengembalikan ponsel itu kepada Alex lalu mengusap air mata yang keluar dari matanya akibat terlalu banyak tertawa.
"Tau deh yang belum pernah pacaran" sindir Alex sinis, "Lagian muka lo sih jelek banget. Jadi gak ada yang mau kan!"
Karin menginjak kaki Alex kuat membuat Alex meringis kecil lalu terkekeh geli.
"Bukan gak pernah. Tapi Abang aja gak tau. Kan pacarannya diem-diem. Hihihi," ujar Karin dalam hati.
Karin dan Alex baru saja keluar dari restoran setelah menghabiskan waktu nyaris dua jam untuk berkuliner ria. Tepat saat itu juga motor Rey melewatinya. Karin melihat perempuan itu memeluk Rey erat.
Perasaan aneh merasuki Karin. Jangan bilang ia cemburu? Wtf, cemburu dengan cowok menyebalkan itu? Big no!
Ia hanya kepo. Ya, ia hanya kepo! Ia penasaran siapa perempuan gila yang bisa jatuh hati pada lelaki menyebalkan seperti Rey? Karin hanya merasa kasihan dengan perempuan itu dan ingin menolongnya agar sadar dari pelet dan guna-guna cowok itu.
Ya, cuma itu aja kok. Tidak ada perasaan lain. Murni hanya perasaan simpati antara sesama wanita.