Bab 5
Hari minggu telah tiba! Sudah beberapa hari sejak peristiwa batalnya pulang bersama Erick, dan sejak hari itu pula, Rey berlipat-lipat lebih menyebalkan di mata Karin. Cowok itu hanya menyebalkan tanpa alasan. Entahlah ... mungkin Karin sudah terlanjur kesal karena kejadian itu.
Sekarang Karin sedang berada di toilet perempuan. Ia menatap pantulan bayangannya di cermin lalu bergumam, "Gak tau lagi harus ngomong apa. Cantiknya gue emang udah overdosis."
Sebagai ganti batal pulang bersama, ia dan Erick berniat menonton film bersama. Aw, romantis banget, kan? Udah lah, yang jomblo mingkem aja, okay?
Ia keluar dari toilet mall dan berjalan menuju bioskop dengan gaya sok feminimnya. Bahkan ia memakai dress demi tampil cantik dan kalem di depan Erick. Karin menahan senyumnya ketika melihat Erick berdiri di depan bioskop dengan sweater biru dan celana jeans yang tampak seperti oppa-oppa Korea di mata Karin.
"Hai!" sapa Erick dengan senyuman manis.
Karin menggigit bibirnya. "Hai!" balasnya.
"Lo cantik hari ini," puji Erick.
Karin menunduk malu. Astaga, Erick sangat pintar membuat rusuh jantung dan hatinya. Mereka berjalan masuk ke dalam bioskop, menatap poster film yang tayang hari ini.
"Mau nonton film apa?" tanya Erick.
"Hm, terserah deh," ujar Karin seraya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
Erick tersenyum kecil lalu berujar kembali, "Chucky 2, mau?"
Karin berpikir sejenak. Ingin menolak karena dirinya takut film hantu, tetapi dengan menonton film hantu, ia dapat modus dengan Erick, bukan? Pura-pura salah pegang atau apa gitu. Karin mengangguk, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
"Gue beli tiketnya dulu. Lo tunggu di sini."
Karin mengangguk. Ia duduk di sofa yang disediakan di bioskop. Ia tersipu malu, semburat merah muncul di pipinya, hanya dengan memikirkan dirinya akan berduaan dengan Erick. Ia sungguh tidak sabar melancarkan aksi modusnya.
-••-
Sudah sejam sejak film itu selesai diputar. Semua ekspektasi Karin hilang tergantikan rasa kesal sekaligus kecewa. Bagaimana tidak? Semua berjalan lancar hingga Erick mendapat telepon dan meminta izin untuk mengangkatnya. Dan, boom! Cowok itu tidak kembali hingga sekarang. Karin tersenyum miris. Ia harus menonton film hantu bercampur sadis itu sendirian. Karin memutuskan pulang ketika merasa tidak ada tanda-tanda cowok itu akan kembali. Karin berjalan menuju pintu keluar mall tetapi sebuah tangan menyentuh bahunya hingga membuat Karin berbalik dan mendapati Rey menatapnya dengan sepasang bola mata coklatnya itu.
"Apa?" tanya Karin pelan walau sedikit kaget akan kehadiran laki-laki menyebalkan itu.
"Gue anter pulang," ujar Rey lalu menarik tangan Karin.
Mereka berjalan menuju kedai ice cream. Awalnya Karin mengira Rey akan membelikannya ice cream tetapi sepertinya ia terlalu banyak berharap karena cowok itu hanya ingin berpamitan dengan temannya.
"Gue duluan," pamit Rey pada temannya yang sedang menyantap ice cream.
"Idih ... bawa cewek gak bilang-bilang," ujar salah satu temannya, "sini duduk dulu," lanjutnya seraya menarik tangan Karin untuk duduk di bangku yang kosong. Mau tak mau, Rey ikut duduk di sebelah Karin.
"Kenalin nama gue Defan, yang di sebelah gue itu Bion terus yang lagi makan ice cream kek orang bego itu Aston," ujarnya memperkenalkan membuat Aston menatapnya kesal, tetapi diabaikan oleh Defan.
"Nama gue Karin," balas Karin tersenyum tipis.
"Gila, manis banget nih cewek. Kok lo gak pernah bilang kalau udah punya cewek sih, Rey?" cetus Bion dengan ekspresi seolah sedang terkhianati.
"Gak sempat," jawab Rey singkat sembari menyodorkan ice cream coklat yang belum ia sentuh sama sekali kepada Karin.
Sedangkan Karin menatap Rey kaget. Apa Rey secara tidak langsung baru saja mengatakan bahwa mereka berpacaran didepan temannya?
"Eh bentar ... gue kayak pernah lihat elo. Tapi di mana, ya?" gumam Aston dengan raut berpikir keras.
Rey menghela napas jengah. "Kalian sekelas, bego!" katanya.
Karin, Defan, Bion, dan Aston menatapnya kaget. Jadi maksudnya, mereka berlima ini sekelas? Loh, kok rasanya Karin tidak pernah melihat tiga sahabat Rey itu? Padahal sudah hampir 1 minggu mereka berada di kelas yang sama.
"Gak sadar gue kalau sekelas sama cewek cantik," gumam Bion.
Karin hanya menyengir, bingung harus mengatakan apa. Cukup lama Karin duduk di sana dan mengobrol bersama teman Rey yang kini juga menjadi teman Karin. Ternyata mereka sangat menyenangkan dan friendly. Karin sangat nyaman berbincang dengan ketiganya.
-••-
Apa Rey menyukai dirinya?
Karin menggelengkan kepalanya. Ia tidak boleh terbawa perasaan. Karin mendengus kesal lalu membuka pesan yang sedari tadi menganggu pikirannya.
Rey :
Sv nmr gw. Rey.
Karin :
Y.
Rey :
K.
Karin nyaris terlonjak kaget kala mendengar suara ketukan pintu yang lebih seperti gedoran. Ia hendak mengomel ketika sebuah suara terdengar membuat Karin terdiam.
"WOI!! I COME BACK!"
Karin melebarkan matanya, lalu berlari membuka pintu. "ALEX!" teriaknya seraya memeluk abang kandungnya dengan erat. Menyalurkan kerinduan yang sudah lama ia rasakan.
Alexander Louis. Kakak laki-laki Karin yang berkuliah di Canada sejak 4 tahun yang lalu. Ia hanya pulang setahun sekali saat liburan.
Alex menjitak kepala adiknya. "Panggil gue Abang, bego!"
Karin mengerucutkan bibirnya. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Alex kesal. "Ok Abang bego," ucapnya lalu menutup pintu kamarnya cepat.
Alex berdiri menganga tak percaya lalu terkekeh pelan. Adiknya yang dulu banyak tanya, polos, dan selalu mengikutinya ke mana-mana, saat ini sudah berubah menjadi gadis dewasa. Ia jadi penasaran. Apakah adiknya itu sudah memiliki pacar? Alex harus menginterogasinya nanti.
-••-
Karin berjalan menghampiri Alex yang sedang bersantai di ruang keluarga. Alex tampak serius menatap laptopnya hingga tidak menyadari bahwa Karin berada di dekatnya.
"Bang, bosan!" rengek Karin membuat Alex tersadar.
Alex tersenyum tipis, Ia menutup laptopnya lalu menatap Karin yang bergelantungan di lengannya. Cewek itu menggembungkan pipinya, pandangannya menatap ke depan bosan.
"Ice cream, mau?" tawar Alex karena ia tahu bahwa adik kecilnya itu sangat menyukai es krim.
Sontak pipi Karin bersemu merah ketika mengingat ucapan Rey ketika di kedai ice cream tadi. Ia berdeham lalu menepuk pipinya pelan.
"Kenapa lo? Sakit? Demam?" Alex mendekatkan tangannya ke dahi Karin. "Pipi lo merah banget."
Karin kembali berdeham pelan lalu menepis tangan Alex. "Jangan ice cream," tolaknya.
"Tumben, jadi mau apa?" tanya Alex lagi seraya kembali fokus pada laptopnya.
"Ramen?" tanya Alex memberikan saran.
"Enggak." Karin menggeleng.
"Boba?" tanya Alex lagi.
"Kemarin baru minum boba," jawab Karin kembali menggeleng.
"Terus apa dong?" tanya Alex frustasi.
Karin tampak berpikir sebentar lalu menatap Alex semangat. "Pizza!" jawabnya.