Bab 11
"Dia sahabat gue. Dia saudara gue. Cuman gue yang boleh maki-maki dia. Cuman gue yang boleh bully dia. Lo gak ada hak buat ngelakuin semua itu ke dia. Berani nge-langgar? Langkahin dulu mayat gue!"
"Sok jadi pahlawan," cibir Tasya.
Bella terkekeh sinis. "Gue kasih tau ya. Sahabat lo itu udah godain pacar gue. Cih ... sok kecantikan banget. Padahal masih cantikan gue juga," hina Bella disusul tawaan Tasya dan seringaian Anggi.
Aretha melirik Karin yang berada di belakangnya menunduk menahan malu sekaligus air mata yang memaksa ingin menurun. Aretha mendesis kesal lalu menatap The Angels jengkel.
"Kalau lo emang lebih cantik dari Karin terus kenapa lo di sini? Bukannya takut kalah saing?" ujar Aretha dengan nada meremehkan.
"Lagian kalau lo emang lebih cantik, pacar lo gak bakal kegoda sama Karin. Kalau kegoda ya berarti itu artinya ...." Aretha sengaja menggantung ucapannya menikmati wajah Bella yang tampak memerah padam menahan emosi, "tanpa gue lanjutin, lo seharusnya tau sendiri kan?" ujarnya lalu tersenyum miring.
"Pokoknya gue peringatkan ... jangan pernah deketin Rey lagi! Dia milik gue!" ujar Bella penuh penekanan lalu beranjak meninggalkan Karin yang mematung.
Rey?
Ia tidak tahu bahwa Rey sudah memiliki pacar. Jika tahu, Karin sudah pasti akan menjaga jarak apalagi jika pacarnya adalah ketua geng The Angels. Karin mendongakkan kepalanya kala merasakan tatapan tajam yang ternyata berasal dari Aretha. Karin tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi berharap dapat meluluhkan Aretha yang tampak marah. Tetapi tampaknya Aretha tak peduli dan pergi meninggalkan Karin yang masih tersenyum seperti seorang idiot.
"Aduh ... makasih banget ya Arethaku sayang," ujar Karin setelah dapat menyamakan langkah kakinya dengan Aretha.
Aretha diam tampak tak berniat menjawab Karin. Ia masuk ke dalam lalu duduk di kursinya mengabaikan Karin yang berceloteh tak penting.
"Aretha ... jangan diam terus dong ... marah ya?" rengek Karin.
Dave menatap ngeri ke arah Aretha yang menyebarkan aura menyeramkan. "Kenapa tuh? Seram banget mukanya," tanyanya ke Karin.
Karin menunduk lesu mengabaikan pertanyaan Dave. "Maaf dong ... jangan marah lagi ya?" Ia menggoyang-goyangkan lengan Aretha dengan tatapan memelas.
Aretha menepis tangan Karin kasar lalu menatap tajam Karin dengan mata hazelnya. Karin menelan salivanya susah payah, ia dan Dave saling bertukar tatapan takut. Di kelas hanya ada mereka bertiga karena saat ini masih terbilang pagi.
"BODOH! LO BODOH BANGET! Kenapa lo diam aja dijambak The Angels? Gue lihat mulut lo sehat, nyerocos mulu dari tadi. Terus kenapa didepan mereka lo kicep? Seharusnya lo lawan mereka! Jangan gampang nyerahin diri ke mereka. Lo gak salah! Untuk apa takut?" Aretha mengungkapkan amarahnya yang ia tahan sejak tadi.
Karin adalah sahabatnya sejak SD. Dulu ketika tidak ada satupun orang yang ingin berteman dengannya karena wajahnya yang judes dan galak, Karin justru datang dan mengajaknya berteman dengan senyuman bodohnya. Aretha sudah menganggap Karin sebagai keluarganya, tetapi ia tidak menyangka Karin sebodoh itu tunduk kepada Bella Tiffany beserta geng bodohnya itu.
Aretha tidak tuli, ia sering mendengar bahwa The Angels yang menurutnya lebih cocok dipanggil The Evils itu sering membully hingga korbannya depresi dan memilih untuk bunuh diri. Aretha memejamkan matanya. Ia menghela nafas mencoba meredakan amarahnya lalu membuka matanya.
Ia memutar bola matanya jengkel melihat Karin dan Dave yang melongo menatapnya "Apa lihat-lihat!?" bentaknya. Karin dan Dave sontak menunduk dalam lalu menggeleng.
***
Hari minggu. Hari yang biasanya Karin habiskan untuk tidur dan memanjakan diri di rumah harus ia korbankan demi sebuah pemaafan dari Aretha. Yaps, kemarin Aretha mengatakan ia akan memaafkan Karin jika cewek itu masuk ke dalam grup dance yang akan tampil pada acara bazaar sekolah yang diadakan minggu depan. Apakah Karin belum mengatakan bahwa Aretha adalah ketua club modern dance? Entahlah ... Karin juga tidak tahu mengapa cewek itu dapat menjadi ketua club di saat baru kelas 10. Mungkin kelentikan, kelincahan, dan keahlian dancenya.
Dulu ia dan Aretha memang sering cover k-pop dance bersama. Tapi itu dulu, sekarang Karin sudah tidak pernah melatih dance nya, bahkan untuk beranjak dari kasur saja rasanya sangat malas.
"Karin fokus! Jangan melamun!" panggil Aretha menyadarkan Karin dari lamunannya.
Karin menampilkan deretan giginya yang rapi. "Maaf maaf ... khilaf, hehehe," ujarnya lalu kembali fokus mengulang gerakan yang diajarkan Aretha.
Setelah hampir dua jam menghafal gerakan dengan hitungan, kini lagu Kill This Love oleh Blackpink diputar. Karin memfokuskan dirinya ketika intro mulai memutar dan sedetik kemudian mereka menggerakan seluruh tubuhnya dengan lincah dan penuh power.
"Akhirnya selesai!" desah Karin lega.
Aretha tersenyum kecil lalu menyodorkan sebotol air mineral pada Karin yang tentunya diterima oleh cewek itu dengan senang hati. "Makasih udah masuk grup dance kali ini. Kalo lo gak ikut, gue gak tau lagi harus minta tolong siapa."
"Santai aja kali. Kayak sama siapa aja, lagian ini sebagai perminta-maafan gue soal kejadian kemarin," ujar Karin seraya membuka tutup botol plastik yang berada di tangannya.
"Oh iya, Mama gue suruh lo ke rumah. Katanya mau masak rending kesukaan lo," kata Aretha menyampikan pesan Mamanya, seraya mengelap keringatnya.
Karin mengangguk setuju. "Tapi gue balik rumah dulu, badan gue keringatan plus lengket banget."
"Mandi di rumah gue aja. Baju lo kan masih ada di rumah."
~~
"Karin!!" teriak Hannah—Mama Aretha—heboh ketika melihat Karin masuk ke dalam rumah.
"Tante!" balas Karin dengan nada manja.
Aretha mendengus geli melihat Mamanya memeluk Karin erat seperti seorang Ibu yang telah lama tidak bertemu dengan putrinya.
"Kamu ini susah banget diminta datang ke rumah. Harus banget dimasakin rendang dulu," omel Hannah mencubit pipi Karin gemas.
"Sibuk, Tante. Biasa cewek cantik banyak job," jawab Hannah tertawa kecil.
"Kamu ini udah lama gak ketemu, makin pinter ngomong aja. Gak kayak anak Tante tuh. Cuek banget, ditanya apa-apa cuma angguk-angguk kalo engga ya geleng-geleng. Sampe teman arisan Tante ngirain dia bisu, Jarang senyum lagi. Capek Tante ngurusin dia," cerocos Hannah menyindir Aretha panjang lebar.
Sementara yang disindir hanya memutar bola mata jengah, malas berdebat dengan Ibu-Ibu. Karin terkikik geli. "Ketawa terus sampe mampus ... Jadi mandi gak?" tanya Aretha ketus.
"Tuhkan Karin. Mulutnya itu loh gak bisa banget manis dikit."
"Udah deh, Ma. Gak kecium apa bau gosong gitu?" peringat Aretha membuat Hannah langsung tersadar. Dengan cepat, ia berlari ke dapur meninggalkan Karin dan Aretha yang tertawa melihat tingkah Ibu dari dua anak kembar itu.
Setelah membersihkan diri, Karin dan Aretha kembali ke bawah dan duduk di meja makan menunggu Hannah menghidangkan makan malam untuk mereka. Tak selang lama, Adam datang dengan penampilan berantakan. Tampaknya cowok itu baru bangun dan belum mandi.
"Jorok banget. Bukannya mandi dulu kek," gerutu Aretha jengkel.
"Gak sempat. Keburu mati kelaperan gue."
"TANTE HANNAH!! KAK ALETHA!! BANG ADAM!!"