Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Belaian Yan Ruyi

Hening menyelimuti mereka berdua, diiringi rasa cemas yang membayangi terbongkarnya rahasia mereka. Suara suami Yan Ruyi semakin dekat, suaminya terdengar sedang bercakap-cakap dengan para pemilik toko di sekitar itu. Di bawah tumpukan kain, Tang Tianwei diam-diam mengamati wajah Li Tianwei. Wajah yang biasanya tenang dan berani, kini tampak menegangkan. Namun, bukan rasa takut yang terlihat, melainkan sebuah ekspresi yang sulit diartikan oleh Tang Tianwei.

Yan Ruyi mengamati wajah Li Tianwei dengan seksama. Dia berusaha memahami arti di balik senyum yang terukir di bibirnya. Apakah itu rasa geli, senang, atau bahkan... mesum? Pikiran terakhir itu membuatnya merinding. Bagaimana mungkin Li Tianwei terlihat begitu tenang dan bahkan senang di situasi yang berbahaya seperti ini? Kecurigaan mulai muncul di benak Yan Ruyi.

Yan Ruyi akhirnya menyadari setelah melihat bahwa payudaranya menempel erat pada dada Tianwei, membuat libido Tianwei bergejolak, dipicu oleh situasi terlarang ini. Dia pun tergelitik dan ingin menggoda Li Tianwei lebih jauh.

Dengan gerakan yang menggoda, tangan Yan Ruyi mulai menyusuri tubuh Li Tianwei, mencari-cari sensasi yang lebih membara. Suara suaminya yang masih berbicara dengan para pedagang di luar sana bagaikan musik latar yang menambah ketegangan di antara mereka berdua.

Li Tianwei, meskipun sedikit terkejut dengan tindakan Yan Ruyi, mencoba untuk tetap tenang. Dia tahu bahwa situasi ini berbahaya, tapi dia tidak bisa menahan godaan yang ditawarkan oleh wanita cantik di hadapannya.

Saat tangan Yan Ruyi menyentuh lembut pusakanya yang mengeras, Li Tianwei tersentak. Nafasnya memburu dan tubuhnya menegang.

"Yan Ruyi," bisiknya dengan suara serak, berusaha untuk mengendalikan diri. Yan Ruyi hanya tersenyum menggoda, matanya berbinar-binar dengan gairah.

"Jangan khawatir," bisiknya dengan suara genit, "Aku hanya ingin merasakanmu sedikit."

Suami Yan Ruyi sudah menjauh, memberikan mereka kesempatan untuk melepaskan gairah yang terpendam. Yan Ruyi merapatkan tubuhnya ke Li Tianwei, merasakan kehangatan dan kekuatan yang terpancar dari pemuda itu.

Di balik tumpukan kain yang menyelimuti mereka, Yan Ruyi memberanikan diri. Dia mendekatkan wajahnya ke Li Tianwei, dan bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah. Ciuman itu bagaikan aliran api yang membakar keraguan dan ketakutan mereka. Li Tianwei memeluk Yan Ruyi dengan erat, merasakan gairah yang membara dalam tubuhnya.

"Tianwei," Yan Ruyi merintih pelan, suaranya dipenuhi dengan gairah. "Aku ingin merasakan lebih banyak."

Dengan gerakan yang penuh nafsu, Li Tianwei memeluk Yan Ruyi erat-erat. Hasrat dan rasa ingin tahu yang menggebu dalam hatinya membuatnya tak bisa menahan diri. Ciuman pertama mereka pecah dengan kelembutan yang menggetarkan hati, bagaikan kilatan petir yang menerangi malam yang kelam.

Yan Ruyi merespon ciuman itu dengan penuh gairah. Bibirnya yang lembut dan penuh nafsu beradu dengan bibir Li Tianwei, menciptakan sensasi yang luar biasa. Dia merasakan bagaimana Li Tianwei melepaskan semua ketegangan dalam tubuhnya, mencari ketenangan di tengah kekacauan ini.

"Ah, Li Tianwei," erang Yan Ruyi, suaranya penuh gairah. "Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya."

Di bawah tumpukan kain yang menutupi mereka, Yan Ruyi merasakan sesuatu yang luar biasa. Ketika tangannya memegang pusaka Li Tianwei yang mengeras, dia terkejut oleh ukuran yang berada di genggamannya. Dia tidak pernah bayangkan sebelumnya bahwa Li Tianwei memiliki pusaka yang begitu besar dan kokoh. Jantungnya berdebar kencang, diliputi rasa gairah yang tak tertahankan.

Yan Ruyi, wanita yang sudah cukup berpengalaman dalam hal seks, merasakan sensasi baru yang membangkitkan gairahnya. Dia ingin menjelajahi lebih jauh, merasakan setiap inci tubuh Li Tianwei yang semakin menegang di bawah sentuhan tangannya. Dengan gerakan yang pelan namun penuh nafsu, dia menggoda Li Tianwei, sambil tetap waspada terhadap suara di luar yang masih bisa mengganggu keintiman mereka.

Tanpa disadari, api gairah yang ditanamkan Mei Xiangling, siluman rubah berekor sembilan, di dalam tubuh Li Tianwei mulai bereaksi. Api itu seakan menghisap gairah yang dihasilkan oleh Tianwei dan Yan Ruyi, mengumpulkan energi untuk mengaktifkan kutukan yang telah lama tertanam.

Dada Li Tianwei semakin memanas, menimbulkan hasrat yang semakin menggebu-gebu. Tianwei merasakan keanehan ini dan mulai dilanda kebingungan, menyadari bahwa jika diteruskan, hal-hal yang tidak terduga bisa saja terjadi.

Keringat mulai membasahi dahinya, bukan karena panas, tetapi karena pergolakan batin yang sedang dialaminya. Tianwei paham betul bahaya yang mengintai jika mereka ditemukan dalam situasi seperti ini.

Buliran air hujan perlahan berjatuhan, seakan menyadarkan mereka berdua dari lamunan cinta yang membara. Dengan napas yang semakin berat, dia berusaha untuk mengendalikan diri.

Dengan hati-hati dan penuh kelembutan, Li Tianwei melepaskan pelukannya dari Yan Ruyi.

"Yan Ruyi," bisiknya, "kita harus pergi dari sini sebelum ada yang curiga."

Yan Ruyi, meskipun enggan, mengerti kekhawatiran Li Tianwei. Dia tersenyum tipis dan mengangguk, setuju untuk mengakhiri momen intim mereka.

Dengan gerakan cepat namun tenang, mereka merapikan pakaian dan keluar dari balik tumpukan kain. Mereka berjalan kembali ke pasar dengan langkah bergegas, berusaha untuk terlihat biasa di antara para pedagang dan pengunjung.

Setibanya di tempat yang aman, hujanpun semakin lebat. Keduanya bertatapan, lalu Yan Ruyi mendekat dan menggenggam tangan Tianwei dengan erat. Tangannya yang lain membingkai wajah Tianwei, menariknya mendekat. Wajah mereka hampir bersentuhan. "Tianwei..." bisik Yan Ruyi dengan suara lembut.

Perlahan, dia mencium bibir Tianwei dengan penuh kasih sayang. Ciumannya lembut dan penuh makna. "Terima kasih," desah Yan Ruyi. Tianwei terdiam sejenak, kebingungan terpancar di wajahnya.

"Terima kasih telah membangkitkan perasaan ini dalam diriku," bisik Yan Ruyi, suaranya lembut dan penuh kelembutan.

"Perasaan cinta yang tak pernah ku rasakan sebelumnya," tambahnya, suaranya bergetar dengan rasa haru.

Sekali lagi, bibirnya menyentuh bibir Tianwei, menciumnya dengan penuh gairah. Dia memeluk Tianwei erat, rasa cinta yang tulus dan mendalam terpancar dari setiap sentuhannya. Dunia seakan milik mereka berdua, dilindungi oleh hujan yang mengelilingi mereka.

Yan Ruyi melepaskan pelukannya dari Tianwei, perlahan mundur dan pelan-pelan melepaskan genggaman tangan mereka berdua.

"Kita akan bertemu lagi," ucapnya dengan nada yang dalam dan penuh harap. Bibirnya tersenyum rindu. Setelah tangan mereka terpisah, Yan Ruyi pun berbalik dan berlari meninggalkan Tianwei, menghilang di bawah guyuran air hujan.

Li Tianwei terdiam terpaku, membiarkan Yan Ruyi hilang dari pandangannya. Perasaannya berkecamuk. Pemuda itu baru merasakan rasa cinta dalam hidupnya. Tiba-tiba, dadanya memanas menjalar ke bagian bawah tubuhnya, jantungnya berdetak kencang. Tianwei lalu memegang dadanya sedikit kesakitan,

"Kenapa ini?" lirihnya dalam hati. "Apa yang terjadi padaku?" Hawa panas yang timbul sama seperti yang dia rasakan ketika di bawah tumpukan kain bersama Yan Ruyi. Api gairah di dalam tubuhnya kembali bereaksi, seakan meminta lebih banyak energi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel