Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 - Kesal dan Salah Sangka

Karena sudah terlalu lelah, Morgan pun akhirnya tertidur di atas ranjangnya. Ia menahan rasa sakit pada perutnya, dan juga menahan rasa sakit hatinya.

Mimpi buruk selalu Morgan rasakan beberapa bulan ini, karena hal yang ia buat sendiri. Namun, ia tidak bisa menceritakan mimpi buruk itu kepada Fla, karena Fla yang pastinya tidak akan pernah mau mendengarnya.

BRAK!

Seseorang membuka pintu kamar dengan kasar, membuat Morgan yang sedang bermimpi buruk mendadak tersadar dari mimpinya. Ia bangkit, dan langsung memandang ke arah pintu kamarnya.

“Sayang ....” 

Dari arah sana, Ara melangkah naik ke ranjang Morgan untuk memeluknya, sontak membuat Morgan mendelik dan menghindarinya dengan cepat.

Karena Morgan yang menghindar dan lekas bangkit dari ranjangnya, Ara tersungkur ke atas ranjang, kehilangan keseimbangannya.

“Aduh!” teriak Ara, yang merasa terkejut karena kehilangan keseimbangan. Ia tidak menyangka, kalau Morgan akan menghindarinya seperti itu.

Morgan menatapnya dengan sinis. “Sedang apa kau di kamarku, Ra?” tanyanya dengan sinis dan tegas, membuat Ara memandangnya dengan tatapan yang sama dengan yang Morgan lontarkan padanya.

“Sayang, kau kenapa sih? Kenapa kau malah membentakku seperti ini?” tanyanya sinis, membuat Morgan mengalihkan pandangannya darinya. “Kamu kasar sekali, sihl!” bentak balik Ara, Morgan sangat tidak peduli dengan apa yang ia katakan.

Morgan sangat peduli dengan yang namanya privasi. Ia tidak ingin siapa pun mengganggu privasinya, sekalipun itu Ara atau Fla.

“Aku tidak suka ya, kalau kau tiba-tiba masuk ke kamarku dengan kasar begitu!” ucap Morgan sedikit membentak, membuat Ara mendelik kesal, tak terima mendengarnya.

“Kau kenapa sih, Gan? Memangnya aku tidak boleh masuk ke kamar calon suamiku sendiri?” tanyanya sinis dan menantang Morgan.

Morgan memandangnya dengan tajam dan tegas. “Tidak boleh! Ingat, aku masih menjadi suami sah dari Fla, dan masih berstatus sebagai Kakak iparmu!”

Ucapan Morgan sangat tidak bisa diterima Ara. Morgan membuat Ara teringat kembali, dengan status Morgan yang masih merupakan suami sah dari Fla. Ia merasa tidak dihargai oleh Morgan, karena ucapan Morgan yang sangat kasar dan menyakiti hatinya.

“Kau tega sekali, sih? Kau sengaja bicara seperti itu, karena kau ingin menyakiti hati aku, bukan?” tanya sinis Ara. Matanya menyipit tajam, “Ingat Gan, istrimu itu mandul! Kau tidak akan bisa mendapat keturunan dari dia!” teriak Ara yang sudah sangat kesal dengan keadaan yang terus menyudutkannya itu.

Morgan menghela napasnya sembari menunduk menahan amarahnya. Amarah Morgan hampir saja ia luapkan, karena mendengar Ara mencela Fla di hadapannya.

Matanya memandang tajam ke arah Ara. “Walaupun Fla tidak bisa memberikanku keturunan, bukan hal yang tidak mungkin kalau kmu juga akan bisa memberiku keturunan!” ujarnya, sontak membuat Ara mendelik kaget mendengar tuduhannya itu.

Ara merasa sangat sakit, ketika Morgan mengatakan hal itu. Terdengar dengan jelas nada celaan dari Morgan, membuat rasa sakit hati Ara kian memuncak, karena Morgan yang terus membela Fla di hadapannya.

“Kau meremehkan aku, Gan? Kau tidak percaya denganku kalau aku bisa memberikan kamu keturunan?” tanya sinis Ara, sembari memandang Morgan dengan sinis. Ara menarik kerah kemeja Morgan dengan kasar. “Kemari kau, biar aku memberi tahu kalau aku bisa mengandung anakmu!” ujarnya dengan posisi Morgan yang berada sangat dekat di hadapannya.

“Morgan ....”

Morgan menoleh ke arah pintu kamarnya, karena mendengar seseorang yang memanggilnya. Di sana, terlihat Fla yang memandangnya dengan tatapan tak percaya, dengan memegang sebuah plastik berisi bungkusan makanan yang baru saja ia beli.

Mereka tertangkap basah, dengan keadaan yang tidak seperti Fla pikirkan.

TUK!

Bungkusan makanan itu terjatuh ke lantai, karena terlalu lemas Fla untuk memegang plastik tersebut. Tenaganya seketika habis, karena ia melihat adegan yang tidak seharusnya ia lihat.

Kepanikan melanda Morgan saat ini. Ia merasa harus meluruskan semua ini dengan Fla, karena semua yang Fla lihat tidak seperti yang ia pikirkan.

Morgan melepaskan tangannya dari Ara, kemudian memandang ke arah Fla. “Fla ... Fla ini tidak seperti yang kamu--”

“Aku mau istirahat, Gan. Kalau masih ingin bermesraan, silakan pakai ruangan lain,” pangkas Fla, yang mengucapkannya tanpa ekspresi sama sekali.

Morgan malah merengek tidak jelas di hadapan Fla, karena ia merasa sudah membuat hati Fla terluka untuk kesekian kalinya. Kejadian ini sama sekali tidak mereka rencanakan, karena Morgan yang tidak tahu kalau ternyata Fla akan pulang mala mini.

“Fla ... bukannya kamu bilang tidak akan pulang malam ini?” tanya Morgan, yang merasa sangat bingung harus menjelaskan seperti apa pada Fla.

Fla memandangnya datar. “Oh ... jadi karena hal itu, kau jadi berani membawa wanita lain ke rumah ini?” tanyanya dengan datar dan tanpa ekspresi. Fla sedang mencoba untuk menahan tangisnya, dan tidak ingin menunjukkannya di hadapan Morgan.

Mendengar tuduhan Fla, Morgan merasa ia sangat salah sudah bertanya seperti itu padanya. Ia sudah sangat terpojok, dan tak tahu lagi harus berkata apa.

Sakit dan penderitaan sudah berlangsung selama beberapa bulan ke belakang. Fla seperti sudah terbiasa menghadapi rasa sakit ini, dan sudah tidak terlalu berefek banyak padanya. Namun, tetap saja rasa sakit itu masih ia rasakan, apalagi ketika ia melihat Morgan sampai berani melakukan hal itu bersama dengan Ara, di kamar mereka.

Morgan memandangnya dengan dalam. “Fla, aku mohon ... jangan seperti ini.”

Mata Fla membulat, tak habis pikir mendengar ucapan Morgan yang seperti itu.

“Jangan seperti ini? Seharusnya aku yang bilang seperti itu, Gan.” Fla tidak ingin kalah dari Morgan, tetapi ia sama sekali tidak meluapkan emosinya di hadapan Morgan.

Karena sikap Fla yang datar, hal itu malah semakin membuat Morgan merasa bersalah. Ia tidak bisa mengungkapkan apa pun lagi, karena sikap Fla yang lebih seram saat datar, dibandingkan saat ia meluapkan emosinya di hadapan Morgan.

“Enough, Gan. Kau bisa pergi dari kamar ini, atau--”

“Atau apa, Fla?” pangkas Morgan, Fla memandangnya dengan tajam.

“Atau Aku yang akan pergi dari rumah ini, sekarang juga!” ancamnya, Morgan merasa sangat tertekan, dan tidak bisa melakukan hal itu.

Morgan sangat tidak tega jika ia benar-benar melihat Fla yang pergi dari rumah ini. Mereka kakak-beradik, sudah tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Kedua orang tua mereka sudah tiada, membuat mereka hanya memiliki satu sama lain. Morgan tidak sampai hati jika Fla benar sampai pergi dari rumah ini.

Mau tinggal di mana dia?

“Baik, aku yang akan pergi dari sini,” ucap Morgan mengalah pada Fla, dan langsung menarik Ara untuk keluar dari ruangan kamar ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel