Bab 7
Pagi yang dingin……
Hujan turun begitu derasnya semalaman, sehingga membuat sepasang anak manusia itu saling menutupi tubuh mereka dengan selimut.
Celline terbangun dari tidur pulasnya akibat mendengar suara handphone berbunyi. Dengan perlahan dia membuka matanya. Dilihatnya James masih tertidur pulas di atas ranjang.
Celline melihat handphone James berbunyi. Dia bingung harus berbuat apa sekarang. Apakah dia harus mengangkat handphone itu atau membangunkan sang pemilik handphone?
“Aduh….. Bagaimana ini? Aku harus menjawabnya atau membangunkan dia. Kalau aku bangunkan dia, dia akan marah padaku.” Celline bingung.
Celline menatap handphone itu dan melihat ada panggilan masuk dari Benny, sang asisten James. Sampai akhirnya, Celline memberanikan diri untuk membangunkan James.
“Hm….. Tuan James…… Tuan……” Panggil Celline.
Namun, James masih tak bergeming dari tidurnya. Akhirnya mau tak mau Celline mengangkat telepon dari Benny itu.
“Hallo, Asisten Benny.”
“Nona, apa saya bisa bicara dengan tuan?”
“Maaf, tapi dia masih tidur. Saya sudah bangunkan, tapi dia tidak bangun juga.” Ujar Celline mencoba menjelaskan.
“Ah….. Baiklah kalau begitu. Saya akan coba hubungi nanti. Tolong disampaikan saja, saya akan menghubungi nanti.”
“Baik, akan saya sampaikan.”
Setelah selesai bicara dengan Asiten Benny, panggilan pun terputus. Karena hari ini adalah hari libur, maka dari itu James pun tidak berangkat kerja.
Celline beranjak turun dari atas ranjang, namun, saat dirinya hendak berdiri, tangan Celline justru ditarik dan dia terjatuh ke atas ranjang kembali.
“Mau kemana kamu?”
“Tuan….. Tuan sudah bangun?” Celline tersentak kaget.
“Iya. Memangnya kamu mau pergi kemana?”
“Saya mau pergi ke kamar mandi. Saya mau membersihkan diri.” Celline hendak beranjak dari ranjang kembali.
“Jangan turun dari ranjang.”
“Kenapa memangnya?? Sebentar lagi Pak Dar pasti akan datang ke kamar dan memberitahu kalau sarapan sudah siap.”
“Kita akan makan di kamar.”
“APA?? Mengapa kita tidak makan di ruang makan saja, tuan?” Tanya Celline bingung.
“Kenapa memangnya? Apa kamu takut?” James melihat kegugupan di wajah Celline.
“Hm…. Tidak. Memangnya apa yang harus ditakuti?”
“Ya, benar sekali itu. Apa yang harus ditakuti?” Seketika itu juga wajah James mendekat ke arah Celline.
“Tuan, mengapa tuan mendekat?”
“Kenapa memangnya? Memangnya aku tidak boleh mendekatimu?” James tersenyum licik.
“Bukan…. Bukan begitu, tuan. Tapi, aku……” Seketika dengan otomatis tangan Celline refleks menahan tubuh James.
Tok….. Tok……. Tok….
Terdengar suara ketukan pintu kamar. Mereka berdua langsung menatap ke arah pintu kamar secara bersamaan.
“Tuan, aku buka pintu dulu.” Celline cepat-cepat beranjak tanpa menunggu James menjawab.
“Selamat pagi, tuan, nona.”
“Selamat pagi juga, pak.”
“Sarapan sudah siap, tuan, nona.”
“Bawakan saja ke kamar. Saya mau sarapan di kamar.” Ujar James yang tiba-tiba sudah berada di belakang Celline.
“Baik, tuan.” Pak Dar mengerti. Dia langsung beranjak meninggalkan mereka.
Tak lama kemudian, pelayan mengantarkan sarapan untuk mereka berdua. Mereka pun menyantap sarapan dengan suasana yang sunyi.
Sampai Celline membuka suara dan berkata pada James, “Tuan….”
“Hm…. Ada apa?” Tanya James.
“Tadi asisten Benny tadi ada menghubungi tuan, saat tuan masih tertidur.”
“Oh….” Respon singkat James.
Setelah selesai sarapan, Celline beranjak menuju kamar mandi. Dia hendak membersihkan diri. Sedangkan James menghubungi Benny.
Tut….. Tut…. Sambungan telepon terdengar.
“Hallo…..
“
“Ada perlu apa kamu menghubungiku tadi?”
“Ini mengenai masalah bisnis Anda yang berada di Malaysia, tuan. Ada sedikit masalah tentang pembangunan proyek di sana.”
“Lalu?”
“Sepertinya Anda harus langsung mengeceknya ke sana, tuan.”
“Tidak bisakah kamu saja yang menanganinya, mewakili aku?”
“Tidak bisa, tuan. Harus tuan sendiri yang mengeceknya.”
“Saya sudah memesan tiket tuan untuk hari ini. Siang ini kita langsung berangkat ke Malaysia, tuan.”
“Baiklah, aku mengerti.”
Setelah itu panggilan pun berakhir. Selang lima menit kemudian, Celline keluar dari dalam kamar mandi.
“Tuan, apa tuan mau mandi juga?”
“Hm…..” Jawab James yang masih sibuk dengan handphonenya.
“Baiklah. Saya akan siapkan air hangatnya dulu.” Celline kembali mausk ke dalam kamar mandi.
Setelah semuanya siap, James masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Celline menyiapkan pakaian James. Saat Celline sedang asyik menonton acara televisi, James keluar dari dalam kamar mandi dengan kebiasaannya yang hanya memakai handuk sepinggang. James memperlihatkan tubuh seksinya yang masih bercucuran air bekas mandi.
Seketika Celline melirik, kemudian dia menutup matanya karena malu saat melihat tubuh James yang menggoda.
”Pria ini benar-benar tidak tahu malu.” Kata Celline dalam hati sedikit kesal.
James berjalan dengan santainya ke arah walk in closet untuk memakai pakaiannya.
*****
Setelah rapi, James keluar dari dalam walk in closet dengan memakai kemeja dan celana panjang khas orang yang yang bekerja.
“Tuan, tuan mau pergi kemana? Bukannya saya sudah menyiapkan pakaian santai untuk tuan?” Celline terlihat sangat bingung.
“Aku ada kerjaan mendadak di Malaysia. Aku harus pergi ke sana sekarang juga. Mungkin beberapa hari ini aku tidak pulang.”
“Hm…. Baiklah kalau begitu. Apa perlu saya siapkan beberapa pakaian untuk tuan bawa?”
“Ya, boleh. Tapi, tidak perlu banyak-banyak.”
“Baiklah, akan saya siapkan dulu.”
Celline berjalan menuju walk in closet dengan senang. Karena James tidak akan pulang dalam beberapa hari ke depan, berarti dia akan bebas. Setelah selesai menyiapkan pakaian yang akan dibawa oleh James, Celline melihat ke seluruh ruangan. James sudah tidak terlihat lagi.
“Sepertinya dia pergi ke ruang kerjanya.” Gumam Celline.
Celline beranjak menemui James, untuk menanyakan keinginan dirinya untuk bekerja lagi. Sesampainya di depan ruang kerja James, Celline mengetuk pintu ruangan itu.
“Masuk!” Perintah James.
Celline masuk ke dalam dan melihat James sedang menatap layar laptopnya.
“Ada apa?”
“Hm….” Celline sibuk menggoyang-goyangkan jarinya.
“Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan, sebaiknya kamu cepat keluar dari sini. Aku sedang sibuk.” Ujar James tanpa menatap Celline.
“Tuan, apakah saya masih diizinkan untuk bekerja lagi?” Tanya Celline akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.
Apa??!! Bekerja lagi??!! Apa masih perlu kamu bekerja lagi?”
“Tentu saja perlu, tuan. Saya perlu bekerja lagi. Saya bosan kalau di rumah terus.”
“Baiklah. Tapi, kamu harus tetap mengikuti aturan.”
“Iya, tuan. Saya mengerti. Saya pasti akan tetap mengikuti aturan yang tuan berikan pada saya.”
Setelah berbicara dengan James, Celline berjalan menuju taman yang ada di belakang mansion.
“Wah…… Bunganya cantik sekali.” Celline menatap hamparan bunga yang bermekaran.
Celline duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu. Seorang pelayan datang menghampiri Celline.
“Nona, saya akan bawakan makanan cemilan dan teh hangat.”
“Terima kasih.” Celline menyeruput teh hangat sambil memandang taman yang indah di depannya.
Bersambung……..