Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Pijatan Erotis Pemuas Birahi

“Ayo Nana, kita tuntaskan yang kemarin belum selesai, tolong puaskan aku!” ajak Supono dan Nana pun segera mendorong tubuh bugil Supono untuk rebahan terlentang di atas kasur kamar penginapan itu.

Mereka terjatuh ke ranjang, membiarkan keinginan yang terpendam merajai setiap gerakan. Pakaian yang telah terlepas menjadi saksi bisu dari ketegangan dan hasrat yang meledak di kamar penginapan itu. Supono dan Nana terperangkap dalam relung gairah yang tak terbendung.

“Yukkkk....rebahan dulu ya pak....!” perintah Nana dengan pandangan mata nakalnya sementara Supono matanya terus melotot menatap tubuh bugiil Nana yang sangat merangsangnya sehingga kontol Supono sudah tegak berdiri sejak mereka sama-sama telanjang di kamar itu.

Nana pun merengkak naik dengan menungging sehingga pantat mekarnya geal-geol di atas ranjang itu dan itu membuat makin menaik nafsu syahwatnya menatap pergerakan menggoda dari tubuh telanjang Nana, belum lagi Supono bisa melihat dua bukit kembar milik Nana menggantung bergoyang-goyang seperti itu membuatnya semakin sering menelan ludahnya menyaksikan pemandangan indah itu.

Nana, dengan lembutnya, meraba-raba tubuh Supono, menjelajahi setiap lekuk dan penjuru. Tangannya yang penuh keahlian merayapi kulit Supono, meninggalkan jejak gairah yang sulit dilupakan. Supono, dalam ketakutan dan nafsu yang bercampur aduk, membiarkan dirinya terbawa arus kenikmatan yang membutakan.

“Kumohon Nana, kulum dan jilat kontolku!” pinta Supono dengan suara bergetar hebat dan wajah memerah menandakan nafsu birahinya telah sampe ke ubun-ubun. Nana pun dengan sigap segera meraih rudal ngaceng milik Supono itu dengan sambil mengocok-ngocok lidah dan mulut Nana dengan lincah mengulum dan menjilat sedemikian rupa sehingga Supono belingsatan dibuatnya.

“Slerrppp..Slurppp..Cuppp..Ehmmpphh..Slerrpp..Ceppp..Ahhhh!” Bibir dan lidah Nana kini telah mengulum mulai dari bagian kepala kontol dan menjilat sampe ke bagian bawah batang tegang itu.

“Eshhh..ahhhhh..gilaaa...ennakkk..ahhhh...terus Nanai..ahhhh!” kedua kaki dan paha Supono bergetar hebat merasakan permainan nikmat bibir dan lidah Nana pada senjata andalannya itu.

Nana tetap menungging sambil terus melahap dan menjilat kontol tegang itu sambil mata nakalnya menatap genit ke arah wajah Supono yang sedang merem melek merasakan nikmat tiada tara.

“Gimana Pak Supono rasanya? Heheh!” tanya Nana sambil terus menyuguhkan rasa nikmat pada senjata tegang milik Supono.

“Eshhh..ahhh..ennnakk..bangettt...istriku gak pernah ngasih kayak gini, Nana!” ucap Supono sambil merem melek dan terasa kontolnya mulai kedut-kedut karena sudah gak tahan ingin segera mencari lubang untuk segera menuntasakan hasrat birahinya saat itu juga.

Nana yang mulai paham situasinya pun segera melepaskan kulumannya pada kontol itu dan Nana segera menungging membelakangi tubuh Supono dan Supono yang memang sudah tak sabar untuk segera menyetubuhi Nana langsung mengarahkan kepala kontol nagcengnya itu ke arah lubang berjembut milik Nana yang sudah bersiap dengan posisi menungging itu.

“Heughhh..Sleppp...Blesss..Arghh....kontol bapak gede bangett..eshh..ahhhh!” Nana langsung tersentak sesaat ketika kontol tegang itu telah masuk menerobos liang senggamanya hingga mentok begitu dalam.

“Aku goyang yahhh...Plokkkk..Plokkk..Plokkk..eshhh..ahhhh!” gerakan inti ngentot mereka akhirnya terjadi juga di ranjang kamar penginapan itu.

“Owhh..ahhh..uhhh..terusss..genjottt..pakkk..eshh..ahhhh!” Nana mulai merasakan nikmatnya dientot kontol ngaceng milik Supono yang kini terus bergerak maju mundur seiring dengan gerakan pinggul Supono yang menggenjot pantat indah milik Nana.

Malam itu pun, ruangan itu diisi oleh desahan dan erangan yang melibatkan dua jiwa yang terjebak dalam kenikmatan terlarang. Sejak saat itu gerakan Supono makin menggila dengan menggenjot tubuh bugil sang juru pijat dan suara pertemuan dua tubuh manusia itu berbarengan dengan suara desahan lenguhan dan dengusan kasar.

Setelah beberapa menit mereka ngentot dengan gaya doggystyle akhinrya Nana berbalik badan meminta Supono untuk menggenjotnya dari arah depan denga posisi Nana sambil rebahan terlentang di kasur.

“Ayo Pak Supono..entot aku lagi yukk..buruaannnn!” pinta Nana yang juga sudah sangat sange untuk melanjutkan hubungan badan mereka.

Supono pun segera mendatangi selangkangan Nana yang sedang mengengkang kedua kakinya itu dan mengarahkan kembali kepala kontolnya ke arah lubang vagina milik Nana yang telah becek itu.

“Heughh..Sleppp..Blesss..ahhh....eshh..owhh..ahhhh!” keduanya melenguh dan mendesah berbarengan saat tubuh mereka kembali menyatu.

Kali ini Supono sambil menggenjot tubuh Nana sambil mereka berulangkali berpagutan menyatukan dua bibir mereka dan juga Supono berulangkali mengulum pentil buah dada ranum milik Nana sehingga membuat perempuan itu mengerang tak karuan merasakan nikmatnya cumbuan sang pasien pijatnya sendiri itu.

Gerak tubuh penyatuan mereka semakin cepat bergerak dan ciuman mereka semakin intens, menjadi bukti dari keinginan yang membara. Bibir yang terus bersentuhan dan bahasa tubuh yang tak terkendali memperkuat ikatan antara Supono dan Nana. Mereka merasakan gairah yang semakin memuncak, memenuhi ruangan kamar penginapan dengan energi sensual yang tak terbendung.

Tangan Supono melingkari pinggang Nana, meraih keindahan tubuhnya yang telah lama menjadi obsesinya. Sentuhan Supono yang penuh hasrat membuat Nana merasakan gelombang kenikmatan yang mengalir melalui seluruh tubuhnya.

Gairah di antara mereka menjadi semakin tak terkendali. Supono dan Nana terjerumus dalam dunia sendiri, melupakan segala risiko dan konsekuensi yang mungkin mengikuti perbuatan mereka. Detik demi detik, mereka membiarkan diri terhanyut dalam kenikmatan yang memenuhi ruang yang sempit.

Akhirnya setelah hampir satu setengah jam mereka bertempur panas di atas ranjang itu, mereka pun tak kuat lagi menahan hasrat akan datangnya klimaks di persetubuhan itu.

“Eshh..agrghh..aku gak kuat lagi pakkk...!” kata Nana dengan suara bergetar dan wajah menegang menahan sesuatu yang akan membuncah di kelaminnya. Demikian pula dengan Supono yang mulai merasakan desakan hebat yang bersiap ia muntahkan saat itu juga.

“Aku jugggaaa...yukkk...barenggg..ahhh...ahhh!” timpal Supono yang wajahnya juga menegang semakin memerah.

“Crottt..Crottt.Crottt..serrr..serrr..ahhhh....ahhh...ngentottt..enakkk..ahhhh!” akhirnya datang juga rasa nikmat luar biasa bagi keduanya dengan memuntahkan semuanya pada momen itu secara berbarengan dengan pelukan Nana yang semakin kencang ke tubuh Supono yang sedang menindihnya di atas.

“Cuppp..Ehmmpphh..Cuppp..ahhhh!” keduanya pun kembali berciuman untuk mengakhiri pergumulan panas saat itu.

Setelah gelombang kenikmatan mencapai puncaknya, keduanya terdiam lemas, terbaring di ranjang dengan napas yang terengah-engah. Wajah mereka mencerminkan campuran perasaan puas yang teramat sangat.

"Dunia speerti milik kita sendiri, ya Pak Supono," bisik Nana, suaranya penuh dengan kelembutan.

Supono mengangguk setuju, meski mata mereka penuh dengan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Keintiman yang mereka bagikan di kamar penginapan itu membuat mereka semakin terikat, namun juga meninggalkan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban tentang masa depan hubungan mereka.

Setelah sesaat yang terasa panjang, mereka mulai mengenakan kembali pakaian mereka yang berserakan di lantai. Setiap gerakan, setiap sentuhan kain di kulit, membawa mereka kembali ke realitas yang rumit.

Supono dan Nana duduk di pinggir ranjang, pandang mata mereka bertemu dalam keheningan. Kata-kata yang seharusnya diucapkan terasa berat di lidah mereka. Meskipun mereka memilih untuk mengejar kebahagiaan dalam keterlarangan, mereka sadar bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi.

"Ini akan selalu menjadi rahasia kita, ya Nana," ucap Supono memohon agar Nana selalu menutup rahasia ini kepada siapa pun

Nana menatapnya, "Ya, Pak Supono. Aku paham koq!"

Tak lama kemudian Supono pun memberikan segempok uang untuk Nana dan diterima dengan mata berbinar oleh sang juru pijat.

Meskipun di dalam hati mereka merasakan kepuasan atas momen yang baru saja mereka alami, tetapi keduanya juga merasakan beban yang tumbuh seiring dengan keputusan mereka. Mereka tahu bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari babak baru yang penuh dengan ketidakpastian.

Sejenak, ruangan terdiam. Namun, kesunyian itu segera terpecah ketika Supono mengambil sebuah amplop dari dalam tasnya. Dengan hati-hati, dia menyerahkan amplop itu kepada Nana.

"Ini untukmu, Nana. Sebagai ungkapan terima kasih," kata Supono sambil menatap mata Nana dengan penuh arti.

Nana menerima amplop tersebut, dan saat dia membukanya, matanya berbinar melihat jumlah uang di dalamnya. Senyuman tipis terukir di wajahnya. "Terima kasih, Pak Supono. Saya sangat menghargainya."

Supono mengangguk, "Kau pantas mendapatkannya, Nana. Kita berdua memilih jalan ini, dan kita juga harus menerima konsekuensinya."

Seiring kata-kata terucap, mereka berdua bangkit dari ranjang. Pakaian yang kembali mereka kenakan membawa perasaan campur aduk di antara rasa puas dan beban berat yang melekat di hati mereka.

Dengan senyuman yang penuh arti, Nana pamit meninggalkan kamar penginapan. Supono, di sana sendiri, merasa perasaannya seperti mencampur aduk. Keduanya menyadari bahwa pintu ke dunia terlarang itu sudah terbuka, dan mereka harus siap menghadapi konsekuensi dari langkah-langkah yang mereka ambil.

---SELESAI---

Silakan lanjutkan membaca Novel ini di halaman berikutnya karena ada cerita pendek Kisah Gairah Membara lainnya yang juga sangat menarik untuk anda baca dan anda ikuti hingga tuntas. Judulnya adalah ‘Tetangga Baru yang Menggairahkan’. Selamat membaca dan selamat menikmati!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel