Bab 1 Tetangga Baru yang Menggairahkan
Delon merenung di depan cermin sambil menarik napas dalam-dalam. Matanya tertuju pada perutnya yang agak melar dan wajahnya yang mulai memperlihatkan tanda-tanda penuaan. Seiring berjalannya waktu, kehidupannya bersama Nita tampaknya kehilangan gairah. Ia merindukan masa-masa di awal pernikahan mereka, di mana Nita begitu mempesona dan menyenangkan. Namun, sekarang, sesuatu telah berubah.
Suatu hari, kehidupan Delon dan Nita berubah drastis dengan kedatangan tetangga baru, Septi. Septi, seorang wanita cantik dan tubuhnya yang padat berisi berusia 29 tahun, penuh daya tarik dan keseksian. Suaminya, seorang pelaut, jarang berada di rumah, meninggalkan Septi seorang diri. Kehadirannya membuat seisi kompleks terpukau, termasuk Delon.
Mata Delon tak dapat lepas dari jendela rumah Septi. Ia seringkali tanpa sengaja melihat Septi yang berlalu-lalang dengan daster ketat dan bagian dadanya terbuka. Setiap kali itu terjadi, Delon merasa hatinya berdebar-debar. Ia mulai merasakan hasrat yang telah lama terkubur untuk mencari sensasi kehidupan yang telah hilang di rumah tangganya.
Seiring berjalannya waktu, Delon tidak bisa menahan diri lagi. Ia memutuskan untuk mendekati Septi dan memulai percakapan. Alasan beratnya adalah ketidaksenangan terhadap Nita yang dianggapnya tidak lagi memperhatikan penampilannya. Percakapan demi percakapan, Delon dan Septi semakin akrab.
Hari-hari Delon dan Septi menjadi semakin intim. Saat suami Septi pergi berlayar, Delon selalu menyempatkan diri untuk berada di sekitar rumahnya. Mereka berbincang-bincang, tertawa, dan semakin dekat. Delon merasa hidupnya kembali bersemangat, seolah menemukan sumber kegairahan yang lama hilang.
Namun, semua ini tidak lepas dari pandangan skeptis Nita. Meskipun sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas rumah tangga, ia tidak buta terhadap perubahan sikap suaminya. Suatu hari, Nita mengajak Delon berbicara serius.
"Delon, aku merasa ada yang tidak beres. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Nita dengan ekspresi cemas.
Delon terdiam sejenak sebelum mengakui perasaannya. "Aku rindu pada kita, Nita. Aku merindukan waktu-waktu saat kita masih saling memikat. Tapi seiring waktu berlalu, aku merasa kau tak lagi peduli pada penampilanmu."
Nita terkejut mendengar pengakuan suaminya. Namun, dengan tegas, ia menjawab, "Jika itu masalahmu, kita bisa bekerja sama untuk memperbaikinya. Tapi, selalu ingat, pernikahan bukanlah hanya tentang penampilan fisik."
Delon yang mendengar logika berpikir sang istri itu tetap tak bisa menerimanya karena menurutnya penampilan fisik sangat penting bagi seorang wanita.
***
Delon duduk di teras rumahnya, mengamati gerak tubuh Septi yang sedang sibuk menyapu halaman depan rumahnya. Setiap gerakannya mengundang perhatian Delon, yang semakin lama semakin sulit menahan hasratnya. Bagian dadanya yang terbuka dan daster ketat yang dikenakannya semakin membuat Delon tergoda.
Septi, meski tampak sibuk, sebenarnya menyadari bahwa Delon selalu mengamatinya. Ia merasa senang dan terhibur oleh perhatian Delon. Bahkan, terkadang, Septi sengaja menunjukkan gerakan yang lebih sensual hanya untuk melihat reaksi Delon. Ia tahu bahwa Delon memiliki perasaan padanya, dan permainan ini semakin membuatnya merasa berkuasa.
Suatu sore, ketika Nita dan anaknya sedang menginap di rumah ibunya, Delon merasa seperti mendapat kesempatan emas. Tanpa ragu, ia mendekati rumah Septi yang masih saja sibuk menyapu halamannya. Septi tersenyum manis melihat Delon mendekat.
"Delon, apa yang membawamu ke sini?" tanya Septi dengan senyuman menggoda.
Delon merasa deg-degan, tapi juga tergoda oleh senyuman Septi. "Aku hanya ingin melihat apakah kamu butuh bantuan. Aku punya waktu kosong saat ini."
Septi tertawa ringan, "Oh, tentu saja, Delon. Aku selalu butuh bantuan."
Mereka berdua bekerja bersama-sama, meskipun sebenarnya Delon tahu bahwa hal ini bukanlah tentang pekerjaan rumah tangga. Percakapan ringan mereka membuat suasana semakin nyaman. Delon merasa semakin terpesona oleh kecantikan dan pesona Septi.
Tiba-tiba, Septi menatap Delon dengan serius. "Delon, apa sebenarnya yang kamu rasakan padaku?"
Delon tergagap sejenak, lalu dengan jujur ia mengungkapkan perasaannya. "Septi, aku merasa tergoda olehmu. Kamu begitu menawan, dan aku merindukan sensasi yang telah lama hilang dalam hubunganku dengan Nita."
Septi tersenyum nakal. "Dan apa yang kamu rencanakan sekarang, Delon?"
Delon merasa girang banget, apalagi dorongan hasratnya semakin kuat. "Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu sekarang."
Septi mendekatkan dirinya pada Delon. "Kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru, Delon? Sesuatu yang bisa membuatmu merasa hidup lagi."
“Yuk ikut aku ke dalam rumahku!” ajak Septi sambil melihat ke sekeliling takut ada tetangga lain yang melihat mereka berduaan masuk ke dalam rumah Septi. Setelah dirasa aman, mereka dengan cepat masuk ke dalam ruang tamu dan Septi dengan cepat menutup pintu dan bahkan ia menguncinya dari dalam.
Jantung Delon semakin berdegup kencang karena ia tak mengira kalo ternyata Septi nampak berhasrat juga pada dirinya saat itu.
“Hemm...sangat mungkin perempuan ini rindu sentuhan laki-laki setelah suaminya jarang pulang,” gumam Delon dalam hati sambil bertekad untuk sore itu Delon akan dapat menikmati tubuh Septi yang seksi dan sangat menggoda itu.
Delon duduk di ruang tamu rumah Septi, hatinya masih berdegup kencang setelah momen yang baru saja terjadi. Rumah Septi penuh dengan aroma wangi parfum dan atmosfer yang memikat. Septi memberi isyarat padanya untuk menunggu sebentar.
"Aku mau mandi dulu, Delon. Silakan menunggu di sini sebentar," ujar Septi dengan senyuman menggoda.
Delon pun mengangguk sambil menelan ludahnya berkali-kali, mencoba menyembunyikan kecanggungan di wajahnya. Septi berjalan ke arah pintu kamar mandi, dan sesaat kemudian, Delon mendengar suara pintu yang terbuka tanpa dikunci. Hatinya berdesir, dan pikirannya mulai melayang ke arah yang seharusnya tidak ia pertimbangkan.
Dengan hati yang berdebar-debar, Delon melangkah mendekati pintu kamar mandi. Ia memeriksa sekitar, memastikan tidak ada orang lain di sekitar rumah. Tertarik oleh hasrat yang memuncak, Delon akhirnya membuka pintu kamar mandi tanpa suara. Ia melihat Septi tengah mandi, dan air yang mengalir melibas tubuhnya yang sedang telanjang bulat yang begitu merangsang.
"Septi, maafkan aku, aku tidak sengaja—" Delon terdiam ketika matanya tertuju pada keindahan tubuh Septi yang masih terbalut oleh butiran-butiran air. Septi tersenyum, seolah tahu persis efek yang ia timbulkan pada Delon.
"Tidak masalah, Delon. Ayo, bergabunglah," goda Septi sambil menggoda Delon untuk memasuki kamar mandi.
Dengan mata yang terbelalak, Delon memasuki kamar mandi, terdorong oleh hasrat yang tak bisa ia tahan lagi. Delon pun membuka semua pakaiannya dan setelah bugil Septi menatap lekat kontol tegang Delon sambil tersenyum menggoda.
“Aww...anumu sudah ngaceng banget tuh..hihi!” ucap Septi sambil menunjuk rudal besar dan panjang milik Delon.
“Aku gak tahan ngeliat kamu telanjang begini...gila montok banget!” balas Delon dengan mata melotot dan jantung berdegup sangat kencang menahan birahi yang semakin menaik menatap tubuh polos Septi di kamar mandi itu.
Mereka berdua pun saling tersenyum, dan tak ada kata yang terucap. Air yang mengalir melibas ketegangan di antara mereka, dan suasana di dalam kamar mandi penuh dengan gairah yang memuncak.
Tanpa dikomando tubuh keduanya tau-tau sudah saling mendekap, saling meraba dan saling berciuman penuh nafsu membara.
Tidak ada kata yang perlu diucapkan. Mereka merasakan sensasi yang menggetarkan, terlepas dari kekhawatiran dan konsekuensi yang mungkin mengikuti.