Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

"Tamat kau Alex, Cellyn udah masuk ke perangkap Ray," ucap Ray dan meminum segelas cairan keemasan di dalam ruang karaoke bersama temanya dan beberapa wanita super seksi.

Satu wanita berbaju ketat hitam menghampiri Ray dan duduk disamping, dan lelaki itu mencumbui nya begitupun sama persis dengan beberapa kawan yang sedang asyik dengan wanita-wanita lain.

Bip..bip...bip...

Di meja, ponsel milik Ray beberapa kali menyala dan bergetar, segera ia raih, di bar berisikan dua notif pemberitahuan dua pesan masuk.

Pesan satu :

Ray apakah kau sudah sembuh? jangan lupa minum obat, apa kau sudah makan?

Pesan dua:

Selamat tidur Ray... have a nice dream.

Dua pesan singkat yang berjarak beberapa menit dari pesan satunya ialah pesan dari sekretaris, siapa lagi jika bukan Acellyn?

Ray hanya membaca lalu menaruh kembali di atas meja, melanjutkan menyentuh tubuh indah gadis yang saat ini menemani nya.

*********

"Ehm ada yang senyum-senyum sendiri," Alex membawa dua gelas hot chocolate dan menghampiri adiknya yang duduk di ayunan berbantal terletak di ruang tamu.

"Eh kakak,"

"Masih sehat kan adiknya kakak?" Memberikan 1 gelas hot chocolate kepada Cellyn.

Cellyn menerima dan meniup sedikit, kemudian ia sesap sedikit, "terima kasih kakak....masih sehat kakak,"

"Kau seperti anak baru jatuh cinta saja," goda Alex yang menebak-nebak.

"Kakakkkkkk, sudah sana kerjain urusan kantor," balas Cellyn.

Membuat Cellyn berbicara tentang kantor, Alex jadi ingat dimana kah sekarang ia berkerja? Alex mengajak Cellyn untuk mengobrol di balkon agar lebih santai.

"Kakak belum tahu dimana kantor Cellyn, besok kakak akan mengantarmu,"

"Di R.O.Y.A.L group,"

"R.O.Y.A.L?"

Cellyn hanya mengangguk kan kepala" iyaahh."

"Apakah boss disana pria? wanita?" Tanya Alex menatap serius Cellyn.

"Pria, seumuran dengan kakak," ucap Cellyn tersenyum sendiri.

Alex merasa aneh melihat gelagat Cellyn sedari tadi senyum-senyum sendiri.

"Seperti ada sesuatu, Sepertinya Cellyn... Ehemmm....." goda Alex.

"Iyah," ucapan itu spontan dari bibir Cellyn, dengan cepat ia menutupi mulutnya dengan tangan kanan.

"Baiklah....." Alex tidak ingin ikut campur dengan masalah itu.

Cellyn merasa sedikit malu mengatakan itu di hadapan kakaknya, "ashh... Tidak.. tidakkk," tolak Cellyn.

Alex hanya tersenyum berpura-pura tidak melihat ketika adiknya menjadi merona pipinya dan sedikit salah tingkah.

"Kakak tidak ingin ikut campur urusan mu Cellyn, tetapi jika ada pria yang mencoba menyakitimu, kakak akan membunuhnya," ucapan itu terdengar  lucu namun Alex tak main-main dengan yang ia katakan baru saja.

Cellyn hanya tersenyum, begitupun Alex yang juga ikut tersenyum.

***************

Keesokan hari

"Kau cantik Cellyn," puji Ray di dalam mobil melihat Cellyn memakai dress biru.

"Aku cantik sejak lahir," balas Cellyn memeletkan lidahnya.

"Dasar manja," Rayler merasa menyesal telah mengucapkan itu walau hanya pura-pura.

"Kemarin aku mengirim mu pesan, kau tidak membalasnya?" Tanya Cellyn dengan melihat jalanan lewat kaca di dalam mobil.

"Aku tertidur,"

"Pesan mu sangat tidak penting," batin Ray.

Setelah beberapa menit dalam perjalanan  kini Rayler sampai di sebuah Dermaga Pantai Hermosa, dimana tempat itu adalah yang indah untuk melihat sunset di sore hari.

Rayler mengandeng tangan Cellyn menyusuri sebuah jalan di atas laut itu untuk mengajak Cellyn naik ke sebuah kapal besar.

Rayler menikmati setiap pemandangan di sore ini ditambah sunset yang indah menghangatkan perasaannya.

Ia menggandeng Cellyn hingga benar-benar berada di ujung kapal seperti dalam sebuah film TITANIC sungguh wanita mana yang takkan terpukau dengan semua ini.

Gadis itu hanya tersenyum ketika Ray menyuruhnya untuk menaikkan kaki  seperti Jack menyuruh Rose Dan memeluknya dari belakang.

"Aku merasa aku lah pemeran utama TITANIC." Cellyn tersenyum ketika kedua tangan Ray melingkar di pinggulnya untuk memegangi.

Di kapal itu sangat sepi tentu Ray sudah mengaturnya, hanya ada beberapa pelayan dan yang dibutuhkan di kapal, untuk tamu? Tamu kapal itu hanyalah mereka berdua saja, tidak ada yang lain, bisa dikatakan Ray telah menyewa kapal itu.

Ray memegang dengan mesra pinggul Cellyn, jemarinya menari di sana sedikit mengelitik nya.

"Ah.. Ray geli."

Ray menelantangkan kedua tangan gadis itu dan berbisik, "Cellyn aku menyukaimu."

Deg....

Simbol hati telah bergoyang-goyang di atas kepala Cellyn, emot-emot menggoda telah merasuki otak Cellyn, angin di laut sore itu seakan menohok suasananya, tubuh hangat yang mendekapnya begitu terasa nyaman, tubuh Cellyn mendadak gemetar dan hatinya berguncang hebat.

"Cellyn aku menyukaimu, aku menyayangimu, Sudi kah dirimu menjadi kekasih ku?"

Gadis itu hanya diam.....

Ray turun dan mengendong tubuh Cellyn lalu berputar-putar disana.

"Ray nanti jatuh," Cellyn tersentak kaget karena Ray memutar tubuhnya dengan cepat.

Hingga akhirnya Ray terjatuh namun di sengaja dan tubuhnya menindihi gadis berbaju biru itu.

"Bagaimana? kau menerima permintaan ku?" Kini kedua kaki Ray telah mengunci pinggulnya, dada Ray saling menempel dengan dada Cellyn.

Tangan Ray memegang pundak Cellyn dan sedikit melorotkan gaun biru itu.

"Aku suka kau Cellyn, aku akan melindungi mu, menjaga mu, menyayangimu, setulus hatiku, apakah kau bersedia jadi kekasih ku?"

"Ya Ray, aku bersedia menjadi kekasihmu," gadis itu mengangguk pelan penuh rasa bunga-bunga bertebaran di hati nya.

"Terima kasih, kau telah menerima k."

Ray melumat bibir nya dengan selembut mungkin lalu turun dan menghisap lehernya sesekali mengecapnya.

Gadis itu menikmati setiap kecupan yang di berikan Ray, tak mampu melawan, sungguh.... suasana ini sungguh nikmat walau memang jika di bayangkan sangatlah menjijikan berciuman di atas kapal dengan posisi tertidur, teriknya sunset, ditambah dengan hembusan angin sepoi-sepoi.

Rayler mencakar sedikit, hanya sedikit di lengan gadis itu ketika mencumbui dada Cellyn, cakaran itu memang di sengaja olehnya.

"Ray stop!" Ucap Cellyn.

"Maaf aku menyakitimu, maaf aku tidak sengaja," ucap Ray berpura-pura sedih.

"Tidak Ray, aku juga menikmati ini, kau tidak menyakiti ku." Ucap Cellyn mengelak walau sedikit kasar ketika Ray mencecap lehernya.

Tangan Ray berada tepat di alat ke intimanya yang tertutup gaun biru, "apakah kau masih perawan?"

Sedikit Ray mengelusnya, membuat tubuh Cellyn goyah.

"Aku masih perawan." Ucap Cellyn sembari menepis tangan Ray.

Rayler tersenyum manis di hadapan Cellyn "aku menyayangimu,"

"Aku juga menyayangimu Ray," balas Cellyn.

Rayler kembali menciumnya dan tangannya meremas jemari Cellyn.

_____________________________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel