Bab 3 keburukan Ronal.
Agnes duduk di ruang tamu bersama Ronal. Namun, pandangan Ronal seakan berbeda. Yah, Ronal sangat mengagumi sosok Agnes. Berbagai macam cara telah Ronald lakukan untukmendapatkan cinta Agnes.
Ronal begitu penasaran sama Agnes. Dia tidak hanya penasaran ingin menjadi kekasih Agnes, tapi dia juga penasaran juga sama tubuh mungil Agnes.
Ronal selalu berkhayal, bagaimana jika Agnes ada di ranjang bersamanya. Pasti Agnes akan berubah menjadi sosok yang liar dan bisa selalu membangkitkan hasrat Ronald.
Siapa yang tidak kenal Agnes, seorang gadis yang paling cuek, jutek, dan galak. Jarang ada cowok yang mau mengejarnya, kecuali Ronal.
Semua cowok di kampus juga merasa takut dan segan untuk mendekati Agnes. Agnes bukan hanya cantik dan tomboi. Tapi, dia juga bukan perempuan yang lemah. Dia berani melawan jika dia di sakiti.
Agnes, dengan wajah yang di atas rata-rata, dengan tubuh yang tinggi, kulit yang putih bersih, dan hidungya yang mancung, membuat semua jadi sempurna.
Namun, sayang sekali Agnes itu tidak pernah tertarik pada yang namanya lelaki. Bagi Agnes, lelaki itu sama saja. Tidak ada yang berbeda. Bagi Agnes, setiap lelaki itu sama-sama suka menyakiti perasaan wanita, semua lelaki itu brengsek yang cuma bisa memanfaatkan perempuan.
Agnes trauma pada kejadian di masa lalu.
Kejadian di masa lalunya bersama seorang lelaki yang sangat begitu kelam. Dimana seorang lelaki itu, ternyata tidak lebih dari lelaki brengsek yang penipu.
Agnes pernah mengenal lelaki yang namanya Frans, dia memacariAgnes, cuma untuk menguras harta Agnes. Siapa yang sudi menjadi cewek, yang cuma untuk menjadi ATM berjalan para laki-laki serakah itu.
Ronal perlahan-lahan mendekat. Dia duduk tepat di sisi Agnes. Membuat Agnes takut.
*Apa yang mau Ronald lakukan.* Batin Agnes.
Ronal tiba- tiba saja merangkul bahu Agnes. Membuat Agnes risih sendiri.
" Ronal, apa sih sebenarnya mau kamu? tanya Agnes, dengan tubuh gemetar. Dia mencoba untuk menyingkirkan tangan kekar lelaki itu.
" Mauku tidak sulit sayang, Kamu tinggal mau saja menjadi pacarku. Pasti, aku akan bahagiakan kamu sayang. " Kata Ronald yang mencoba sekali lagi untuk memeluk Agnes.
Agnes sekali lagi mencoba menyingkirkan tangan kekar Ronal.
" Lepasin Ronal. Aku nggak mau jadi bahan permainan kamu. Aku nggak butuh kelaki, yang suka mempermainkan perasaan perempuan seperti kamu "
" Ha.. ha...sayang, kenapa sih, kamu selalu berburuk sangka terus sama aku. Sekali sajalah, aku di berikan kesempatan untuk bisa bahagiain kamu."
" Aku nggak mau...! aku nggak sudi. "Kata Agnes menekankan.
Ronal selalu mencoba memaksa Agnes. Dia ingin mencuri ciuman dari Agnes yang selalu memberontak dan menolak. Kebetulan, malam itu memang suasana rumah Agnes, sepi. Karena pembantu dan satpam pun sudah istirahat.
Di saat Ronal akan menyentuhkan bibir pada wajah Agnes, Agnes dengan sekuat tenaga memberontak, Agnes selalu menolaknya. Tidak mungkin untuk Agnes jika harus berciuman sama lelaki yang menjijikan seperti Ronal itu.
" Agnes ayolah, Agnes. Kita akan bersenang-senang malam ini."
Ronal mencoba untuk memeluk Agnes. Tapi Agnes dengan sekuat tenaga memberontak.
" Tolong...tolong..."Teriak Agnes.
Agnes meminta pertolongan,saat Ronal benar- benar memaksanya untuk berciuman.
Ronal masih mengeratkan pelukannya. Agnes masih memberontak.
Tak lama kemudian, seorang satpam rumah Agnes datang dan menghampiri Agnes.
" Hei, kelaur kamu dari sini...! jangan berani ganggu Non Agnes lagi." Kata Satpam itu.
Ronal menatap Agnes tajam. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan menghentikan aksi mesumnya.
" Urusan kita belum selesai Agnes. Kamu harus mau jadi pacarku. Aku akan pastikan, kalau kamu pasti akan jatuh kepelukan ku...! " Kata Ronald sebelum pergi.
Agnes menangis. Betapa kurang ajarnya Ronald kepadanya. Sudah berulang kali, dia memaksa Agnes untuk berciuman. Jelas saja Agnes tidak akan mau, dan tidak akan pernah sudi, seandainya bibirnya yang masih orsinil itu di jamah oleh lelaki. Agnes sangat menjaga sekali dirinya itu dari sentuhan para lelaki brengsek seperti Ronald. Apa sih yang selama ini Ronald cari kalau bukan nafsu.
Agnes masih menangis tersedu-sedu di ruang tamu. Dia benar-benar sangat kecewa. Ronald sudah berani kurang ajar padanya.
Bik Imah yang mendengar teriakan Agnespun ikut menghampiri Agnes. Bik Imah merasa iba pada anak majikannya itu. Bik Imah kemudian mendekat ke arah Agnes. Dia duduk di samping Agnes.
" Non, kenapa Non? " tanya Bik Imah.
Agnes menatap Bik Imah dalam. Kemudian dia memeluk asisten rumah tangganya itu. Yah, Bik Imah itu, adalah asisten rumah tangga yang di pekerjakan orang tua Agnes di rumah mereka. Dan sudah sedari kecil Agnes di titipkan pada Bik Imah selagi orang tua Agnes ke luar negeri.
" Hiks...hiks..." Agnes menangis di pelukan Bi Imah.
" Bik, aku takut..." Ucap Agnes yang masih tampak terisak.
" Nggak usah takut, ada bibik di sini." Bik Imah mencoba menenangkan.
" Ayo, kita ke kamar." Kata Bik Imah.
Bik Imah kemudian menuntun Agnes ke kamarnya.
Agnes dan Bik Imah melangkah pergi untuk ke kamar Agnes. Mereka perlahan menaiki anak tangga. Agnes masih berlinangan air mata. Walau Agnes adalah sosok yang kuat dan gadis tomboi, tapi Agnes itu juga seorang perempuan. wanita mana yang tidak akan hancur seandainya ada lelaki yang mau melecehkannya.
ceklek...
Bik Imah membuka pintu kamar Agnes.
Mereka kemudian masuk. Bik Imah kemudian mendudukkan Agnes di sofa. Setelah itu, diapun ikut duduk di sebelah Agnes.
Bik Imah mengusap dengan lembut pipi Agnes yang sudah di basahi air mata.
" Sabar Non Agnes."
" Bik. Aku benci banget sama lelaki itu." Kata Agnes menuturkan.
" Tapi, dia itukan teman sekampusnya non Agneskan."
" Iya. Tapi aku benci lelaki itu. Dia itu lelaki yang selama ini udah banyak nyakitin cewek."
" Oh, playboy maksud Non."
" Iya."
" Ya udah, jangan di fikirin lagi yah Non. Sekarang Non tidur aja, udah malam."
Agnes menatap Bu Imah lekat.
" Makasih yah Bik." Kata Agnes.
" Iya Non."
Agnes kemudian berbaring untuk tidur.Sekarang, posisinya sudah dalam keadaan terlentang.
" Bik, jangan pergi dulu yah. Bibik mau kan temanin aku di sini."
Bik Imah tersenyum.
" Iya Non. Bibik akan temani non di sini. Jangan khawatir yah. Non aman bersama bibi." Kata Bik Imah.
Bik Imah kemudian menarik selimut Agnes, dan menutupi tubuh Agnes dengan selimut itu.
Bik Imah tersenyum.
" Tidur yah Non. Udah malam. Nggak usah non memikirkan lelaki tadi. Yang penting non kan tidak apa-apa, Non nggak usah khawatir. Dia nggak akan berani kesini lagi. Karena pak satpam kan sudah usir dia."
Agnes mengangguk.
Dia kemudian mencoba memejamkan matanya.