Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 rumah mewah.

Agnes masih duduk mematung di ruang belajarnya. Dia masih mencorat- caret buku hariannya. Sepertinya dia memang sedang memikirkan sesuatu.

Dia masih memikirkan cowok yang di temuinya tadi sore di rumah Viona.

Agnes tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Baru pertama kalinya dia itu merasakan hal yang sangat aneh. Tiba-tiba saja detak jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Dia meraba dadanya.

" Kenapa yah dengan ku. Kok aku jadi merasakan hal yang aneh kayak gini. Jantungku selalu berdebar saat aku mengingat sosok lelaki tampan itu. " Kata Agnes.

"Ah, aku nggak nyangka, kalau aku akan bertemu cowok seganteng dia." Kata Agnes lagi.

Agnes kemudian bangun dari duduknya. Dia beranjak pergi dari kamarnya. Agnes melangkah keluar dari kamarnya. Dia menuruni anak tangga dan akhirnya diapun sampai di bawah.

Agnes melangkah ke arah ruang makan, ruang makan yang sepi dan sunyi.

Yah, siapa lagi yang akan membuat rumah mewah itu ramai selain dirinya.

Sejak kecil, memang Agnes tidak pernah di urus oleh orang tua. Di rumah mewahnya, dia hanya tinggal sendiri bersama pembantunya.

Orang tua Agnes, adalah pembisnis sukses, dan mereka itu selalu di sibukan sendiri oleh urusan bisnisnya tanpa memperdulikan anak perempuan satu-satunya itu. Mereka percayakan anak mereka pada pembantu yang bekerja di rumahnya.

Entah kenapa, Agnes tidak pernah di ajak ke luar negeri untuk tinggal bersama mereka. Mungkin itu semua karena ke dua orang tua Agnes itu, memang orang yang sangat sibuk.

Agnes menatap ke meja makan. Sudah banyak makanan di atas meja. Namun, Agnes sama sekali tidak meliriknya. Fikirannya masih galau, galau karena kemarin mendapat ancaman dari Ronal.Yah, Ronal itu adalah musuh bebuyutan Agnes di kampusnya. Memang sudah lama dia membenci Ronald sosok lelaki playboy itu.

" Apa yang akan Ronal lakukan padaku? Kemarin dia udah ngempesin ban mobil aku. Apakah dia akan mengempesi ban mobilku lagi. Ah, kalau dia suka sama aku, kenapa dia harus jahil begitu sih. Risih banget aku di kejar-kejar terus sama dia." gumamAgnes.

Agnes kemudian mendekat ke arah meja makannya. Dia duduk dan mengamati semua makanan yang ada di atas meja. Sudah banyak sekali masakan yang asisten rumah tangganya itu masak. Namun, untuk apa semua makanan itu kalau di rumah semewah itu, hanya ada Agnes saja.

Memang hampa. Sangat hampa. Agnes tidak pernah punya teman ngobrol jika di rumah. Dia cuma sama Bibik saja ngobrolnya. Kadang juga sama sekali tidak ngobrol, karena bibik sibuk dengan pekerjaannya.

Makanya selama ini, Agnes itu selalu sibuk bermain di rumah Viona atau Febri. Jarang ada di rumah.

" Ah, kenapa hidupku seperti ini. Hampa. Nggak ada cinta, dari orang tua, juga jomblo nggak punya pasangan." Kata Agnes yang matanya masih menelusuri isi meja makan.

Sesaat kemudian, Agnes mengambil piring yang ada di depannya dan mencedokan nasi juga lauk- pauk di piring itu.

Agnes kemudian makan. Di tengah kesibukannya makan, tiba- tiba ada suara orang mengetuk pintu dari depan rumah Agnes.

Tok tok tok...

*Siapa sih. Malam-malam gini bertamu.* Gerutu Agnes dalam hati.

" Bik...bibik..." Seru Agnes memanggil Bik Imah pembantu rumah tangganya.

" Iya non, " Bik Imah buru- buru menghampiri anak majikannya itu.

" Ada apa non?" tanya Bik Imah.

" Bik, bibik dengar nggak sih, tadi ada orang di luar mengetuk pintu. Kenapa nggak bibik bukain sih? "

" Oh, Ma...maaf non,bibik nggak tahu,"

Bik Imah kemudian berlari kecil menghampiri ruang tamu, untuk membuka siapa tamu yang datang.

Ceklek,

Bik Imah membuka pintu. Tampak seorang lelaki ganteng tersenyum pada Bik Imah.

" Selamat malam, Agnesnya ada?" tanya pemuda yang sepertinya masih sepantaran dengan Agnes.

" Ada Den, Maaf sebelumnya, Aden ini siapa yah?dan ada keperluan apa datang ke mari?" tanya Bik Imah yang tampaknya belum kenal dan baru pernah melihat pemuda itu bertamu di rumah Agnes.

" Aku Ronal teman sekampusnya Agnes." pemuda itu tersenyum sembari menunjukan deretan gigi putihnya.

" Oh, iya. Nanti aku panggilkan"

Bik Imah, kemudian menuju ke ruang makan.

" Non, ada tamu." Kata Bik Imah menuturkan.

" Siapa? " tanya Agnes sembari menatap Bik Imah.

" Namaya Ronal."

Uhuk...uhuk...

Agnes tersedak makanannya sendiri. Dia benar-benar terkejut, ada angin apa sampai Ronal orang yang di bencinya itu datang ke rumahnya malam-malam.

Tanoa fikir panjang lagi Agnes kemudian menghampiri ruang tamu dengan langkah gontai. Sebenarnya dia malas sekali untuk bertemu Ronal. Tapi, karena bibik sudah terlanjur bilang kalau Agnes itu ada, jadi Agnes tidak bisa lagi menghindari Ronald.

Agnes melangkah ke arah ruang tamu. Dia kemudian membuka pintu.

Ceklek...

Pintu itupun terbuka. Di lihatnya Ronald yang sedang menatap Agnes tanpa berkedip. Entah apa yang sedang Ronald fikirkan saat ini. Sepertinya, Ronal tidak bisa berhenti memandangi Agnes.

" Mau ngapain kamu ke sini? " tanya Agnes ketus.

" Ha...ha... jangan galak- galak dong sayang, nanti cantiknya hilang lho." Kata Ronald yang masih mengulas senyum.

" Cih, nggak Sudi aku kamu panggil aku sayang. Dasar Playboy. Ngapain kamu kesini? " Agnes semakin jutek saja. Ingin sekali rasanya Agne mencakar dan mencabik-cabik si Ronal itu.

" Aku mau ngomong sesuatu sama kamu cantik," Kata Ronal.

" Ya udah ngomong aja."

" Nggak suruh aku masuk nih? "

" Ya udah di sini aja." Kata Agnes sembari membuang muka.

Rasanya Agnes itu, sangat muak sekali dengan kehadiran Ronal. Sudah sejak lama, Ronal ngejar-ngejar dia. Tapi, Agnes selalu menolaknya.

Itu semua karena Ronal yang terkenal playboy dan suka mematahkan hati para cewek. Dan kabar yang lain, Ronal juga sering Nidurin para cewek-cewek itu. Siapa yang tidak akan membenci sosok Ronal. Walau setampan apapun dia, tapi dia tetap cowok yang sudah di cap playboy oleh anak sekampus. Bisa di bilang cowok brengsek. Dan Agnes sangat membenci sekali yang namanya cowok playboy.

" Ayolah Agnes, kenapa kamu biarkan tamu berdiri terus seperti ini." Begini-begini juga aku ini tamumu Agnes.

Agnes menghela nafasnya dalam. Ronal ini memang keras kepala. Padahal, sudah berkali-kali dia di tolak oleh Agnes. Tapi, semakin di tolak, justru dia semakin rajin saja mengejar Agnes. Tidak pernah bosan dan lelah. Malah Agnes sendiri yang merasa lelah dan selalu menghindar.

" Ya udah. Kamu boleh masuk. "

Ronal tersenyum senang. Setelah itu Ronalpun masuk membuntuti Agnes.

Setelah di ruang tamu, Agnes mempersilahkan Ronald untuk duduk.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel