Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Menyamar

“Tidak mau!” Saena tetap menggelengkan kepalanya, menolak untuk memberikan berkas tersebut.

“Kamu tidak perlu memeriksanya lagi, cepat berikan padaku!” Perintah Yu Silan dengan wajah gemas dan kesal. Yu Silan segera merebut berkas tersebut, dia harus menggunakan berkas itu untuk bertemu dengan kliennya hari ini. Proyek penting itu tidak boleh terlepas dari genggaman tangannya!

“Bagaimana jika ada kesalahan di dalam berkasnya? Tuan Yu akan menghukumku lagi?” Kejar Saena seraya mengekor di belakang punggung Yu Silan.

“Lagi?!” Spontan Yu Silan memutar tubuhnya. “Kapan aku menghukum dirimu??!”

Saena bingung, gadis itu membekap bibirnya sendiri lalu menggeleng.

“Duduklah di sana, jangan lakukan apapun tanpa perintah dariku! Aku harus pergi meeting sekarang!” Pesan pria itu pada Saena. Gadis itu melihat gelang giok miliknya berada di dalam saku jas Yu Silan.

“Tuan Yu.”

“Kenapa?”

“Aku ingin ikut denganmu!” Ucapnya pada pria itu, padahal niatnya ikut hanya untuk mengambil gelang warisan dari keluarganya secara diam-diam.

“Tidak perlu, kamu tetap tinggal di sini saja. Jika kamu memaksa ikut denganku, kamu hanya akan membuat situasi semakin kacau.”

Saena merasa frustasi, gadis itu tidak bisa ikut pergi bersama Yu Silan. Dengan otaknya yang kecil itu Saena mencoba mencari cara lain untuk bisa mengambil kembali gelangnya.

“Haruskah aku menyelinap ke dalam kediamannya?! Pria arogan dan sombong itu?! Dia bahkan lebih menakutkan dari Antonio!”

Setelah berpikir cukup lama, Saena memutuskan untuk menyelinap ke kediaman Yu Silan! Apalagi dia mendengar dari perbincangan asisten Yu Silan. Yu Silan sedang mencari pelayan untuk membersihkan debu di kediamannya.

Malam itu, Saena tidak kembali ke kediaman Abraham. Tapi gadis itu menyamar dengan rambut palsu dan kacamata untuk masuk ke kediaman Yu Silan.

Sampai di depan pintu gerbang kediaman megah milik Yu Silan, Saena turun dari dalam taksi lalu berjalan masuk ke sana. Gadis itu dibawa oleh penjaga keamanan menghadap kepada Yu Silan untuk melakukan interview.

Saena sempat terkejut melihat penampilan Yu Silan malam ini, pria itu sedang duduk santai di sofa hanya dengan berbalut piyama mandi.

“Siapa namamu?” Tanyanya dengan sengaja, padahal sekali lihat saja Yu Silan sudah tahhu kalau wanita yang sedang duduk berlutut di hadapannya itu adalah Saena.

“Li Wei.” Jawab Saena.

“Tunjukkan kartu identitasmu padaku!” Yu Silan mengulum senyum melihat wajah Saena mulai memucat. Ragu-ragu gadis itu segera mengeluarkan surat identitas dari dalam tasnya lalu menyerahkan pada Yu Silan. Li Wei adalah nama pelayan di kediaman Abraham, untungnya Saena sudah menyiapkan itu saat pulang dari perusahaan tadi. Saena meminta pelayan rumahnya untuk mengantarkan surat identitas tersebut tepat sebelum dia berangkat ke kediaman Yu Silan.

“Ini Tuan Yu.”

“Kenapa wajahmu sangat berbeda dengan wajah di dalam foto?” Yu Silan sengaja menyandingkan foto identitas tersebut tepat di sebelah wajah Saena.

“Enam bulan yang lalu saya melakukan operasi plastik.” Saena meringis sesaat, satu detik berikutnya menatap wajah kesal Yu Silan.

Yu Silan mengusap kepalanya sendiri lalu menyerahkan kartu tersebut kembali pada Saena.

“Kamu boleh bekerja mulai besok, tunjukkan dia di mana kamarnya.” Perintahnya pada Nuan, asistennya di dalam rumah tersebut.

Saena segera berdiri lalu berjalan mengikuti Nuan,

“Siapa namamu?” Tanya Nuan padanya.

“Li Wei.” Sahut Saena sambil tersenyum.

“Namamu cantik sekali.” Nuan tersenyum lalu membukakan pintu kamar untuk Saena. “Mulai sekarang kamu akan tidur di sini.”

“Terima kasih.” Saena menganggukkan kepalanya.

“Panggil aku Nuan,” Nuan melambaikan tangannya lalu menutup pintu dan pergi.

Yu Silan masih berada di ruang tengah, pria itu berjalan mondar-mandir seorang diri.

“Apa tujuannya datang ke sini? Apa si Antonio kembali menyuruhnya untuk mencari kelemahanku!? Ini tidak bisa dibiarkan! Jika masalah ini terus berlanjut maka posisiku di perusahaan benar-benar bisa terancam!”

Tengah malam, Saena segera menyelinap keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu ingin mencari gelang giok miliknya. Saena terus berjalan di kediaman besar itu untuk mencari tahu di mana letak kamar Yu Silan.

Saat melintasi ruangan kerja Yu Silan, dia melihat pria itu masih duduk di sana. Saena segera berjalan cepat untuk mencari kamar pria itu. Setelah menemukannya, gadis itu segera masuk ke dalam. Saena tidak menemukan jas yang Yu Silan kenakan pada pagi ini. Gadis itu berpikir kalau gelang giok miliknya masih tinggal di dalam saku baju Yu Silan.

“Kenapa tidak ada apa-apa di kamar ini?” Saena menggenggam gagang daun pintu lemari baju, tepat saat hendak memutar gagangnya dia mendengar langkah kaki seseorang menuju ke sana. Tanpa pikir panjang Saena segera masuk ke dalam lemari baju tersebut lalu menutup pintunya.

Yu Silan masuk ke dalam kamarnya, pria itu melihat daun pintu lemari dalam keadaan sedikit terbuka. Selama ini hal seperti itu sangat jarang dan hampir tidak pernah terjadi.

“Saena!” Geram Yu Silan seraya berjalan dengan langkah lebar menuju ke arah lemari baju miliknya. Pria itu membuka pintunya dan dia mendapati Saena ambruk jatuh memeluk dirinya.

“Astaga, dia bahkan tertidur?” Yu Silan segera mengangkat tubuh Saena ke dalam gendongan. Pria itu menatap wajah gadis yang kini sedang terlelap dalam gendongannya itu.

***

Entah kenapa perasaan dalam hatinya tiba-tiba menjadi sedikit gugup. Yu Silan buru-buru membawa Saena menuju ke dalam kamar pelayan yang ada di ruang belakang. Tanpa sengaja Yu Silan berpapasan dengan Nuan. Nuan hanya menyingkir ke samping untuk memberi jalan.

Seumur hidupnya baru pertama kali Nuan melihat Yu Silan bersikap demikian terhadap seorang gadis. Sebelum-sebelumnya pria angkuh itu tidak pernah memperlakukan wanita sampai seperti itu.

Yu Silan merebahkan tubuh Saena di atas ranjang. Pria itu menatap wajah Saena sejenak lalu menyelimuti tubuhnya.

Sekitar pukul lima pagi, Nuan mengetuk pintu kamar Saena. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya.

“Li Wei! Li Wei, tok, tok, tok!” Panggil Nuan dari luar kamar Saena.

Saena terjaga, gadis itu menggeliat lalu bangkit duduk. Menyapukan pandangan matanya ke sekeliling. Dia melihat gelang giok milik keluarganya sudah berada di atas ranjang tepat di sebelahnya. Saena sangat senang sekali, tanpa ragu gadis itu segera mengambil tasnya dan bersiap kabur dari dalam kediaman Yu Silan.

Nuan terkejut melihat Saena berlari menuju ke arah pagar pembatas kediaman Yu Silan. Sambil memeluk sapunya Nuan menatap Saena yang sedang bersusah payah untuk memanjat.

“Li Wei? Turun kamu! Hei! Kamu bisa terjatuh! Pagar ini terlalu tinggi! Sebenarnya apa yang kamu lakukan!?” Teriakan Nuan membuat Yu Silan terjaga dari tidurnya. Tak lama kemudian pria itu pergi untuk melihat di mana sumber suara berasal.

Yu Silan berdiri menatap Saena sambil melipat kedua tangannya, melihat Yu Silan di sana Nuan segera undur diri dan pergi.

Saena tidak mau menyerah, gadis tetap terus memanjat tanpa peduli kalau dinding itu terlalu tinggai dan mustahil dia bisa melompat keluar melewati pagar tersebut. Saena tergelincir, tubuhnya jatuh. Spontan Yu Silan menangkap tubuh gadis itu dalam gendongannya.

“Tuan Yu..” Saena terpaku menatap wajah pria yang selama ini dipandang sebelah mata olehnya. Yu Silan memang pria sempurna walau terkenal arogan dan sombong.

“Apa yang kamu lakukan di atas pagar?” Tanyanya seraya menurunkan tubuh Saena dari dalam gendongannya.

“Aku ingin menangkap layang-layang..”

“Di mana layang-layangnya? Bahkan di saat cuaca dingin seperti sekarang ini, tidak akan ada angin bertiup. Bagaimana bisa layang-layang itu sampai di atas pagar yang begitu tinggi?” Yu Silan menggelengkan kepalanya, pria itu segera memutar tubuhnya dan pergi.

Saena memilih tetap diam di tempat. Yang ada di dalam benaknya hanyalah cara untuk keluar dari dalam kediaman pria tersebut.

“Kenapa masih di sana? ikut aku.” Tegur Yu Silan pada Saena, pria itu melambaikan tangannya meminta Saena agar segera berjalan mengikutinya.

Ragu-ragu Saena segera berlari kecil mengekor Yu Silan. Sampai tepat di depan pintu kamar Yu Silan langkah kaki Saena terhenti, gadis itu tidak berani masuk ke dalam.

“Jangan-jangan, aku sudah ketahuan!” Saena memejamkan matanya rapat-rapat. Dia sangat takut dan cemas.

“Masuklah.” Yu Silan sedang berdiri memunggungi Saena, pria itu melepaskan piyama tidurnya.

Saena masuk ke dalam lalu segera menutup pintu kamar Yu Silan, tetap berdiri menghadap pintu tanpa berani memutar tubuhnya. Saena mendengar langkah kaki Yu Silan semakin dekat dengannya. Pria itu hanya berjarak satu meter darinya, kembali melangkah dan kini tubuh atletis milik Yu Silan sudah menempel pada punggung Saena.

“Tuan Yu..” Saena menoleh ke samping, Yu Silan menepikan rambut panjang Saena. Bibir pria itu begitu dekat dengan bibirnya, Saena sangat cemas sekali, kepalanya tidak bisa berpikir jernih karena diperlakukan demikian oleh Yu Silan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel