Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Iblis Yu Silan

“Ya, sepertinya aku memang harus segera masuk ke dalam. Kali ini aku tidak mau iblis itu membunuhku dengan racun yang sama!” Ucapnya dalam hati.

Di dalam ruangan kerjanya, Yu Silan sedang memainkan gelang giok milik Saena. Pria itu sengaja memperlihatkan benda tersebut di depan mata Saena seolah-olah benda itu adalah miliknya sendiri. Yu Silan bersandar santai pada kursi kerjanya seraya menatap gelang tersebut tepat di depan wajahnya. Saena yang baru saja masuk ke dalam ruangan, begitu melihat gelang giok dengan ukiran nama keluarga besarnya itu langsung melotot. Apalagi Yu Silan sengaja melemparkan benda berharga itu ke atas hingga mengudara lalu kembali menangkapnya dalam genggaman.

Saena mulai gugup, gadis itu berjalan mendekat ke arah meja kerja Yu Silan tanpa menunggu perintah dari pria tersebut.

“Tu-Tuan Yu.”

“Hem!” Sahut Yu Silan santai seraya melemparkan benda itu lebih tinggi dari sebelumnya,sampai-sampai gelang tersebut terlempar ke depan dan Saena yang sedari tadi merasa cemas segera melompat untuk menangkapnya tanpa peduli dengan meja kaca di dekat sofa. Dengan cekatan Yu Silan menangkap gelang tersebut seraya menyangga pinggang Saena dalam hitungan detik! Usaha Saena sia-sia, kini gadis itu malah tinggal di dalam dekapan Yu Silan.

“Tuan Yu?” Ucapnya dengan suara pelan sambil menatap kedua bola mata bagai elang milik Yu Silan.

“Masih tidak ingin mengatakan apa-apa padaku?” Sahut Yu Silan seraya melepaskan pinggang Saena.

“Aku, sebenarnya.. aku sudah ditipu!” Serunya cepat, Saena menatap ke sekitar. Gadis itu mengerjapkan kedua bola matanya yang kini mulai berair. “Maafkan aku,”

Yu Silan membungkuk tepat di depan wajah Saena, sementara Saena yang tadinya sedih dan suah meneteskan air mata segera menjauhkan wajahnya ke belakang.

“Jangan menipuku dengan air mata, ini cara amatir dan tidak berguna.” Ucapnya dengan ekspresi datar.

“Wah, waah! Keterlaluan sekali! Aku sungguh-sungguh sedang bersedih!” Kini Saena tidak bisa menahan semua perasaannya lagi. Toh semua tentangnya sudah diketahui oleh Yu Silan.

“Bersedih? Omong kosong! Banyak wanita tak terhitung jumlahnya.. kamu tahu apa yang dilakukan oleh wanita tak terhitung jumlahnya itu?” Yu Silan bertanya seraya membungkuk menatap kedua mata Saena dalam jarak dua puluh sentimeter. Saena hanya menggelengkan kepalanya.

“Mereka berlomba-lomba untuk naik ke atas ranjangku!” Lanjut Yu Silan dengan satu senyum penuh ejekan.

“Apa pria ini sudah kehilangan kewarasannya? Apa dia tidak menilai betepa cantiknya wajahku? Selain menilai dirinya sendiri?” Saena bertanya-tanya di dalam hati.

“Tuan Yu sepertinya salah paham.” Saena berniat mengambil benda warisan keluarga besarnya dari genggaman Yu Silan. Tapi pria itu malah menjauhkan tangannya ke atas dengan sengaja. “Benda itu milik keluargaku, Papaku bisa membunuhku jika aku sampai kehilangannya.” Ucap Saena.

Yu Silan tidak bisa mempercayai ucapan Saena begitu saja, pria itu kembali menatap gelang giok itu dengan cermat di depan wajahnya. “Oh, bagaimana jika Papamu tahu benda ini berada di dalam genggaman seorang Yu Silan?”

“Papaku akan meminta Tuan Yu untuk..” Saena menggigit bibir bawahnya sendiri, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan agar Yu Silan bersedia mengembalikan benda itu padanya.

“Untuk apa? Lanjutkan ucapanmu!” Yu Silan memicingkan kedua matanya, pria itu memutar tubuhnya dan berdiri dalam jarak dekat dengan Saena.

“Menikahiku..”

“Bagus, kalau begitu katakan pada Papamu. Tuan besar Abraham akan segera tahu kalau putri satu-satunya sudah menyelinap dan naik ke atas ranjang Yu Silan!” Serunya dengan penuh semangat.

Saena menelan ludahnya sendiri. “Saharusnya hasilnya tidak seperti ini!” Keluh Saena sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Jadi? Bagaimana seharusnya?” Yu Silan mendekatkan wajahnya, bibir pria itu kini menyentuh ujung hidung Saena.

Saena hanya mampu berdiri diam di tempat, gadis itu melambatkan kelopak matanya seraya membalas sorot mata tajam milik Yu Silan. Perlahan Saena menjauhkan wajahnya ke belakang, dan sialnya tubuhnya hampir terjengkang dan jatuh ke atas sofa. Karena panik tanpa pikir panjang Saena berpegangan pada dasi yang dikenakan Yu Silan.

Yu Silan melotot kaget tatkala tubuh atletisnya mendadak ikut jatuh ke depan menimpa tubuh Saena dengan kedua bibir menyatu.

“Ummmm!” Saena segera melepaskan genggaman tangannya dari dasi Yu Silan beralih menggenggam kedua bahu pria tersebut.

“Kamu ingin sekali lagi melakukannya denganku? Penasaran ingin mengetahui kekuatanku yang sebenarnya? Kali ini tidak ada obat sama sekali, aku dalam keadaan sadar seratus persen!” Tanya Yu Silan beruntun. Yu Silan menatap gaun sepanjang lutut yang kini membalut tubuh Saena. Ada tali kecil di belakang tengkuk gadis itu, dan sekali tarik maka gaun pendek lengan panjang warna putih itu akan terlepas dari tubuh Saena.

“Tidak! Aku sudah bilang aku melakukan itu kemarin karena aku ditipu. Aku sama sekali tidak berniat untuk menggoda Tuan Yu.” Serunya sambil mendorong dada Yu Silan agar menjauh darinya. Sia-sia saja, Yu Silan tidak bersedia menggeser tubuhnya walau hanya sedikit.

“Aku tidak percaya padamu, aku jelas-jelas melihatmu sangat menikmatinya!” Yu Silan mencengkeram dagu Saena. Saena panik Yu Silan sudah melabuhkan bibirnya pada bibir Saena, gadis itu meremas kuat-kuat kedua bahu Yu Silan seraya memejamkan kedua matanya.

“Ah! Sama sekali tidak menyenangkan!” Yu Silan mencampakkan dagu Saena begitu saja, pria itu segera berdiri dan berjalan kembali menuju ke arah meja kerjanya.

Saena langsung menyentuh kedua pipinya sendiri, ingatannya begitu jelas kalau Yu Silan baru saja mencium bibirnya. Wajah Saena memerah.

“Kamu ingin rebah sepanjang hari di sofa?” Tegur Yu Silan padanya.

Saena segera bangun dan mendekati meja kerja Yu Silan.

“Apa Tuan Yu ingin memintaku untuk melakukan sesuatu?”

“Periksa berkas ini, cari kesalahan di dalamnya.” Menyodorkan map pada Saena.

“Bagaimana jika tidak ada yang salah?”

“Kalau tidak ada yang salah, saat proyek dilangsungkan dan ternyata ada kesalahan di dalamnya maka kamulah yang harus bertanggung jawab atas semua kesalahan yang terjadi itu!” Yu Silan mengetuk sampul map tersebut di atas meja kerjanya. Wajah Yu Silan terlihat marah. Saena segera membawa berkas tersebut menuju ke sofa untuk dia periksa lembar demi lembar.

“Emosinya buruk sekali.” Gumam Saena karena tidak mengerti apa isi dalam berkas yang sedang dia baca berulangkali itu.

Satu jam berlalu, Yu Silan menatap jam pada pergelangan tangannya.

“Sudah selesai?”

Saena nampak gugup sekali, dia segera mendekatkan berkas tersebut untuk menutipi wajahnya lalu mengintip wajah Yu Silan dari atas berkas itu. Dan ternyata Yu Silan sudah berdiri tepat di hadapannya, pria itu membungkuk sambil menggenggam berkas itu dengan tangan kanannya.

“Berikan padaku berkasnya!”

“Emm!” Saena menggelengkan kepalanya. Saena terlihat takut dan gugup.

“Kenapa?! Aku harus segera menandatanganinya!” Bentak Yu Silan dengan tidak sabar.

Bukannya memberikan berkas tersebut, Saena malah menyembunyikannya di belakang punggungnya.

“Tuan Yu tidak boleh mengambilnya, aku belum selesai memeriksanya.” Ucap Saena dengan bibir cemberut.

“Heh! Dasar bodoh.” Yu Silan menekan kening Saena menggunakan jari telunjuknya. “Berikan berkasnya padaku. Cepatlah!” teriaknya dengan tidak sabar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel