Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Amarah Yu Silan

“Kamu tidur di dalam ruangan kerjaku?! Kamu tidur di sini?!” Tanya Yu Silan dengan nada membentak. Pria itu merasa kesal dan marah. Yu Silan mengepalkan tangannya.

“Memangnya apa yang harus aku lakukan? Tuan Yu juga tidak memberikan pekerjaan apa-apa padaku.” Ucapnya pada Yu Silan. Gadis itu menunggu Yu Silan kembali membuka kata. Namun pria itu hanya menatap wajah Saena sekilas, lalu kembali menatap ke arah berkasnya.

“Ya, tapi kamu tidak sopan! Masa tidur di dalam ruangan kerjaku?!” Protes Yu Silan padanya.

Saena tidak bisa berkata-kata, gadis itu hanya duduk diam dan terus menunggu. Sampai jam makan siang tiba, Yu Silan berdiri dari kursinya. Saena juga ikut berdiri, gadis itu ingin pergi makan siang di kantin perusahaan karena perutnya terasa lapar.

“Hei!! Mau ke mana kamu?” Bentak Yu Silan padanya.

“Perutku lapar sekali, sekarang sudah waktunya makan siang. Apakah aku tidak boleh pergi makan siang?” Tanyanya pada Yu Silan sambil meremas tali tasnya.

Yu Silan merasa tidak enak hati, pria itu mengibaskan tangan kanannya. Sengaja mengisyaratkan agar gadis itu pergi keluar dari dalam ruangan kerjanya.

Saena senang sekali, gadis itu merasa sudah terbebas dari tahanan Yu Silan. Dengan senyum cerah Saena berjalan melewati koridor menuju ke kantin perusahaan. Xue Zhang melihat Saena keluar dari dalam ruangan kerja Yu Silan. Pria itu segera masuk ke dalam ruangan kerja atasannya tersebut.

“Presdir Yu.”

“Awasi gadis itu, jangan sampai dia kabur di tengah jam kerja. Sudah, sana!” Usirnya pada Xue Zhang. Padahal dalam hati Yu Silan dia tidak ingin kalau sampai Saena tersesat. Gadis itu terlalu naif dan lugu dalam penilaiannya.

“Baik Presdir.” Sahutnya dengan tubuh membungkuk hormat.

Xue Zhang keluar dari dalam ruangan, pria itu mengikuti ke mana Saena pergi. Sudah cukup lama Xue Zhang mengikutinya, namun Saena tidak menuju ke kantin, gadis itu hanya berputar-putar keliling perusahaan.

“Di mana kantinnya? Perutku lapas sekali, sejak tadi aku tidak melihat ada kantin di sekitar sini.” Gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Xue Zhang sejak tadi mengikutinya, dia tidak sadar kalau jarak antara dirinya dengan Saena terlalu dekat. Kebetulan Saena menoleh padanya, gadis itu segera menunjuk wajah Xue Zhang.

“Kamu?!” Tegurnya seraya berjalan mendekatinya. “Hei!” Panggil Saena lantaran Xue Zhang bersiap memutar badan dan pergi. Pikir Xue Zhang, Saena mengetahui apa yang dia lakukan di sana.

“Nona?”

“Kamu bisa menunjukkan di mana kantinnya?”

Xue Zhang tidak menyangka Saena akan menanyakan kantin dan bukan memarahi dirinya karena terus mengekor gadis itu sejak beberapa waktu lamanya. Xue Zhang berpikir kalau Saena sama sekali tidak mencurigainya.

“Ada di sana.” Tunjuk Xue Zhang padanya.

Kantin memang sudah tidak jauh dari posisi mereka berdua sekarang. Tanpa ragu Saena segera menuju ke sana. Xue Zhang dengan santai mengikutinya dan menemani selama Saena menikmati makan siangnya di kantin. Usai makan siang Xue Zhang kembali mengantarkan Saena menuju ke ruangan Yu Silan.

“Siapa namamu? Tuan asisten?” Tanya Saena pada Xue Zhang.

“Xue Zhang.” Sahutnya dengan sopan.

“Hm.” Saena manggut-manggut, lalu menoleh pada Xue Zhang sambil meringis. Gadis itu tidak bertanya lagi.

Saat menggenggam tali tasnya Saena tiba-tiba teringat dengan gelang milik keluarganya yang hilang. Ada keinginan dalam hati untuk menemukan gelang tersebut.

Keduanya sudah tiba di depan ruangan kerja Yu Silan, Xue Zhang segera mengetuk pintu dan mempersilakan Saena untuk masuk ke dalam.

“Silakan, Nona.”

“Hem.” Angguk Saena dengan senyum lembut.

Yu Silan melihat wajah penuh senyum itu. “Bahkan dia masih bisa tersenyum di saat situasi seperti ini? Gadis ini benar-benar tidak bisa aku mengerti. Apakah mungkin selama ini dia sudah terbiasa tinggal bersama dengan banyak pria?” Tanyanya pada dirinya sendiri dengan suara pelan.

Xue Zhang sudah pergi, kini Saena sedang berjalan menuju ke arah meja kerja Yu Silan. Gadis itu menatap wajah penuh ekspresi dingin milik pria tersebut.

“Tuan Yu?” Tegurnya pada Yu Silan. “Em, apakah Tuan Yu sudah memikirkan apa yang harus aku kerjakan di sini siang ini?” Tanyanya dengan suara pelan.

“Tidak ada.” Sahut Yu Silan cepat.

“Maksud Tuan?” Saena menatap wajah Yu Silan dengan ekspresi bingung. Dia tidak megerti kenapa Yu Silan malah menjawab seenaknya seperti itu. “Padahal Papaku sangat berharap kalau aku menjadi orang berguna.” Gumam gadis itu pada dirinya sendiri.

“Kamu memang tidak becus bekerja, ah.. buatkan aku kopi saja.” Perintahnya pada Saena.

“Ko-kopi?” Ulang Saena, gadis itu semakin terlihat bingung dan tidak mengerti kenapa Yu Silan malah memerintahkan dirinya untuk membuatkan kopi untuknya.

Dan mau tidak mau Saena segera pergi untuk membuatkan kopi lalu mengantarkannya pada Yu Silan.

“Ini kopinya, Tuan Yu.”

“Terlalu manis.”

Saena mengangguk lalu membawanya kembali, dan membuatkan yang baru untuknya.

“Tuan..”

“Terlalu pahit!”

Tiga kali Saena kembali,

“Terlalu panas!”

“Terlalu dingin!”

“Aku tidak suka kopi susu!”

“Ini air cucian apa kopiiii?!”

Saena berjalan dengan kedua kaki diseret, kopi terakhir yang dia seduh untuk Yu Silan juga tetap ditolak oleh Yu Silan.

“Sepertinya, Yu Silan iblis keparat itu bukan tidak ingat! Tapi pria itu sengaja melakukan ini untuk membuatku sengsaraaaaa!” Teriaknya lantang, dalam hati.

Saena sudah sangat lelah, dia tidak bisa jalan bolak-balik lagi. Bahkan mata kakinya lecet karena high heels yang dia kenakan hari ini. Saena berjalan dengan punggung membungkuk, gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas meja kerja Yu Silan. Pria itu langsung menarik lengannya agar berdiri kembali.

“Tuan Yu.. bilang saja kalau kamu sangat membenciku, teriak saja padaku kalau kamu tidak menyukaiku. Jangan diam dan..”

“Apa maksudmu, aku hanya memintamu untuk membuatkan kopi tapi kamu tidak becus melakukannya. Jadi siapa yang salah? Kamu yang tidak bisa membuat kopi apa aku yang sudah memintamu untuk membuat kopi?” Yu Silan menunjuk-nunjuk wajah Saena menggunakan jari telunjuknya.

“Tuan Yu..” Saena ingin sekali melemparkan kemarahan pada Yu Silan. Gadis itu sudah mengepalkan kedua tangannya.

“Baiklah, besok kamu tidak perlu datang lagi ke perusahaan! Aku akan menghubungi Tuan Abraham.” Ujarnya sambil merapikan jasnya.

Saena panik sekali, gadis itu langsung mencekal lengan Yu Silan. “Tidak boleh!” Saena menatap wajah Yu Silan sambil menggelengkan kepalanya. “Kondisi kesehatan Papaku kurang baik, jangan melaporkan padanya.”

“Baiklah.” Yu Silan menarik lengannya dari genggaman Saena. “Kalau begitu datanglah kembali besok. Aku akan membuat daftar pekerjaan untukmu. Kamu tidak boleh protes, tidak boleh menolak, dan tidak boleh menyumpah!”

“Terima kasih Tuan Yu!” Saena memaksakan senyum pada bibirnya, gadis itu membungkuk memberikan hormat pada Yu Silan. Yu Silan bersama Xue Zhang berjalan bersama meninggalkan ruangan kerja tersebut.

Selanjutnya Saena mengambil tasnya, gadis itu juga ikut pergi meninggalkan ruangan kerja Yu Silan.

Setibanya di kediaman Abraham, Saena segera merapikan bajunya yang kusut juga rambut panjangnya yang berantakan. Dia tidak ingin ayah dan ibunya tahu kalau Yu Silan memperlakukan dirinya seperti seorang pelayan di Ailen Group.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel