Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Hati yang gatal

“Ah, maaf, sepertinya tanganku terlalu licin.” Dengan senyuman sinis penuh ejekan, Antonio menggenggam pergelangan tangan kanannya, pria itu sengaja berpura-pura sedang meregangkan ototnya tangannya.

Dengan kesal Yu Silan langsung menyambar pergelangan tangan Antonio, dengan gerakan gesit dalam waktu singkat tubuh Antonio terhempas dan jatuh di lantai. “Sraat! Braaak!” Gerakan yang Yu Silan lakukan terlihat sangat natural sekali. Yu Silan begitu senang melihat Antonio tengkurap di atas lantai. Pura-pura tidak melakukan apapun, Yu Silan membungkuk di samping kepala Antonio.

“Maaf tanganku licin sekali! Padahal aku hanya ingin menjabat tangan Kakak untuk berterimakasih.” Ucapnya sambil tersenyum lalu menuju ke meja kerjanya untuk memeriksa berkasnya.

Dengan wajah kesal Antonio segera bangkit berdiri, pria itu merapikan kembali jasnya dan berjalan cepat menuju pintu, dengan suasana hati kacau Antonio keluar dari dalam ruangan kerja Yu Silan.

Sepuluh menit kemudian,

“Tok, tok, tok!” ketukan pintu di luar ruangan kerja Yu Silan membuat aktivitas pria itu terhenti sejenak. Sejak Antonio keluar dari dalam ruangan kerjanya, Yu Silan sedari tadi duduk berjongkok di sebelah meja kerjanya untuk memunguti berkasnya yang berhamburan. Jemarinya kini terhenti lalu ia segera membuka suara pada seseorang yang sudah menunggu di luar ruangan kerjanya.

“Masuk!” Seru Yu Silan pada seseorang di luar sana.

“Presdir Yu, saya sudah menemukan gadis yang Anda cari.” Lapor Xue Zhang pada Yu Silan.

“Sekarang, di mana wanita itu?” Tanya pria itu seraya kembali melanjutkan mengambil berkasnya dari lantai.

“Dia di sini, Presdir.”

Xue Zhang melambaikan tangannya pada Jia Li. Jia Li segera menggandeng lengan Saena, gadis itu membawanya masuk dengan paksa ke dalam ruangan Yu Silan. Saena panik dan takut, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Gadis itu meremas tali tasnya sambil berdiri dengan kedua kaki gemetar.

“Kalian keluar dari dalam ruangan kerjaku, tinggalkan dia di sini!” Perintahnya pada Xue Zhang dan Jia Li.

“Baik, Presdir.” Ucap dua orang itu bersamaan.

Yu Silan menoleh sejenak ke arah Saena. Gadis itu menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil menatap kedua sepatu yang membalut kedua kakinya.

“Aku sudah meminta Papaku untuk menghubungi Ayahmu,”

“Jangan Tuan! Saya mohoon..” Saena langsung memotong ucapan Yu Silan sambil berlari dan duduk bersimpuh di depan Yu Silan.

Yu Silan menelan ludahnya menatap reaksi gadis di hadapannya itu. Sudah jelas Saena adalah gadis manja dan bodoh.

“Pantas saja Antonio menggunakannya, gadis ini terlalu lugu dan mudah ditipu.” Gumam Yu Silan seraya menatap wajah Saena dengan tatapan tajam.

“Enak saja mengataiku bodoh! Jika kamu tidak menyebut nama Papaku! Mustahil aku bersimpuh seperti pengemis di depanmu!” Geram Saena dalam hati.

“Bangunlah.” Perintah Yu Silan padanya.

Saena segera berdiri, gadis itu berniat pergi begitu saja.

“Hei, mau ke mana kamu?” tanyanya pada Saena. “Punguti sisa berkas ini dan letakkan di atas meja kerjaku.” Perintah Yu Silan padanya. Yu Silan segera duduk di kursi meja kerjanya, dengan santai pria itu bersandar di kursi sambil menatap Saena yang kini sibuk memunguti berkas di lantai sebelah meja kerjanya. Tanpa sengaja pandangan mata Yu Silan menangkap isi dalam rok pendek yang Saena kenakan. Ternyata kedua kaki gadis itu memang sangat bagus dan mulus serta penutup yang digunakan untuk membalut organ intim milik Saena terlalu tipis, tidak mampu menyamarkan bentuk yang begitu jelas di dalamnya. Yu Silan merasa pemandangan itu sangat berbahaya, pria itu kembali teringat dengan kejadian semalam. Dengan gusar Yu Silan segera melonggarkan dasi pada lehernya.

“Kenapa lama sekali? Kamu ingin aku memulangkanmu pada keluargamu?” Tawar Yu Silan lantaran merasa kalau Saena memang gadis manja dan tidak becus melakukan pekerjaan apapun di perusahaan.

“Tidak! Jangan!” Seru gadis itu lalu segera berdiri dan meletakkan lembaran kertas yang dia kumpulkan dari lantai di atas meja Yu Silan. “Ini berkasnya.” Ucapnya sambil membungkuk hormat pada pria tersebut.

“Duduklah,” perintah Yu Silan seraya menunjuk kursi di depan meja kerjanya.

Saena segera duduk di sana, menuruti perintah dari Yu Silan.

“Aku dengar kamu memilih perusahaan lain untuk melaksanakan magang. Kenapa kamu tidak memilih perusahaan Ailen?” Tanyanya pada Saena.

Saena hanya mengernyitkan keningnya. Dia tidak menyangka akan mendengar pertanyaan tidak masuk akal dan di luar bayangan dalam kepalanya. Pikirnya Yu Silan memanggilnya datang untuk menyalahkan dirinya karena kejadian semalam bukan malah bertanya kenapa dia tidak pergi ke Ailen.

“Aku rasa kepala pria ini terbentur semalam, dia tidak ingat siapa aku?” Gumam Saena dalam hatinya.

“Aku merasa tidak cocok berada di sini. Perusahaan Ailen terlalu besar, sementara aku baru memulai.. dan untuk masuk ke sini aku..”

“Kenapa berbelit-belit sekali! Braak!” Potong pria itu, Yu Silan sengaja membentak sambil menggebrak meja. “Jawab saja apa yang kamu pikirkan, keluarkan saja semua yang ada di dalam kepalamu itu!” Perintah Yu Silan.

Saena menelan ludahnya, wanita itu menekan dadanya sendiri karena kaget sekali. “Mengeluarkan isi kepala? Jadi aku harus melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan semuanya?” tanyanya dengan kedua mata mengerjap. Hanya itu yang terlintas di dalam benak Saena lantaran dia terlalu takut dan sangat terkejut. Seumur hidupnya dia tidak pernah dibentak seperti itu.

Yu Silan hanya bisa melongo sambil menggelengkan kepalanya. Pria itu segera berdiri dari kursinya lalu mendekatkan wajahnya di depan wajah Saena. Gadis itu kaget sekali, Yu Silan memegangi kedua sisi sandaran kursi yang diduduki Saena.

“Aku tidak yakin kamu putri dari keluarga Abraham.. Sangat jauh dari ekspetasi!” Desis Yu Silan tepat di depan wajah Saena.

Saena membuka mulutnya lebar-lebar, gadis itu tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

“Hah?!”

Yu Silan segera menarik mundur wajahnya dari depan Saena, pria itu mengusap wajahnya lalu kembali duduk di kursinya. Yu Silan hanya menatap wajah Saena tanpa bicara apa-apa lagi.

Karena tidak sabar, Saena segera mengajukan pertanyaan pada Yu Silan.

“Boleh aku tahu kenapa Tuan Yu memanggilku ke sini?”

“Untuk magang, apa lagi memangnya?”

Saena mengerjapkan kedua matanya, gadis itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan di dalam ruangan dan hanya tinggal berdua dengan pria tersebut. Diam-diam Saena merasa beruntung karena Yu Silan sama sekali tidak membahas apapun tentang kejadian pada malam kemarin. Pikir Saena pria itu tidak mengingatnya.

“Jadi Yu Silan memanggilku ke sini bukan untuk membahas semua yang terjadi kemarin? Pria ini sepertinya tidak terlalu jahat.” Gumam Saena dalam hati.

Yu Silan hanya memeriksa berkasnya, pria itu tidak begitu mempedulikan keberadaan Saena di dalam ruangan kerjanya tersebut. Beberapa menit berlalu, tanpa sadar Saena mulai menguap. Gadis itu sangat mengantuk karena sejak tadi hanya duduk di kursi tanpa melakukan apapun sama sekali.

“Huaaaahhh!”

“Braaak!”

Saena sangat kaget sekali, gadis itu langsung membelalakkan kedua matanya. Dia menatap ke arah Yu Silan. Pria itu sedang menatap ke arah kedua bola matanya dengan sorot mata tajam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel