Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Persiapan ke perusahaan

“Hahahaha!” Antonio tertawa keras sekali. Dengan puas pria itu terus menyaksikan tayangan di dalam layar kaca dalam kamarnya. Baginya Yu Silan pasti sudah kalah telak olehnya. “Akhirnya aku bisa menjatuhkanmu! Kamu tidak akan bisa bersikap sombong lagi di depanku!” Ucapnya dengan wajah penuh kepuasan.

Di sisi lain, Saena sedang duduk di dalam taksi. Gadis itu cemas sekali jika sampai kedua orangtuanya mengetahui tindakan yang dia lakukan pada malam ini. Apalagi Saena juga tahu kalau hubungan antara keluarga Abraham dengan keluarga Kevan Yu cukup baik. Namun dia sama sekali tidak tahu menahu kalau keluarga besarnya memiliki hutang dana begitu besar demi kelangsungan perusahaan keluarga mereka.

“De Fayer Group milik Papa selama ini memiliki banyak anak perusahaan yang terus berkembang, kenapa aku bisa percaya dengan selembar kertas yang ditunjukkan oleh Antonio Cassano padaku? Hanya karena selembar kertas aku sudah-su-sudah naik ke atas ranjang Yu Silan! Jangan-jangan pria serakah itu sudah menipuku!” Keluh Saena seraya menjambak rambutnya sendiri. Ada rasa sesal di dalam hatinya lantaran sudah memutuskan untuk bertindak tanpa menyelidiki kebenaran dari laporan yang ditunjukkan oleh Antonio padanya. “Aku sudah terlanjur tidur dengan Yu Silan! Aku tidak punya muka lagi di hadapan pria itu! Jangan sampai aku bertemu lagi dengannya.. hidupku benar-benar sudah berakhir.” Saena terus mengaduk rambutnya sendiri sampai acak-acakan.

Sampai di rumah, pelayan dalam kediaman Abraham datang menyambut. Nyonya Abraham mengukir senyum lembut melihat putrinya baru tiba di rumah.

“Bagaimana pestanya? Apa Tuan Kevan menerima hadiah yang aku titipkan padamu?” Tanya Abraham pada Saena, putri satu-satunya itu sudah mewakili dirinya untuk pergi ke pesta malam ini, karena kondisi kesehatannya yang kurang begitu baik akhir-akhir ini.

“Sudah, Pa.” Saena menjawab sambil menundukkan wajahnya. “Pa, karena besok Saena ada magang. Saena naik dulu ke kamar untuk beristirahat.” Pamit gadis itu pada ayahnya.

“Ya sudah, masuklah ke dalam kamarmu.” Seru Abraham pada Saena. Nyonya Abraham segera menggandeng lengan suaminya untuk beristirahat di dalam kamar. Sejak tadi Abraham menunggu Saena untuk menanyakan perihal hadiah itu. Melihat Saena kembali dia sudah merasa lega.

Saena berusaha berjalan dengan benar, kedua kakinya masih terasa sakit dan gemetar akibat ulah Yu Silan tiga puluh menit lalu.

Gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Tanpa melepaskan gaunnya Saena pergi ke kamar mandi. Jemarinya yang lentik memutar keran untuk menyalakan shower. Tubuhnya yang penat dan sakit mulai agak mereda lantaran air hangat yang jatuh dari atas kepalanya dan menyiram seluruh tubuhnya. Saena memejamkan kedua matanya, dia masih teringat dengan kejadian yang menimpanya malam ini.

“Bagaimana jika aku hamil?! Aku-aku tidak ingin Papa sedih!” Serunya seraya membenturkan keningnya pada dinding kamar mandi untuk melepas rasa gelisah dalam hatinya.

Keesokan harinya.. Saena sudah bersiap untuk pergi magang di perusahaan. Dia belum tahu di mana perusahaan yang menjadi tujuannya pagi ini.

Saat ini Saena sedang duduk untuk menikmati sarapan pagi bersama dengan papanya dan juga mamanya. Saena didapati sedang melamun, ibu gadis itu segera menegur.

“Saena, sayang? Apa yang kamu pikirkan? Bukannya perusahaan tempatmu magang sudah menerimamu? Mama dengar dari Papamu kalau kamu masuk ke dalam perusahaan besar di kota.” Nyonya Abraham mengukir senyum pada bibirnya.

Saena tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya malah terlihat bahagia sekali di atas penderitaan yang dia alami semalam.

“Wajah-wajah cerah mereka ini, sama sekali tidak menunjukkan kalau perusahaan kami sedang mengalami penurunan! Jangan-jangan selembar kertas itu benar-benar palsu! Antonioooo! Awas kamu!” Geram dalam hati Saena seraya meremas gagang garpu dalam genggaman tangan kanannya. Dengan kasar Saena mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya.

“Saena?” Tegur Bai Yumei pada putrinya sambil mengusap lembut punggung Saena.

“Ah iya, Ma.” Sahut gadis itu dengan wajah sedikit panik. Saena berusaha tersenyum untuk mengusir cemas di dalam hatinya. Dia juga tidak ingin menunjukkan kegelisahan yang ingin dia sembunyikan dari kedua orangtuanya.

“Triiing!” Dering ponsel Abraham membuat dua wanita itu bersamaan menatap ke arah Abraham.

Pria itu segera menerima panggilan tersebut.

“Halo? Ah iya-iya! Terima kasih Tuan Besar Yu. Ya, putriku sudah siap, dan sebentar lagi akan berangkat ke sana. Mohon bimbingannya, Tuan! Hahaha!” Abraham berdiri dari kursinya, pria itu terlihat senang sekali menerima telepon dari seberang sana.

Sementara Saena melotot bingung, gadis itu mendengar ayahnya menyebut-nyebut nama Yu. Dan dia juga akan dikirimkan ke sana. Karena tidak bisa menahan rasa cemas dan penasaran dalam hatinya, Saena segera berdiri dan menyusul ayahnya untuk bertanya.

Saena melihat ayahnya tersenyum cerah sedang berdiri di ruangan utama. Pria itu baru saja menutup panggilan pada ponselnya.

“Papa? Tadi.. itu,” dengan gugup Saena menunjuk ponsel ayahnya. Gadis itu tidak tahu harus memulai pertanyaan dari mana. Di sisi lain dia tidak ingin ayahnya tahu tentang tindakannya semalam. Di sisi lain dia tidak mau menahan rasa penasaran dalam hatinya lagi.

“Ah iya, mulai sekarang kamu akan magang di Ailen Group! Hahahaha!” Abraham tertawa keras sekali, pria itu berjalan menuju ke ruang makan sambil memeluk bahu putri semata wayang kesayangannya.

Bagai disambar petir di siang bolong Saena spontan berteriak histeris.

“Tidaaaaakkkk!”

Abraham dan Bai Yumei melongo menatap ke arah Saena yang kini berdiri sambil menjambak rambut panjangnya sendiri.

“Saena?” Tegur Bai Yumei pada anak gadisnya.

“Kamu tidak mau masuk ke dalam Ailen?!” Nada suara Abraham terdengar sangat tidak senang.

Saena menatap ke arah ayah dan ibunya, dengan cepat gadis itu langsung menggelengkan kepalanya. “Bu-bukan! Pa, Ma, maksud Saena. Tidak mungkin Saena yang masih awam ini diterima di-di sana..” ucapnya sambil meringis lalu buru-buru duduk di kursi meja makan. Dengan wajah panik gadis itu mengambil gelasnya lalu meneguk isinya demi menenangkan hatinya.

“Bagus sekali! Buaak! Buakk!” Abraham tersenyum sambil memukul punggung Saena dengan agak keras. Isyarat tersebut merupakan keputusan telak yang tidak boleh ditolak oleh Saena.

“Bagaimana bisa tiba-tiba di Ailen Group!? Jangan-jangan ini ulah Antonio sialan itu! Awas saja! Aku akan mencincang penipu itu!” Sumpahnya dalam hati.

“Cepat bersiaplah, ah, jangan memakai baju seperti ini. Kenapa putri Papa yang cantik malah berpenampilan seperti cleaning sevice? Ma, bantu putrimu untuk bersiap!” Serunya dengan senyum sumringah. Bai Yumei segera membawa Saena untuk bertukar baju kembali.

“Aku tidak menyangka ternyata putriku sudah dewasa.” Ucap Abraham setelah kedua wanita itu masuk ke dalam.

Di dalam kamar Saena. Bai Yumei sedang sibuk memilih baju yang cocok untuk putrinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel