Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Satu malam panas bersamamu

“Kamu mau ke mana? Aku belum selesai! Antonio pasti membayarmu mahal untuk menghiburku malam ini!” Desis Yu Silan sambil mencengkeram dagu Saena lalu mencampakkannya.

Saena memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Gadis itu tidak berani membuka kata sama sekali. Yu Silan sudah menyebut nama Antonio di depannya, dia cemas kalau Yu Silan sampai mengetahui kalau dirinya sebenarnya adalah putri satu-satunya dari keluarga besar Abraham yang terhormat!

Kini hanya tersisa penutup area sensitif milik gadis itu yang belum Yu Silan lepaskan.

“Tuan, akh, jangan..” Saena menggeliat, Yu Silan mulai memagut bukit kembar yang kini tinggal di dalam tangkupan telapak tangannya.

“Tubuhmu lumayan bagus,” bisik Yu Silan pada Saena kemudian memainkan ujung bukit kenyal itu menggunakan ujung lidahnya. Digigitnya dan dihisapnya pelan sampai Saena menggeliat akibat permainan lidahnya dan juga bibirnya. Yu Silan yang sedang dalam pengaruh obat tidak peduli lagi. Pria itu menarik lepas bajunya sendiri dan membuangnya ke lantai. Yu Silan menyusuri tubuh setengah polos itu menggunakan bibir dan juga lidahnya. Kini wajahnya sudah berada tepat di depan penutup tipis milik Saena. Kain tipis berwarna putih itu menjadi satu-satunya baju yang masih melekat pada tubuh Saena. Yu Silan menariknya lepas lalu membuangnya ke lantai, bibir Yu Silan mulai sibuk memainkan mainan barunya di bawah sana.

Perlahan Saena mulai menikmati kecupan dan permainan lidah Yu Silan. Gadis itu membuka kedua pahanya seraya menatap wajah Yu Silan yang kini berada di antara kedua pahanya.

“Ouuuhh, Tuan, ouhhh.” Saena menggeliat, tubuh gadis itu menggelinjang hebat.

Yu Silan dengan buas menyesap benjolan kecil di tengahnya, area intim Saena semakin basah akibat ulahnya. Yu Silan memainkan lidahnya, mendorong masuk lidahnya pada sisi bawah yang semakin basah akibat ulahnya itu. Tubuh Saena perlahan mengejang, rupanya gadis itu sudah sampai pada puncaknya.

“Seksi sekali.” Desis Yu Silan seraya merangkak naik, lalu menekan kedua paha Saena ke sisi samping. Pria itu mendorong masuk organ intim miliknya ke dalam. Sisi basah dan sempit milik Saena terasa sangat memanjakannya!

“Ouuhkkh, ahhh, Saena! Ouuh!” Yu Silan mulai mempercepat dorongan pinggangnya.

Saena menggigit bibir bawahnya merasakan nyeri teramat sangat pada organ intim miliknya. Gadis itu meremas kuat tengkuk Yu Silan. Saena tidak melakukan penolakan sama sekali dalam permainan panas tersebut. Tubuh Saena berulangkali tersentak naik akibat desakan keras dan berturut-turut pada organ intim miliknya.

“Ouukh, Tuaaan, ahhh..” Rasa sakit yang awalnya terasa pada organ intimnya kini mulai berubah menjadi rasa nikmat yang belum pernah dirasakannya. Saena terus merintih dan mendesah di bawah himpitan tubuh Yu Silan.

“Ah, milikmu sangat nikmat sekali, baby! Ouuhh! Aahhh..” Yu Silan mendesah nikmat seraya terus berpacu di atas tubuh Saena.

Sampai Yu Silan tiba pada klimaksnya, aktivitas tersebut baru berhenti dan Yu Silan berakhir ambruk menimpa tubuh Saena.

Perlahan-lahan Saena mendorong tubuh Yu Silan ke samping, gadis itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Saena menatap sprei yang tadi dia duduki, kini ada noda merah di sana yang dia tinggalkan.

“Aku harus pergi sekarang! Jika tidak pria ini akan menangkapku!” Ucapnya seraya bersiap turun dari atas ranjang Yu Silan. Saena sudah turun dari atas tempat tidur, gadis itu celingukan mencari gaun yang dicampakkan oleh Yu Silan beberapa jam lalu. Saat membungkuk untuk mengambilnya, tiba-tiba dia merasakan lengan kokoh merengkuh pinggangnya dari belakang. Saena menoleh ke belakang punggungnya. Ternyata Yu Silan memeluk dirinya dengan kedua mata terpejam.

“Dasar, pria ini!” Saena batal memungut gaunnya. Gadis itu segera merebahkan tubuh Yu Silan kembali ke atas ranjang, lalu menyelimutinya. Dengan tergesa-gesa gadis itu segera memungut gaunnya. Setelah memakai seluruh bajunya gadis itu berjalan mengendap-endap keluar dari dalam kamar. Langkah kaki Saena sudah tiba di ambang pintu kamar. Saat memegang gagang pintu dan hampir memutarnya, langkah kakinya tiba-tiba berhenti lantaran merasa ada sesuatu yang dia lupakan. Setelah satu menit berpikir keras gadis itu baru teringat dengan gelang milik keluarga besarnya. Niatnya untuk keluar dari dalam ruangan tersebut kembali tertahan. Saena kembali berjalan ke tengah ruangan untuk menemukan gelangnya.

“Ke mana perginya gelangku? Aku yakin tadi Yu Silan melemparkannya bersama dengan gaunku.” Ucapnya sambil menunduk untuk memeriksa kolong ranjang, Saena mengulurkan tangannya ke bawah ranjang.

Yu Silan nampak sudah tersadar, pria itu memukuli pelipisnya sambil membuka kelopak matanya perlahan. Yu Silan merasakan keberadaan seseorang di dalam kamar tersebut, dan dia menoleh ke samping.

Bersamaan dengan itu Saena segera membungkuk, hampir tiarap di lantai. Kedua pahanya terasa sangat nyeri dan sakit. Dan kini terpaksa harus sembunyi dari pria yang sudah mengambil kesuciannya itu.

Yu Silan merangkak ke tepi ranjang, pria itu menopang dagunya sambil menatap Saena yang kini memejamkan kedua matanya seraya sibuk menggapai kolong tempat tidur untuk menemukan gelangnya.

“Siapa kamu?” Tanya Yu Silan seraya mengulurkan tangannya, pria itu menggenggam dagu Saena dan memaksa wajah Saena agar mendongak menatap ke arah wajahnya.

Karena panik dan tidak ingin ketahuan identitasnya oleh Yu Silan, Saena segera menepis tangan Yu Silan dari dagunya.

“Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Aku bukan siapa-siapa!” Serunya seraya beranjak bangun dengan susah payah dari posisi tiarap, sangat sulit bagi Saena mencoba berdiri. Kedua kakinya terasa gemetar dan nyeri sekali. Pikirnya dia bisa keluar dengan cepat dari dalam kamar suite tersebut. Akan tetapi ternyata situasi hari ini sama sekali tidak mendukung. Saat memutar tubuhnya high heels yang dia kenakan oleng, tubuh Saena jatuh menimpa kepala dan punggung Yu Silan.

“Aaaaaaaa! Braakkk!”

“Ukkhhh!” Yu Silan melotot lantaran tertimpa tubuh Saena. “Bangun! Dasar ceroboh!” Bentaknya pada Saena. “Gadis mana yang begitu bodoh? Kamu dikirimkan Antonio padaku untuk menyiksaku! Pria itu sama sekali tidak bisa memilih wanita! Akh, sial! Punggungku sakit sekali!” Gerutunya sambil menggosok tengkuknya sendiri.

Saena segera bangun dan meminta maaf padanya. “Maafkan saya, Tuan. Saya-saya tidak sengaja.” Ucapnya dengan wajah gugup dan cemas.

“Siapa namamu?” Yu Silan segera bangkit dan duduk di tepi ranjang sambil mengusap tengkuknya yang pegal karena tertimpa tubuh Saena barusan.

Bukannya menjawab pertanyaan Yu Silan, Saena segera mengambil langkah seribu dan kabur dari dalam kamar suite tersebut. Gadis itu terus berlari di sepanjang koridor.

“Tidak ada untungnya tetap tinggal di kamar itu! Yang penting sekarang aku harus secepatnya kabur dari pria itu! Yu Silan akan mengulitiku kalau sampai tahu identitasku! Pria itu bahkan lebih mengerikan dari Antonio!” Serunya sambil melepaskan high heels dari kedua kakinya lalu menenteng dua benda itu sambil terus berlari untuk mencari jalan keluar dari dalam hotel. Saena masuk ke dalam lift, bersamaan dengan pintu lift Saena menutup kembali.. Pintu lift yang bersebelahan dengan lift yang dinaiki Saena juga terbuka. Para wartawan keluar dari dalam lift itu dan menyerbu kamar Yu Silan!

Di dalam kamar suite, Yu Silan masih tetap tinggal di dalam kamar. Kepalanya masih terasa berat, dia tidak bisa meninggalkan kamar seorang diri. Pria itu segera memakai bajunya kembali, saat berjalan untuk mengambil jasnya tanpa sengaja kaki kanannya menginjak sesuatu.

“Traak.” Suara berisik dari benda yang dia injak bergesekkan dengan lantai di bawah kakinya. “Apa ini?” Tanyanya sambil memungut benda tersebut. “Gelang giok?” Gumam Yu Silan pada dirinya sendiri. Pria itu segera mengantongi benda tersebut ke dalam saku bajunya. Yu Silan kembali menoleh ke arah ranjang yang tadi dia gunakan untuk memadu cinta dengan gadis tak dikenalnya itu. Pria itu melotot kaget karena melihat noda merah di atas sprei.

Wajahnya sangat terkejut dan gugup. “Gadis ta-tadi? Bukan gadis malam? Dia masih suci? Sialan!” Keluhnya sambil meremas tengkuknya sendiri. “Antonio! Awas kamu!” geramnya pada saudara tirinya.

Yu Silan dengan susah payah mencoba keluar dari dalam kamarnya. Tepat saat dia membuka pintu kamar, para wartawan menyerbu ke arahnya. Yu Silan menatap mereka sambil memijit pelipisnya, kepalanya masih terasa sedikit nyeri. Pria itu melihat mereka menjepretkan kamera ke arahnya secara beruntun tanpa memberikan kesempatan padanya untuk kabur dari dalam situasi tersebut.

“Presdir Yu, kami mendapatkan laporan bahwa Anda terlibat skandal malam ini?”

“Presdir Yu, siapa gadis itu?”

“Mungkinkah dia salah satu asisten Anda?”

“Dalam situasi seperti ini kenapa tidak ada satupun asistenku yang datang! Antonio benar-benar cari mati!” Yu Silan mengepalkan tangannya. Satu wartawan berhasil menerobos masuk ke dalam dan mulai mengambil foto dalam kamar tersebut. Disusul oleh wartawan yang lain.

Mereka sangat terkejut melihat noda merah di atas sprei. Dengan tergesa Yu Silan segera menarik sprei tersebut lalu membuangnya ke lantai.

“Siapa yang mengijinkan kalian masuk ke siniiiiiii?!” bentaknya pada mereka. “Kamu ingin kehilangan pekerjaanmu! Dari media mana kamu!” bentak pria itu sambil menunjuk wajah mereka satu-persatu!

Tak lama kemudian asistennya baru datang dan mengusir para wartawan tersebut agar keluar dari dalam kamar itu.

“Sudah, pergi-pergi! Keluar kalian!” Perintah asisten Yu Silan pada para wartawan.

“Hei! Matikan kameramu!” Bentak asisten lainnya. Rupanya kekacauan malam ini ditayangkan secara live di media kaca.

“Maaf Tuan Yu, kami datang terlambat. Ada yang membuat onar di jalan dan membuat jalanan macet. Sepertinya semuanya sudah diatur untuk.. untuk menghalangi kami agar tidak bisa sampai di sini tepat waktu.” Lapor salah satu asistennya pada Yu Silan. Pria itu membungkuk dalam-dalam siap menerima kemarahan presdirnya itu.

“Antoniooooooo!” Teriak Yu Silan sambil mengepalkan tangannya.

Di sisi lain, Antonio sedang menikmati gelas minuman dalam genggaman tangannya. Pria itu sangat puas melihat kemarahan Yu Silan dalam tayangan layar kaca di dinding kamarnya sekarang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel