Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Jebakan

22 Agustus Hotel bintang lima JeleryOne..

Hiruk pikuk dalam pesta perayaan hari pernikahan antara Kevan Yu dan Meline Sujune ke tujuh tahun.

Yu Silan sedang berbincang dengan beberapa orang yang hadir dalam pesta tersebut. Hari ini adalah pesta perayaan pernikahan ayahnya, Kevan Yu bersama ibu tirinya Meline Sujune. Beberapa saat kemudian Atonio Cassano tampak sedang berjalan mendekat ke arahnya, Antonio merupakan putra tunggal dari Meline Sujune dengan suami sebelumnya.

Yu Silan mendengar dari asisten pribadinya, bahwa Antonio Cassano berusaha merebut posisi presdir yang selama ini diduduki oleh Yu Silan. Selama ini posisi Antonio di perusahaan selalu berada di bawah Yu Silan.

Ailen Group merupakan warisan dari keluarga dari ibu kandung Yu Silan secara turun-temurun. Dan kini posisi utama di perusahaan tersebut diduduki oleh Yu Silan yang sebelumnya diduduki oleh Kevan Yu semenjak sepeninggal istri pertamanya, Yu Memei.

“Wah adik ini, tidak disangka juga akrab dengan banyak pebisnis.” Puji Antonio pada Yu Silan.

Ucapan kakak tirinya hanya dibalas dengan seutas senyuman penuh ejekan olehnya. Malam ini Antonio berniat menjebak Yu Silan untuk menjatuhkan nama baiknya! Sayangnya niat buruk tersebut sudah diketahui oleh Yu Silan.

“Tidak tahu apa yang sedang direncanakan Antonio si busuk ini! Tingkahnya selalu saja sok dekat dan mencari muka di depan orang banyak!” Gerutu Yu Silan dalam hati.

Di sisi lain, seorang pelayan pria bernama Ken sedang menyiapkan minuman untuk Antonio dan Yu Silan. Ken sudah mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalan dari Antonio untuk menyiapkan minuman yang dicampur dengan obat pemicu hasrat. Pria itu sibuk mengaduk minuman dalam gelas, tangannya gemetar hebat. Sampai-sampai saat membawa minuman kepada Yu Silan dan Antonio dia melupakan gelas yang mana yang sudah dia campurkan dengan obat tadi.

“Sialan! Bagaimana aku bisa lupa gelas yang mana milik Tuan Yu! Celaka aku jika sampai Tuan Antonio salah meminum! Bagaimana ini!?” Keluhnya dalam hati.

Melihat pelayan suruhannya menghampiri mereka berdua, Antonio segera mempersilakan Yu untuk mengambil gelasnya.

“Adik Yu, alangkah baiknya jika kita bersulang untuk merayakan hari jadi kedua orangtua kita.” Senyum licik terukir begitu jelas pada bibir Antonio sambil menunjuk minuman di atas nampan. Mempersilakan Yu Silan mengambil gelasnya terlebih dahulu.

“Pria sinting ini sungguh tidak tahu diri! Dia datang bersama gundik murahan untuk merebut hati Papaku! Dan sekarang ingin merebut posisiku di perusahaan! Benar-benar cari mati!” Rutuk Yu Silan dalam hati.

Yu Silan menatap tajam ke arah gelas dalam nampan tersebut, tanpa ragu dia mengambil gelas yang berada di dekat Antonio. Pikirnya itu adalah gelas yang benar dan tidak dicampur dengan obat. Yu Silan meneguk isi gelasnya seraya menatap ke arah Antonio dengan kedua mata tidak berkedip. Sorot mata tajam itu jelas mengungkapkan kemarahan dalam hatinya. Jika tiak demi menjaga kasih sayang antara ayah dan anak sudah sejak lama Yu Silan memilih memberontak dengan menolak pernikahan ayahnya dengan Meline Sujune. Sejak wanita itu datang ke kediamannya, ayahnya hanya lebih mempedulikan istri barunya itu. Bahkan saat itu ibu kandungnya baru meninggal kurang lebih dua bulan lamanya. Seolah sudah tidak bisa bersabar dan menunggu waktu, Kevan Yu tiba-tiba membawa Meline Sujune ke kediaman mereka tanpa meminta persetujuan dari Yu Silan.

Hanya satu menit obat yang tercampur dalam minuman mulai bereaksi. Pandangan mata Yu Silan mulai terlihat kabur, suhu tubuhnya juga terasa sangat panas sekali. Antonio terlihat sangat senang melihat Yu Silan berulangkali menggelengkan kepalanya.

“Kenapa, sepertinya Adik Yu sudah lelah?” Antonio membungkuk di depan Yu Silan, menatap wajah adik tirinya itu sambil tersenyum penuh ejekan.

Langkah kaki Yu Silan mulai terlihat tidak stabil. Pria itu segera menggenggam kedua bahu Antonio untuk menyangga tubuhnya sendiri agar tidak terjatuh.

“Kau! Memasukkan sesuatu pada minumanku!? Aku tidak akan pernah melepaskanmu..” Kepala Yu Silan terasa berputar.

“Hei, kalian, bawa Presdir Yu ke dalam kamar untuk beristirahat!” Perintahnya pada dua asisten pribadinya.

Yu Silan segera dibawa menuju ke kamar suite yang sudah disiapkan oleh Antonio. Di dalam kamar suite tersebut Saena sudah berdiri menunggu pria yang akan menidurinya! Jika saja Tuan Abraham tidak memiliki hutang besar pada Antonio tentunya dia tidak perlu tinggal di dalam kamar itu malam ini.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Dua asisten Antonio menyerahkan Yu Silan padanya. “Hei! Kamu! Bawa pria ini ke atas ranjang.”

Saena menganggukkan kepalanya dengan patuh. Dengan tangan gemetar, Saena mengulurkan tangannya. Gadis itu memapah Yu Silan ke atas ranjang.

“Siapa kamu? Hei?” Yu Silan menepis tangan Saena. Pria itu kembali duduk di tepi ranjang dan menolak untuk rebah. Awalnya Yu Silan ingin menolak wanita yang kini tinggal di dalam kamar bersamanya sekarang, akan tetapi kondisi tubuhnya benar-benar tidak mendukung penolakan! Malah ingin segera menyalurkan hawa panas dalam tubuhnya sekarang juga!

Saena tidak menjawab, gadis itu mulai melepaskan sepatu dari kedua kaki Yu Silan.

“Aku dengar Yu Silan pria yang kejam dan tidak berbelas kasih, tapi aku lebih cemas dengan kondisi perusahaan Papaku. Jika tidak demi menyelamatkan perusahaan Papa, aku tidak mungkin diam-diam tinggal di sini malam ini untuk mencegah Antonio menghancurkan perusahaan tanpa sepengetahuan Papa. Apalagi kondisi kesehatan Papa sedang tidak stabil. Aku tidak ingin Papa sedih dan sakit parah jika terus memikirkan kondisi perusahaan yang semakin menurun dari waktu ke waktu.” Gumamnya dengan suara pelan.

Yu Silan memijit pelipisnya sendiri, pria itu tetap duduk di tepi ranjang seraya menatap wajah Saena. Gadis itu masih berjongkok sambil melamun. Tepat saat Saena berdiri dari posisi berjongkok, Yu Silan langsung menarik pergelangan tangan gadis itu sampai jatuh menimpa tubuhnya di atas ranjang. Yu Silan telentang seraya menatap wajah Saena yang kini bertelungkup di atas tubuhnya, Saena menekan dada Yu Silan dengan kedua tangannya. Wajah gadis itu nampak memerah dan takut.

Melihat Saena ingin berontak dan melepaskan diri darinya, Yu Silan segera membuka kata,

“Kenapa? Bukankah kamu berada di dalam kamar ini untuk melayaniku?” Yu Silan mencengkeram dagu Saena lalu memutar posisi tubuh mereka hingga Saena kini tinggal di bawah himpitan tubuhnya. Tanpa permisi Yu Silan menciumi leher jenjangnya. Ditatapnya gaun tipis seksi berwarna merah darah yang kini membalut tubuh Saena.

Yu Silan menyunggingkan senyuman penuh ejekan. Pria itu menggenggam tali gaun di atas bahu kanan Saena. Satu sentakan tangan Yu Silan, gaun merah tipis yang membalut tubuh Saena terlepas dan jatuh di lantai bersama dengan gelang giok milik keluarga Abraham yang tadinya masih membingkai pergelangan tangan kanan Saena.

“Sraaak! Tlang!”

“Gelangku! Astaga! Aku tidak boleh kehilangan gelangku!” Saena mulai panik, tapi dia tidak bisa melawan Yu Silan. Pria itu menahan kedua tangannya di atas kepalanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel