Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Memintanya Menandatangani Perjanjian Pascanikah

Ketika Keira sedang mandi, pikirannya menjadi lebih jernih, dia curiga kalau Hayden sedang menunggunya menyerahkan diri!

Karena tadi, Hayden sama sekali tidak terkejut ketika melihatnya.

10 menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi, menemukan Marry masih menunggunya di luar, orang ini takut dia pergi mencari anaknya?

"Nona Keira, ini ada sup jahe, silakan diminum." Marry memberikan mangkuk keramik dengan kedua tangannya.

Keira menerimanya dengan hati-hati, "Terima kasih."

Setelah menghabiskannya, dia memberikan mangkuk kosongnya pada Marry.

"Tuan Hayden menunggu Anda di ruang kerja lantai dua, naik ke atas, belok kanan."

Keira memiliki firasat yang buruk, "Baik."

Ketika dia sedang naik, hatinya dipenuhi dengan ketidakpastian, apakah Hayden bersedia melepaskan kedua anaknya? Dilihat dari situasi barusan, sepertinya Hayden tidak akan bersedia.

Tapi tidak masalah, dia akan memperjuangkannya.

Naik ke atas, belok kanan, sesampainya di depan ruang kerja, dia bisa melihat Hayden yang sedang berdiri di depan jendela.

Tubuhnya yang tegak itu membuatnya terlihat seperti seorang bangsawan yang berstatus tinggi.

Setelah mendengar suara langkah kaki Keira, Hayden membalikkan tubuhnya, melihat wajah Keira yang cantik itu, "Aku sudah melakukan tes DNA." Ucapnya dengan suara yang berat, langsung memasuki inti pembicaraan.

"Aku tidak pernah membantah kedua anak itu adalah anakmu." Jawab Keira dengan tenang, dia berdiri di depan Hayden, memberanikan diri untuk menatap kedua matanya, "Lalu memangnya kenapa?"

"Tandatangani ini." Hayden menyerahkan sebuah surat perjanjian, "Ini adalah satu-satunya cara agar kamu bisa menemui kedua anakmu."

Jantung Keira berdebar-debar, ketika dia membaca isi surat perjanjian ini, dia tercengang!

Perjanjian pascanikah!!

"Aku sudah mengambil surat nikahnya, besok pagi akan ada orang yang mengantarnya ke sini." Ucap Hayden, "Ini adalah perjanjian pascanikah, kalau kamu bisa menerimanya, maka tanda tangan sekarang juga, kalau tidak bisa, maka ajukan permintaanmu."

Biji mata Hayden memproyeksikan Keira yang sedang melamun.

Keira tersenyum-senyum, dia sulit menekan pemikiran-pemikiran yang konyol di dalam hatinya, "Aku datang untuk membawa kedua anakku pergi dari sini! Bukan untuk menikah denganmu!"

"Aku tidak sedang berdiskusi denganmu, aku hanya memberitahukannya padamu." Ucap Hayden dengan dingin dan tegas, "Kamu tidak mungkin bisa membawa kedua anak itu pergi dari sini, pengadilan juga pasti akan memberi hak asuh anak padaku, kalau tidak percaya, kamu boleh mencobanya."

Sesuai dugaan Hayden, ekspresi Keira mulai berubah...

Keira berusaha menenangkan dirinya, yang sedang dihadapi olehnya ini adalah Hayden, di Kota Cauphia, Hayden adalah seorang penguasa, apakah ada sesuatu yang tidak bisa dilakukan olehnya?

Keira mulai panik, seketika dia merasa dirinya berada dalam posisi yang pasif.

"Kamu bisa mempertimbangkannya dengan baik." Kedua mata Hayden menggelap, "Tapi aku mau memperingatkanmu, aku selalu bisa mendapatkan semua yang kuinginkan."

"..." Mendengar itu, Keira seketika merasa seperti sebuah bola yang sedang mengempis.

Waktu seakan-akan terhenti selama beberapa detik.

Keira mengambil surat perjanjian itu, lalu melihat ke arah Hayden, "Kenapa kamu mau mengikat dirimu di pernikahan ini?"

"Karena aku tidak bisa menutupi kenyataan tentang kedua anak itu." Jawab Hayden dengan jujur, "Aku tidak mau dibicarakan oleh orang lain, sehingga semua orang merasa aku memiliki kehidupan pribadi yang berantakan." Karena ayahnya, dia sangat memedulikan hal ini.

"Tapi pernikahan tanpa cinta dan hanya mengandalkan surat perjanjian ini tidak ada artinya sama sekali." Keira masih berusaha membujuk Hayden untuk menyerah.

Wajah Hayden menjadi dingin, "Kamu sudah menyembunyikan kedua anak itu selama tujuh tahun dariku, sekarang apa yang kamu harapkan dariku?"

Keira langsung ketakutan, agar bisa menemui anaknya, dia harus mengalah, tidak boleh membuatnya marah.

Dia membaca perjanjian pascanikah ini di hadapan Hayden——

1.Harus pulang sebelum jam tujuh malam.

2.Di depan anak, harus berperan sebagai suami istri yang saling mencintai.

3.Tidak boleh berdekatan dengan lawan jenis lainnya, kalau tertangkap basah oleh media dan berdampak pada reputasi Keluarga Winarto, maka dia akan diceraikan dan tidak bisa menemui anaknya lagi.

4.Harus mengumumkan ke orang luar kalau pernikahan ini sudah berlangsung selama tujuh tahun secara diam-diam.

...

Setelah membaca seluruh perjanjian ini, kening Keira sedikit mengerut, "Semua perjanjian ini ditujukan untuk mengikatku? Bagaimana denganmu? Apakah kamu bisa melakukannya?"

"Bisa."

Mereka berdua saling bertatapan, waktu seakan-akan terhenti selama beberapa saat.

Jgeer——

Petir tiba-tiba menyambar dengan keras di luar jendela!

Hujan juga masih turun dengan deras.

Walaupun tidak bersedia, pada akhirnya Keira harus mengalah demi anak.

Hayden memberikannya sebuah pena, dia tahu Keira pasti akan menandatanganinya.

Keira menandatangani perjanjian ini sambil melamun, seakan-akan dia tidak sadar sama sekali.

"Ayah! Ibu!"

Mendengar itu, Keira langsung membalikkan tubuhnya, melihat Franco dan Brylee memasuki ruang kerja sambil bergandengan tangan, dia pun langsung berjongkok memeluk kedua anaknya.

Kedua mata Franco bersinar-sinar, "Ayah bilang kalian berdua sudah menikah, apakah itu benar?"

"Ibu." Brylee memainkan rambut Keira, dengan suara yang imut dia bertanya, "Mulai sekarang, kita sekeluarga tidak akan berpisah lagi, benar kan?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel