Bab 11
"Lihatlah! Menantuku sangat terhormat, bahkan orang terkaya mengantarkan undangannya sendiri."
"Tidak seperti seseorang yang sombong meski hanya dengan undangan biasa!"
Hesti tidak membuang kesempatan langka ini.
Untuk beberapa saat, semua anggota Keluarga Prayoga menunduk dan tidak berani bicara!
"Huh!"
Pada saat ini, Amila tidak bisa menahan diri lagi.
"Bibi, jangan sombong, aku pikir kartu undangan emas murni ini bukan untuk Morgan."
Hesti memicingkan mata dan bertanya dengan kesal, "Amila, apa maksudmu? Semua orang lihat kalau orang terkaya Kota East Coast mengantarkan undangan untuk Morgan. Apakah kamu buta?"
Amila berkata dengan acuh, "Bibi, aku bukan menyindirmu, menantumu ini hanya menantu matrilokal."
"Selain itu, aku dengar dia seorang gelandangan sebelum menjadi menantu matrilokal. Apakah kamu pikir Tuan Finley akan mengantarkan undangan untuknya?"
"Aku rasa dia salah orang dan kartu undangan ini bukan untuk Morgan!"
"Ini ..."
Saat mendengarnya, Hesti langsung tidak tahu harus bagaimana membantahnya.
Amila semakin bangga saat melihatnya diam, "Haha, kamu tidak tahu harus mengatakan apa lagi bukan? Sepertinya kamu setuju denganku."
"Ternyata seperti itu, pasti Tuan Finley salah orang."
"Mengagetkanku saja, bagaimana mungkin orang terkaya Kota East Coast mengantarkan undangan untuk seorang menantu matrilokal!"
"Menurut kalian, apakah Morgan akan diusir kalau dia ke perjamuan dengan undangan ini?"
"Pasti itu! Tuan Finley pasti tidak enak karena dirinya salah orang."
"Hahaha ..."
Semua orang kembali bersemangat lagi.
"Omong kosong, Tuan Finley tidak mungkin salah orang!"
Merisa berteriak saat ditertawakan semua orang.
Meski Morgan tidak menjelaskan apa-apa padanya, tapi dia percaya suaminya punya kemampuan.
Ini adalah bentuk kepercayaan!
Amila mendekat dan menyindirnya, "Merisa, terima nasibmu! Suamimu selamanya adalah orang tidak berguna, dia tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Rafael."
"Kamu selamanya hanya seekor bebek yang tidak mungkin menjadi angsa."
"Kamu ..."
Merisa melihat Amila dengan marah.
"Merisa, apakah kamu tidak percaya? Aku akan membuatmu merasakan arti kekecewaan."
Amila berkata acuh, "Morgan, kamu pikir ini kartu undanganmu?"
Morgan berkata datar, "Tentu saja!"
"Hahaha!"
Amila langsung tertawa saat mendengarnya.
"Morgan, tidak tahu malu sekali kamu. Kamu hanyalah menantu matrilokal, apakah kamu pikir orang terkaya Kota East Coast akan mengantarkan undangan untukmu?"
Morgan memicingkan mata dan bertanya, "Jika bukan untukku, apakah untukmu?"
"Benar, kartu undangan ini di berikan kepada Rafael!" Amila berkata lantang.
Apa?
Untuk Rafael?
Semua orang terlihat heran.
Rafael terlihat bingung setela mendengarnya.
Bagaimana mungkin kartu undangan itu untuknya?
Apakah dirinya tidak tahu dengan kedudukannya sendiri?
Jangankan mengantarkan undangannya sendiri, Rafael bahkan tidak memenuhi syarat untuk bertemu dengan Tuan Finley.
Saat melihat ekspresi bingung semua orang, Amila tertawa, "Mungkin semua orang tidak tahu kalau Rafael telah mendapatkan proyek di proyek industrial park Kota East Coast sehingga Keluarga Zuhadi akan segera menjadi keluarga kelas satu Kota East Coast!"
"Jadi undangan ini untuk Rafael."
"Hanya saja, Tuan Finley salah orang dan memberikan undangan ini kepada Morgan."
Semua orang akhirnya mengerti.
"Aduh, undangan ini benar-benar untuk Rafael."
"Tidak diduga Keluarga Zuhadi mendapatkan proyek proyek industrial park dan akan segera menjadi keluarga kelas satu."
"Rafael, jangan lupakan kami kelak!"
"Rafael, mohon dukungannya!"
Semua orang langsung menyanjung Rafael.
Kekhawatiran Rafael langsung hilang.
Bimo melihatnya dan bertanya, "Rafael, apakah undangan ini untukmu?"
Rafael maju ke depan dan berkata, "Benar Kakek, kartu undangan ini memang untukku. Tadinya aku tidak ingin pamer, tapi kenyataan tidak mengizinkanku merendah."
"Menantuku, apakah Keluarga Zuhadi akan segera menjadi keluarga kelas satu?" Julian bertanya penuh semangat.
Rafael melihat Julian sambil tersenyum, "Ayah, Amila benar, Keluarga Zuhadi akan segera menjadi keluarga kelas satu."
"Selamat, Rafael, kamu benar-benar hebat."
"Keluarga kita akan ikut bersinar kalau Keluarga Zuhadi menjadi keluarga kelas atas."
"Tidak seperti seseorang yang hanya membuat malu saja."
Keluarga Prayoga terus berkata dan melihat keluarga Hesti dengan jijik.
Bimo berkata dengan senang, "Bagus, bagus, Rafael, Keluarga Prayoga akan mengandalkanmu kelak."
Julian tersenyum, "Ayah, menantuku memang hebat, tidak seperti seseorang yang hanya bisa membual."
Saat mengatakan ini, Julian melihat keluarga Hesti penuh ejekan.
Ekspresi keluarga Hesti semakin buruk.
Amila menertawakan Merisa, "Maaf ya, Rafael sangat hebat, bahkan orang terkaya Kota East Coast menghormatinya."
Merisa sangat marah mendengarnya.
Amila jelas-jelas menyindirnya.
Tapi dia tidak berdaya karena itu adalah undangan emas murni dari orang terkaya Kota East Coast!
Bahkan Keluarga Haris tidak memenuhi kelayakan mendapatkannya.
Rafael berkata, "Hanya sebuah kartu undangan saja, tidak perlu berlebihan."
Bimo tersenyum, "Rafael, kakek bersulang untukmu!"
Rafael minum segelas, keangkuhan di wajahnya terlihat semakin jelas.
Morgan tiba-tiba berkata, "Rafael, kenapa kamu begitu tidak tahu malu? Apakah ini kartu undanganmu?"