Bab 10
Morgan tahu dengan perjamuan ini.
Dia tidak ingin pamer, jadi tidak berencana menghadiri perjamuan itu.
Tapi Rafael sudah berkata seperti itu, jika dia tidak pergi maka kedudukan Merisa sekeluarga akan semakin rendah!
Morgan berkata sambil tersenyum, "Baik!"
Rafael menggelengkan kepala dan tidak ingin memedulikannya lagi.
Morgan adalah orang gila di matanya.
Perjamuan yang diadakan orang terkaya Kota East Coast, hanya bisa dihadiri orang kelas atas, orang biasa tidak bisa masuk.
Apalagi orang miskin seperti Morgan.
Bimo bertanya dengan kaget, "Rafael, apakah kamu punya undangannya?"
Keluarga Prayoga hanyalah keluarga kelas tiga, jadi tidak layak mendapatkan undangan orang terkaya Kota East Coast.
Rafael berkata dengan angkuh, "Kakek, aku datang khusus mengantarkan undangan untukmu."
Kemudian, Rafael mengeluarkan sebuah kartu undangan.
Bimo tersenyum setelah menerima kartu undangan itu.
Anggota Keluarga Prayoga lainnya terlihat iri.
Bisa menghadiri perjamuan orang terkaya Kota East Coast adalah sebuah kehormatan.
Amila datang ke sisi Merisa dan tertawa, "Kakak sepupu, aku akan datang ke perjamuan itu nanti. Aku berharap bisa bertemu denganmu di sana, hahaha ..."
Ekspresi Merisa terlihat buruk, dia tahu Amila sengaja mengatakan ini.
Boom, boom!
Tepat saat ini, terdengar suara mobil di luar vila.
Ada sekitar 30 mobil Mercedes Benz datang, mobil paling depan adalah mobil Maybach edisi terbatas seharga miliaran.
Wow!
Saat pintu dibuka, sekitar seratus pria berjas hitam turun.
Seorang pria berjas membuka pintu mobil Maybach, lalu satu pria paruh baya berkaca mata emas keluar.
Aura pria ini sangat kuat, semua pengawal terlihat hormat saat dirinya keluar dari mobil.
"Apakah dia Finley?"
Wajah Rafael membeku saat melihat pria paruh baya ini.
"Apa? Apakah dia Tuan Finley, orang terkaya Kota East Coast?"
Semua orang terkejut saat melihat kedatangan Finley.
"Ya ampun, tuan Finley bahkan datang ke sini. Apakah ini mimpi?"
Semua orang tercengang saat melihat kedatangan orang terkaya Kota East Coast.
Finley adalah orang besar di Kota East Coast!
Orang biasa tidak bisa bertemu dengannya, tapi dia tiba-tiba datang ke sini hari ini.
Semua anggota Keluarga Prayoga menjadi sangat bersemangat.
Apalagi Bimo yang sudah terkejut sejak tadi.
Bimo buru-buru maju dan berkata dengan manis, "Keluarga kami sangat terhormat dengan kedatangan Tuan Finley, apa yang mengantar Tuan ke sini?"
Finley sama sekali tidak memedulikan Bimo, dia langsung ke depan Morgan dan membungkuk.
"Aku tidak dapat menyambut Tuan Morgan saat datang ke Kota East Coast, tolong jangan ambil hati."
Finley pergi menyambut Morgan saat tiba di Kota East Coast hari ini, tapi penjagaan ketat menghentikannya.
Saat tahu Morgan datang ke Keluarga Prayoga, dia segera datang menemuinya.
Finley yang merupakan orang terkaya Kota East Coast terlihat hormat di depan Morgan.
"Ada apa ini? Dia orang terkaya Kota East Coast, kenapa begitu menghormati Morgan?"
Bimo serta orang lainnya terkejut dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Morgan melambaikan tangan, "Sudahlah, ada apa kamu datang mencariku?"
Finley mengeluarkan sebuah undangan emas murni dan menyerahkannya dengan hormat, "Tuan Morgan, aku mengadakan perjamuan minggu depan dan berharap Anda bisa menghadirinya."
Morgan mengambil undangan itu dan berkata datar, "Ya, aku tahu."
Finley berpikir Morgan akan menolaknya karena posisinya sangat tinggi.
Jadi datang menunjukkan ketulusannya.
Tidak diduga Morgan bahkan menyetujuinya sehingga membuatnya sangat senang!
"Kalau begitu, aku akan menunggu kehadiran Tuan Morgan. Aku tidak akan mengganggu waktu Tuan Morgan lagi, permisi!"
Setelah mengatakan ini, Finley pergi dengan hormat bersama seratusan pengawalnya.
Dari awal sampai akhir, Finley sama sekali tidak memedulikan Keluarga Prayoga.
Di mata Finley, Keluarga Prayoga tidak ada harganya sama sekali!
Dia tidak mungkin ke sini kalau bukan karena Morgan.
Keluarga Prayoga masih kaget setelah Finley pergi.
Semua orang melihat Morgan dengan heran dan merasa seperti mimpi.
Terutama Rafael yang terlihat canggung.
Sebelumnya, dia masih membual tentang undangan dari Finley, tidak diduga ...
Saat memikirkan sindiran kepada Morgan tadi, hatinya langsung merasa cemas ...
Kartu undangan dibagi menjadi tiga kelas.
Kelas pertama adalah kartu undangan emas murni, kelas kedua adalah undangan VIP dan kelas ketiga adalah undangan biasa.
Selama ini, tidak ada satu pun orang yang mendapatkan kartu undangan emas murni dari Finley.
Tidak diduga Morgan malah mendapatkannya.
Hesti dan Edgar juga tercengang.
Apakah ini menantunya?
Orang terkaya Kota East Coast datang menemuinya dengan hormat dan mereka tidak pernah membayangkan hal ini.
Saat ini, orang yang ekspresinya paling buruk adalah Bimo, dia meremehkan keluarga Morgan dan menyanjung Rafael, sekarang ...
Morgan terlihat tenang saat menemukan tatapan kaget semua orang.
Mungkin bagi Keluarga Prayoga, Finley adalah orang terhormat, tapi bagi dirinya, keberadaan Finley hanya seperti semut.
Selama dia mau, Finley bisa dia hancurkan dengan mudah.
"Morgan, ada apa ini?" Merisa bertanya dengan heran.
Merisa juga merasa bingung.
Morgan berkata sambil tersenyum, "Tidak apa-apa, si Finley tahu aku ada di sini dan takut aku tidak mau menghadiri perjamuannya, jadi datang mengantarkan undangan secara pribadi. Kartu undangan ini untukmu saja, kamu bawa ayah dan ibu pergi ke sana nanti."
Morgan memberikan kartu undangan emas murni kepada Merisa.
Merisa mengambil undangan itu dengan bingung dan merasa seperti bermimpi.
Tunggu, Morgan bahkan memanggilnya si Finley?
Dia orang terkaya Kota East Coast, berapa orang yang berani memanggilnya seperti itu?
Selain itu, usia Finley juga lebih tua dari Morgan.
Semua orang tidak tahu ...
Kalau Finley tahu Morgan memanggilnya dengan sapaan itu, dia mungkin tidak bisa tidur tiga hari tiga malam karena senang.
"Merisa, cepat perlihatkan undangannya padaku!"
Hesti berkata penuh semangat.
Merisa memberikan undangan itu kepada ibunya.
Hesti segera memperhatikannya dengan seksama.
"Aduh, apakah ini undangan yang diberikan Tuan Finley? Aku dengar, ini adalah kartu undangan emas murni yang kelasnya paling tinggi!"
Setelah itu, Hesti sengaja bertanya, "Rafael, kelas berapa kartu undanganmu?"
Wajah Rafael terasa panas saat mendengarnya.
Kartu undangannya tidak ada arti di depan kartu undangan emas ini.
Hesti semakin puas karena Rafael tidak bicara.