Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Terpesona

Stevani terus mengayuh pelan, sambil menatap heran, takut dan juga kagum melihat alam di sekitarnya.

"Aaaaawww indahnya, aku pasti bermimpi, bisa melihat tempat seindah ini secara langsung." Stevani tidak bisa mengendalikan rasa kagumnya, menatap takjub pemandangan indah disekitar nya, bahkan air terjun dengan banyak nya cabang dan anak mata airnya, yang mengalir dari perbukitan.

"Meskipun tempat ini sangat indah, tapi aku merasa begitu sepi, bahkan tengkukku sangat dingin. seperti ada seseorang yang terus mengikuti ku. dengan tatapan mata tajam." Stevani kembali ketakutan.

Entah dorongan dari mana, Stevani merasa ada yang mengiring perahu yang dinaikinya ketepi.

"Aku harus turun, semoga saja ada orang dalam gubuk tersebut."

Stevani melangkah turun, namun tiba-tiba pegangannya pada tali perahu terlepas begitu saja tanpa dia sadari.

"Ya Tuhan, tali perahu itu terlepas, dan sekarang sudah menjauh. mati aku Bagaimana cara nya agar aku bisa keluar dari tempat ini." Stevani terus menagis terisak-isak, dia merasa harapan nya mulai sirna.

"Hidupku benar-benar buruk dan selalu sial setelah penghianatan yang dilakukan Devan dan Bella, sekarang aku terdampar ditempat sepi ini. aku tidak ingin hidup ku berakhir dimakan binatang buas. mana....papa.... maafkan Stevani yang tidak bisa membahagiakan kalian berdua..hu ..hu..."

***

Kali ini, pangeran Alexand kembali ingin berburu kepulau bawah bukit Delarose, tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu sendiri.

Saat sang pangeran, mulai mengeluarkan busur panahnya, dan mengarahkan tepat pada seekor burung merak yang sangat indah. tiba-tiba konsentrasi nya terpecah, saat mendengar suara seorang gadis.

"Aaaagghhh, tolong....tolong....aku Dimana? siapapun tolong aku."

Suara teriakan anak manusia yang terdampar itu, langsung membuat burung Incaran pangeran itu terbang begitu saja.

"Buuussyyett sial." Umpat Alexand kesal, bahkan rahangnya seketika bergetar karena marah.

Alexand yang masih kesal karena buruannya terbang, langsung menoleh ke arah asal suara, yang merupakan seorang gadis cantik seperti bidadari, yang merupakan anak manusia yang tengah berlayar menuju tempatnya berburu.

"Manusia? untuk apa mereka mengunjungi pulau kosong ini, dan wajah gadis itu terlihat sangat ketakutan." Gumam Alexand semakin penasaran melihat wajah cantik itu, sehingga dia semakin mempertajam penglihatan nya kearah wajah yang ketakutan itu.

Alexand langsung terpesona, tubuh tinggi badan ramping itu terlihat sangat seksi, bahkan dia mersa begitu terhibur saat melihat tingkah polos gadis itu setiap kali ketakutan dan berteriak.

"Kenapa bangsa manusia terlihat lebih cantik dan wangi, sedangkan gadis bangsaku lebih terlihat jelek dan bau." Alexand mulai membanding-bandingkan. tidak pernah lepas begitu melihat sosok wajah cantik berambut bergelombang dengan kulit putih bersih, dia terus mengikuti gadis yang merupakan anak manusia yang terlihat masih ketakutan dan menagis tersedu-sedu.

"Benar-benar cantik, pantas ayahanda raja, selalu melarang ku pergi ke alam manusia, dia pasti iri karena tidak bisa menikahi bangsa manusia yang sangat cantik-cantik beda sekali dengan bangsa kami." Gumam Alexand.

"Aku harus membuat gadis ini tinggal di pulau ini." Alexandre mengedipkan sebelah matanya, sehingga tali perahu yang dipegang gadis cantik itu terlepas begitu saja.

Alexand tertawa senang melihat tingkah Stevani, sehingga dia terus meniup tengkuk gadis itu secara perlahan. dan mengendus-endus wangi tubuh Stevani dari jarak dekat. tiba-tiba Alexand mengedipkan matanya kembali agar gadis malang itu mempunyai tempat untuk berteduh, meskipun dia sengaja membuat sebuah gubuk.

Kalau sudah begini, bagaimana caraku untuk meminta pertolongan." Stevani berusaha berfikir keras, hingga dia tersenyum sambil melepas jaket yang masih menempel ditubuhnya.

"Dengan pakaian ini, aku bisa meminta pertolongan, mudah-mudahan ada nelayan yang melihat keberdaanku disini, atau Alexa yang meminta bantuan orang-orang untuk mencariku."

Stevani Akirnya melepas jaket yang masih dikenakan nya, lalu mengikatnya pada sebuah kayu panjang, berharap segera mendapatkan pertolongan.

"Mungkin aku harus pergi ke gubuk itu, paling tidak aku mempunyai tempat untuk berteduh." Stevani melangkah masuk hutan, berusaha melawan rasa takutnya, sambil sesekali melirik kiri dan kanan dan memegangi tengkuk nya yang terasa dingin.

"Bulu romaku terasa berdiri dan merinding semua." Gumam Stevani sambil memegangi tengkuknya.

Alexand tertawa senang melihat tingkah Stevani. sehingga dia terus meniup tengkuk gadis itu secara perlahan. dan mengendus-endus wangi tubuh Stevani secara berulang-ulang. sesuatu yang tersa sangat berbeda dan sangat memabukkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel