Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Hanya bisa menatapmu dalam diam

Menunduk menjaga mata yang terasuk

Tak berani bertatap muka

Dalam diam pun aku menyimpan rasa

Kau dan aku

Hanya serpihan yang terpendam

terpisah di jarak tanpa hitungan

Hingga akhir menjadi suratan

"Selamat datang Pak Bos!" sapa seorang asisten yang sangat peduli terhadap sang bos. Seno dengan setia selalu menemani Janaka di manapun putra dari pendiri BBG tersebut. Selama tiga tahun ini, Seno sering mendapatkan perlakukan tak menyenangkan dari Naka bila Seno melakukan suatu kesalahan. Oleh karena itu dengan cukup baik dan telaten, Seno akan melayani atasannya tersebut.

Pria dengan kaos polo yang baru saja memasuki ruang kerjanya itu langsung membuka kacamata hitamnya dan topi yang bertengger di kepalanya. Seperti itulah penampilan Janaka bila ia keluar untuk melakukan inspeksi mendadak pada bagian-bagian dari perusahaan miliknya. Gayanya yang terkesan mewah ia tanggalkan begitu saja hanya menyisakan sebuah penampilan sederhana seperti tadi.

"Bagaimana perkembangan proyek Teluk Ijo Sen?" tanya Janaka ketika ia kembali dari ruang ganti yang masih berada satu lokasi dari ruang kerjanya.

Kini penampilan bos BMD telah sesuai seperti posisinya. Menjadi seorang Janaka Matila bukan hal yang mudah, pria berusia matang itupun diharuskan selalu siap kapanpun perusahaan membutuhkan uluran tangannya. Tak ayal waktu yang diperlukan Janaka untuk sekadar bermain-main menyalurkan hobinya habis terkikis oleh kesibukannya.

"Teluk Ijo telah berjalan hampir 25 % bos, hanya yang menjadi hambatan adalah pembebasan lahan dari penduduk asli cukup alot." Seno meemberinya sebuah map berisikan laporan dari perkembangan sebuah resort di ujung timur pulau Jawa yang telah direncanakan oleh BMD dua tahun yang lalu.

"Oya Sen, hubungi nomor ini! dan suruh wanita itu mengirimkan invoice servis mobilnya!" titah Janaka sambil meletakkan sebuah kartu nama dengan nama Gladys Hartono dalam secarik identitas itu.

"Ini wanita yang saya serempet malam itu Pak? Baiklah akan saya urus masalah ini dengan clear."

Seno memang cukup kompeten pada pekerjaannya, oleh karena itu Janaka memercayakan pemuda 28 tahun itu untuk bersanding dengan Janaka. Dan Janaka juga sungguh puas dengan hasil kerja Seno. Dia tak akan bisa meremehkan pemuda itu karena Seno tak pernah sekalipun menodai kepercayaannya.

"Dia cantik Pak!" seru Seno menatap Bosnya penuh harap.

"Lalu apa hubungannya dengan aku?"

"Sepertinya kalian cocok, entah mengapa insting saya mengatakan seperti itu!"

"Seno, sudah bosan kau kerja denganku? Atau kamu ingin cuti lebih awal?" lirik Janaka dengan tajam asistennya yang cukup banyak bicara seperti wanita yang ia temui barusan di lift.

'Cocok? Dia pikir hidup saya itu permainan memasangkan puzzle?' keluh Janaka pada dirinya sendiri kala Seno keluar dari ruang kerjanya. Bagaimana tidak, asisten muda itu juga takut bila Janaka akan memberhentikan dirinya dengan ancaman cuti lebih awal seperti tadi.

*

Sedangkan Gladys, wanita karir itu segera pergi dengan tangan hampa karena gagal untuk bertemu dengan Janaka. Dengan langkah gontai dan amarah yang membuncah di dada, Gladys harus puas dengan hasil yang ia dapatkan. Dan wanita cantik itu juga harus bersiap untuk segera menghadapai Madona yang telah menuntutnya. Bukan Gladys namanya kalau harus suka rela membuka dompetnya untuk membayar tuntutan daru Madona.

Gladys memacu kembali mobilnya menuju perusahaan kecil miliknya. Perusahaan yang telah ia rintis beberapa tahun yang lalu ini telah banyak membantu berbagi klien baik itu hingga bersanding ke pelaminan ataupun hanya sekadar pacaran.

Seperti biasanya, jalanan ibukota cukup dipadati oleh lalu lalang kendaran. Meski melewati toll dalam kota, tapi kemacetan di kota metropolitan nomor wahid di Indonesia ini tak bisa dihindari. Dari kawasan central Sudirman-Thamrin, Gladys mengarahkan kemudinya memasuki pintu toll Senayan dan mengambil ruas menuju pluit. Siang ini sengatan mentari juga lebih ganas dari biasanya, hentakan sang surya masih kalah dengan panasnya kekesalan di hati Gladys.

Dan cara paling jitu dari Gladys untuk mengusir kejengkelannya adalah spa, dari dulu dara manis asli tanah Jogja itu sangat gemar melakoni kegiatan pijit sekaligus untuk merelaksasi seluruh tubuhnya. Ide itu mengalir begitu saja, dan bukan hal yang sulit bagi Gladys untuk menghamburkan uang dari jerih payahnya. Memanjakan diri salah satu bentuk apresiasi terhadap keberhasilan yang dilakoni wanita cantik itu.

*

"Pak sebenar lagi ada meeting dengan Pak Ruslan salah satu investor kita!"

"Segera siapkan keperluan meeting Sen! pulang dari sana aku ada kegiatan bersama dua keponakanku."

Janaka memang sosok Paman yang humble. Siapa sangka bila pria berbadan tegap itu cukup dekat dengan kedua buah hati Aruni. Si kembar Kinan dan Kenan cukup dekat dengan PaPuh-nya. Meski kadang Janaka sering berseteru dengan ibunda dari Kin dan Ken, tapi tak menyurutkan kedekatan Janaka dengan kedua keponakannya.

"Tempatnya seperti biasa bukan bos?" Seno telah tahu tempat favorit kedua keponakan Janaka tersebut. Den bagus Kenan dan Nona muda Kinan sangat menyukai makanan manis serta es krim. Oleh karena itu sudah menjadi tugas Seno untuk mengatur pertemuan keluarga itu.

"Aku akan menyiapkan beberapa hal yang perlu kita ajukan untuk Pak Ruslan, Sen! kamu reserve saja tempat untuk anak-anak itu nanti!"

Begitu mendengar sebuah titah dari Janaka, Seno langsung beranjak memesan sebuah tempat yang digemari oleh si kembar Kin dan Ken. Kedua bocah itu kini sedang lucu-lucunya, tak jarang Seno ingin sekali mencubit pipi mereka bila Janaka tak keberadaan tentunya.

Proyek pembangunan tempat tinggal sementara di kawasan Teluk Ijo di ujung Jawa Timur ini cukup penting bagi Janaka daripada proyek-proyek lainnya. Sebab, proyek yang akan mengusung nuansa natural serta modernisasi ini cukup banyak menerima banyak kritikan baik itu dari pengamat lingkungan ataupun penguasa daerah. Tapi jangan sebut namanya Janaka bila tak bisa merealisasikan hayalannya itu. Proyek pembangunan resort ini meski ditentang oleh sang ayahhanda Sigit Brahmana tak kan menyurutkan niat dan semangat Janaka.

Jika proyek ini berhasil, betapa banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh pihak BMD. Karena Jenaka ingin mengenalkan budaya tanah Osing di kancah nasional serta Internasional. Bukan tanpa alasan Janaka ingin mengeksplorasi daratan ujung Jawa Timur ini. Ada banyak kebudayaan serta kekayaan alam di bumi Banyuwangi.

Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km², atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km²).

Dan Banyuwangi juga menjadi pertemuan kebudayaan suku jawa serta suku bali. Oleh karena keunikannya itulah, pilihan Janaka untuk mengembangkan mega proyek Teluk Ijo sangat tepat. Green Bay atau Teluk Ijo merupakan destinasi yang belum terjamah tangan asing. Dan Janaka lah yang akan memerawani pantai itu dan menjadikannya objek penghasil pundi-pundi rupiah.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel