Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Ujian dan Jebakan Untuk Ayten

Bab 8 Ujian dan Jebakan Untuk Ayten

"Katanya mau ikut? jalan sekarang," kata Barga sambil lalu.

Ayten tersenyum senang. Dia segera menyusul langkah Barga di depan. Akhirnya, Ayten bisa makan siang bersama Barga.

Mereka makan dengan sederhana di warung makan itu. Ibu penjual di warung itu menatap keduanya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Pacar kamu Mas? cantik banget," kata ibu pemilik warung sambil menatap kagum wanita bule yang duduk di samping Barga.

Ayten tersenyum malu.

"Bukan Bu, hanya teman," bantah Barga santai.

Ayten memandang Barga dengan cemberut. Dia tidak terima dengan jawaban Barga. Ayten kecewa.

"Ibu pikir pacarnya. Cantik loh ini," puji ibu pemilik warung pada Ayten.

"Terima kasih Bu," jawab Ayten.

"Sama-sama Neng," jawab ibu pemilik warung.

Barga hanya memutar matanya bosan. Dia sama sekali tidak merasa beruntung dengan adanya Ayten di sisinya.

"Sudahlah, kita makan dulu," potong Barga segera.

Mereka menikmati makan siang dengan menu sederhana. Ayten yang tidak pernah merasakan makanan warung pinggir jalan, awalnya tidak begitu yakin dengan kebersihan makanan itu. Tapi melihat ke sekeliling dirinya, banyak orang menikmati memakan makanan di sana, akhirnya membuat Ayten mulai memakan makanan itu.

Barga melirik dari sudut matanya. Dia tersenyum sinis melihat keengganan gadis itu untuk menyentuh makanan sederhana ini. Di dalam pikirannya, Barga menebak bahwa Ayten tidak akan mau makan makanan di warung pinggir jalan seperti ini. Tapi ternyata, tebakan Barga salah. Walaupun awalnya ada sedikit keraguan di hati Ayten, namun akhirnya Ayten memakan juga makanan itu. Bahkan Ayten makan dengan lahapnya. Melihat hal itu, membuat Barga menjadi kesal sendiri. Dia merasa benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Ayten.

Barga melanjutkan memakan makan siang itu dengan perasaan dongkol. Mereka berdua menghabiskan makanan mereka, lalu bergegas kembali ke toko setelah selesai membayar makanan itu. Barga menolak, saat Ayten ingin membayar makanan miliknya. Barga memilih membayar makanannya sendiri.

“Kamu bayar makananmu saja,” ucapnya datar seraya menyodorkan uang pas-pasan.

Ayten tak paham pada pria ini. Dia malah semakin ingin tahu soal Barga dan juga kehidupan pria ini.

Kini keduanya dalam perjalanan ke toko. Barga kembali bekerja di toko itu. Menawarkan karpet pada para calon pelanggan di sana. Sedangkan Ayten, duduk diam di depan toko itu, sembari memperhatikan Barga dari jauh. Ayten semakin terpesona dengan Barga. Membuat Ayten semakin bersemangat untuk mengejar Barga agar menjadi miliknya, seutuhnya.

Hal itu terus berlanjut hingga seminggu lamanya. Ayten terus mengikuti setiap kegiatan Barga. Bahkan Ayten pernah mencoba untuk masuk secara paksa ke kamar kontrakan Barga. Itu membuat Barga menjadi geram dengan tingkah Ayten.

"Hentikan Ayten! Apa sebenarnya yang kamu inginkan? kau tahu... semua kelakuanmu itu membuat diriku muak dan terganggu. Jadi bisakah kau berhenti melakukannya?" tegur Barga keras.

Dengan tegas, Barga mengatakan dirinya yang tidak suka melihat tingkah Ayten yang menyebalkan. Itu membuat Barga merasa bahwa Ayten adalah wanita murahan.

"Kau tahu? aku pikir, kau adalah seorang wanita cantik berkelas. Dengan latar belakang dirimu yang tidak sembarangan. Tapi ternyata itu semua hanyalah topeng. Kau membuat aku muak dengan semua tingkahmu. Bagiku, kau terlihat seperti wanita murahan yang selalu mengejar pria hanya untuk melakukan seks denganmu," ucap Barga kejam pada Ayten.

Ayten kembali terdiam. Dia bahkan belum sempat mengatakan apapun pada Barga. Tapi lelaki itu terus menghina dirinya. Tanpa memberikan dirinya kesempatan. Air mata kembali menetes di wajah cantik Ayten. Kedua matanya memancarkan luka dan kecewa yang mampu di lihat oleh Barga. Membuat Barga terpaku dan merasa bersalah.

‘Oh Tuhan. Aku kembali menyakiti hatinya,’ bisik Barga dalam hati.

Ayten memalingkan wajahnya dari Barga. Dia berusaha untuk menghapus air matanya. Sungguh, baru kali ini Ayten merasakan sakit hati. Tiga kali dia dihina oleh pria yang sama. Tapi, Ayten sama sekali tidak jera. Entah kenapa, kali ini hati Ayten sangat menginginkan pria ini. Padahal, banyak lelaki di luar sana yang memuja dan menginginkan dirinya. Tapi Ayten seakan buta, mengejar pria yang sama sekali tidak menginginkan dirinya.

"Ayten... A--aku, maaf..." Barga tidak mampu mengatakan apapun selain maaf, saat melihat wajah gadis itu berurai air mata.

"Kau tahu? aku tidak pernah merendahkan diri sendiri pada pria selama ini. Aku tidak pernah mengejr pria sampai seperti ini. Dan aku tidak pernah dihina seperti ini. Semua pria yang aku temui, mereka selalu mengejar diriku. Berusaha untuk menyenangkan hatiku. Tapi kau, kau sudah menyakiti aku. Apa kau tahu? aku bahkan tidak tahu, kenapa begitu ingin mendekati dirimu. Padahal kau sangat membenciku. Yang aku tahu, aku menyukaimu. Yang aku tahu, kau berbeda dengan mereka, yang mendekati diriku karena tubuhku, harta dan lain sebagainya. Satu-satunya pria yang menghina dan menolak serta merendahkan diriku, adalah kau, Barga. Tapi entah kenapa aku sangat menyukai dirimu. Menginginkanmu menjadi milikku. Salahkah aku?" kata Ayten, mengungkapkan semua perasaannya pada Barga di antara tangisan.

Ayten menunduk. Tangisan dirinya terdengar pilu. Membuat rasa bersalah Barga menjadi semakin besar. Barga bukalah orang kejam. Selama ini, dia tidak pernah berlaku seperti ini. Tapi Barga juga tidak tahu kenapa, saat mengingat Ayten, dia merasakan marah pada gadis ini. Sekarang, melihat gadis ini menangis terluka, membuat dirinya merasakan bersalah.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu. A--aku..." Ucapan Barga terpotong oleh Ayten.

"Biarkan aku mencoba..." sergah Ayten menyela ucapan Barga.

Barga terdiam menatap Ayten. Ada harapan yang bersinar di mata seindah mentari pagi itu. Melihat Barga yang terdiam, Ayten melanjutkan perkataannya.

"Biarkan aku mencoba menjadi pacarmu. Beri aku kesempatan untuk membuktikan, bahwa aku serius dengan perasaanku padamu," pinta Ayten pada Barga.

Barga berpikir sejenak, sebelum menjawab permintaan Ayten. Setelah berpikir, Barga memutuskan untuk menerima Ayten. Dia ingin membuat Ayten menyerah pada dirinya.

"Baiklah. Aku akan membiarkan dirimu mendekati aku. Tapi dengan satu syarat... semuanya tergantung pada diriku. Kalau kau bisa menerima gaya hidupku yang sederhana, maka aku akan menyerah dan menjadikan dirimu kekasih sesungguhnya. Bagaimana?"kata Barga pada Ayten.

Ayten tersenyum senang. Dia segera mengangguk, menyetujui permintaan itu. Bagi Ayten, asal bisa dekat dengan Barga, dia pasti bisa meluluhkan hati Barga. Ayten bukan gadis lemah, dia adalah gadis yang memiliki kemauan dan tekad yang kuat.

"Aku menerima syaratmu. Tapi kau juga harus berjanji padaku. Kalau aku bisa meluluhkan hatimu, kau benar-benar akan menerima diriku dan tidak akan pernah menyakiti aku lagi. Bagaimana?" kata Ayten, dengan tersenyum manis.

Barga menghela nafas panjang.

"Baiklah, jika kau mampu meluluhkan hatiku. Aku berjanji akan menjadi kekasih yang sangat baik kepada dirimu," jawab Barga berjanji pada Ayten.

Ayten tersenyum senang. Dia menghambur, memeluk Barga bahagia.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel