Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Kesadaran yang Mulai Terkontrol

Bab 6 Kesadaran yang Mulai Terkontrol

Barga tersadar daeu kegilaan itu, dia mendorong tubuh Ayten menjauh dari atas tubuhnya. Barga berdiri dan mengambil semua pakaian miliknya. Dia memakai pakaian miliknya lagi. Ayten yang melihat perubahan Barga, terkejut. Bagaimana bisa Barga menghentikan kegiatan mereka begitu saja? Saat permainan mereka hampir mencapai puncaknya.

"Barga, apa yang kau lakukan?" tanya Ayten.

"Maafkan saya Nona, saya sudah lancang terhadap anda," ucap Barga meminta maaf pada Ayten.

"Apa maksudmu? bukankah kita ..."

"Sekali lagi, maafkan saya. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa begitu lancang untuk melakukan hal ini. Bisakah anda melupakan semua yang sudah terjadi?" ujar Barga memotong ucapan Ayten.

Ayten menganga terkejut. Dia tidak percaya, ada seseorang yang mampu berhenti ditengah-tengah permainan sudah sudah hampir mencapai puncaknya. Bahkan mereka tidak sedikit lagi. Ayten benar-benar merasa seperti gadis murahan. Sia merasa marah, kecewa dan sedih secara bersamaan.

"Bagaimana mungkin aku melupakan hal ini begitu saja, Barga? kita sudah sejauh ini. Kemarilah, kita lanjutkan permainan kita, Barga" bujuk Ayten dengan lembut.

Tangan Ayten mencoba meraih kembali Barga. Namun Barga menghindar. Tapi Ayten tidak menyerah, dia berdiri dan berjalan ke arah Barga dengan telanjang bulat. Barga segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ayten kembali memeluk Barga dengan erat. Tapi Barga kembali menepis tangan Ayten. Hal ini membuat Ayten semakin geram.

"Nona, sebaiknya anda segera memakai pakaian anda kembali. Tidak pantas rasanya, seorang wanita secantik anda, berdiri telanjang di depan pria yang bukan suaminya. Tolong kenakan kembali pakaian anda Nona," kata Barga pada Ayten.

Ayten menatap nyalang ke arah Barga. Kemudian dia berjalan kembali ke arah tempat tidur. Di raihnya jubah tidur miliknya yang tergeletak di ujung ranjang. Ayten memakai kembali jubah itu, dan mengikatnya erat.

Kini dia duduk diatas ranjang itu dengan angkuh. Barga masihlah seorang pria normal yang sehat. Tapi dia berusaha menahan dirinya. Walau bagaimanapun, dia tidak suka dengan wanita yang dengan mudahnya mengajak pria, untuk naik ke atas tempat tidurnya pada pertemuan pertama mereka. Bahkan Barga tidak mengenal Ayten sebelum tadi siang.

"Lebih baik saya pulang sekarang," kata Barga.

Barga bersiap melangkah keluar dari kamar Ayten. Namun langkahnya terhenti, saat dia kembali merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang. Barga bisa merasakan buah dada kenyal, yang tadi dinikmati oleh dirinya, kini menempel erat di punggung Barga. Tangan Ayten merayap menuju ke bagian depan celana Barga. Mencoba untuk kembali merayu dan membangkitkan gairah Barga lagi. Barga menghela nafasnya kesal. Dengan kasar, dia menyentak tangan Ayten hingga terlepas. Barga mendorong tubuh Ayten menjauh dari dirinya.

"Aku peringatkan sekali lagi, jangan mencoba untuk mendekati diriku lagi. Aku bukan pria seperti dalam pikiranmu itu. Jadi lepaskan aku, sebelum aku membuatmu menyesal!" ucap Barga memperingatkan Ayten dengan tegas.

"Kau menolak diriku? apa yang kurang dari diriku? bahkan tadi kau menikmati semua yang kita lakukan. Jangan munafik, Barga!" seru Ayten tidak terima.

Barga menarik nafas panjang dan memejamkan matanya. Perlahan Barga membuka matanya kembali. Dia menatap Ayten dengan pandangan datar

"Maafkan saya sekali lagi Nona Ayten Kevser. Tadi adalah kesalahan besar yang tidak seharusnya kita lakukan. Dan saya harap, anda bisa melupakan hal itu. Anggap sebagai angin lalu," ucap Barga dengan tenang, tapi tegas.

"Kau ..." Ayten menunjuk ke arah Barga.

"Sekarang saya pamit pulang. Terima kasih banyak atas semua kebaikan anda dan keluarga anda. Permisi," pamit Barga pada Ayten.

Barga membuka pintu kamar itu dan berjalan keluar. Ayten mengejar Barga kelantai bawah. Dia menghentikan Barga, saat Barga sudah sampai di depan pintu masuk rumah Ayten.

"Kalau begitu, aku akan mengantar dirimu pulang. Bisakah kau menungguku?" Ayten berkata memohon pada Barga.

"Terima kasih. Tapi saya bisa pulang sendiri," tolak barga tegas.

"Tapi ini sudah malam. Aku tidak bisa membiarkan dirimu pulang sendirian, begitu saja!" kata Ayten bersikukuh.

"Tidak perlu. Justru karena ini sudah malam, tidak baik bagi seorang wanita untuk pergi dengan laki-laki yang bukan pasangannya. Lagi pula, aku seorang pria, dan aku membawa mobil milik toko. Ingat? Jadi sebaiknya anda kembali ke dalam," kata Barga tegas.

Ucapan Barga, membuat Ayten semakin terhina. Dia tidak pernah ditolak oleh pria sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya dia mendapatkan penolakan yang begitu keras, apalagi Barga hanyalah pria biasa saja.

"Kau berani menolak diriku?" geram Ayten pada Barga.

Tapi Barga tidak mendengarkan perkataan Ayten. Atau dia berpura-pura tidak mendengarnya. Barga berjalan keluar dari rumah itu menuju ke mobil toko, yang di parkir di depan halaman rumah Ayten.

"Aku tidak akan pernah melepaskan dirimu Barga. Lihat saja nanti. Kau akan bertekuk lutut di depanku," janji Ayten pada dirinya sendiri.

Tatapan matanya nyalang. Memandang Barga yang berlalu begitu saja dari rumah Ayten.

Ayten masuk kembali ke kamarnya.

BRAKKK!

Dia menutup pintu kamarnya dengan kencang dan membanting tubuhnya di atas tempat tidur. Ayten masih belum puas. Dia sudah bertekad untuk mendapatkan Barga dan menjadikan Barga sebagai miliknya sendiri.

"Aku tidak akan pernah melepaskan dirimu. Tunggu saja Barga. Aku bukan wanita murahan yang bisa kau tolak. Semua yang aku inginkan, pasti akan aku dapatkan. Bagaimanapun caranya, kau akan jatuh ke tanganku," Ayten mengucapkan sumpah pada keheningan malam.

Mata Ayten memancarkan tekad yang kuat. Hatinya yang kecewa dan merasa terhina, tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Barga.

Setelah kejadian malam itu, Barga kembali ke rumah kontrakan miliknya. Dia tidak menyangka, akan bertemu wanita seperti Ayten. Jujur saja, Barga pria normal yang sehat. Tentu saja dia menyukai bentuk tubuh Ayten yang aduhai dengan wajah yang cantik dan kulit yang mulus. Tapi dia tidak suka dengan wanita yang agresif seperti itu. Menurut Barga, wanita itu seharusnya hanya menggoda saja. Jangan sampai memberikan tubuhnya dengan mudah pada pria yang baru saja di temui. Itu sama saja dengan wanita murahan, dan Barga tidak suka dengan wanita seperti itu.

Pagi ini, seperti biasanya. Barga bangun dan bersiap untuk berangkat kerja ke toko. Tapi kali ini, dia tidak berhenti untuk menunggu angkot, karena dia membawa mobil milik toko yang kemarin digunakan oleh dirinya untuk mengantarkan pesanan Ayten. Dia hanya mampir ke warung di ujung jalan, untuk membeli sarapan kemudian kembali naik ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju toko.

Kepalanya pening bukan main saat harus merasakan dan mengingat hal yang terjadi semalam. Dia hampir saja kebablasan dan akan menjadi sebuah aib sekaligus masalah untuknya jika berlanjut.

Barga sampai di toko lebih pagi dari biasanya. Dia memilih memakan sarapannya terlebih dahulu di dalam mobil. Sembari menunggu yang lainnya datang. Setelah selesai, Barga membuang bungkus makanan itu dan berjalan keluar dari mobil. Dia duduk di depan toko sembari menghisap sebatang rokok di antara bibirnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel